Anda di halaman 1dari 2

Obat yang digunakan untuk infeksi jamur

GOLONGAN POLIEN. Termasuk dalam golongan ini adalah amfoterisin dan nistatin. Keduanya tidak
diabsorpsi secara oral. Obat ini digunakan untuk infeksi oral, orofaringeal dan perioral yang diberikan
secara topikal di mulut.

Infus amfoterisin intravena digunakan untuk infeksi jamur sistemik dan aktif terhadap sebagian
besar jamur dan ragi. Obat ini terikat kuat pada protein plasma dan penetrasinya ke dalam jaringan
dan cairan tubuh buruk. Amfoterisin bersifat toksik dan efek samping sering terjadi. Sediaan
amfoterisin dalam lipid bersifat kurang toksik dan direkomendasikan bila sediaan konvensional
dikontraindikasikan karena toksisitasnya, terutama nefrotoksisitas atau jika respon terhadap
amfoterisin konvensional tidak memuaskan.

Nistatin terutama digunakan untuk infeksi Candida albicans di kulit dan membran mukosa, termasuk
untuk kandidiasis pada usus dan esofageal.

(AMFOTERISIN B)
Indikasi: 

lihat dalam dosis; penanganan mikosis sistemik berat dan atau deep mycosis.
Peringatan: 

bila diberikan secara parenteral sering menimbulkan efek samping (perlu pengawasan ketat dan
uji dosis yang diperlukan); pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, hitung jenis sel darah, dan
pemeriksaan elektrolit plasma (hindari penggunaan obat lain yang bersifat hepatotoksik seperti
kortikosteroid, kecuali untuk mengendalikan radang); antineoplastik; pergantian tempat suntikan
yang terlalu sering (iritasi), infus yang cepat (risiko aritmia). Hati-hati pada wanita hamil dan ibu
menyusui. Reaksi anafilaksis kadang-kadang terjadi pada penggunaan amfoterisin intravena.
Dianjurkan untuk memberikan dosis percobaan sebelum infus amfoterisin dan pasien diamati
selama kira-kira 30 menit. Antipiretik dan kortikosteroid sebagai profilaksis hanya diberikan pada
pasien dengan riwayat reaksi obat sebelumnya, sedangkan amfoterisin harus diberikan.

Interaksi: 

lihat Lampiran 1 (amfoterisin).

Efek Samping: 

bila diberikan secara parenteral: Anoreksia, nausea, muntah, diare, sakit perut; demam, sakit
kepala, sakit otot dan sendi; anemia; gangguan fungsi ginjal (termasuk hipokalemia dan
hipomagnesemia) dan toksisitas ginjal; toksisitas kardiovaskuler (termasuk aritmia); gangguan
darah dan neurologis (kehilangan pendengaran, diplopia, kejang, neuropati perifer); gangguan
fungsi hati (hentikan obat); ruam; reaksi anafilaksis.

Dosis: 

oral: untuk kandidiasis intestinal, 100-200 mg tiap 6 jam. Bayi dan Anak-anak, 100 mg 4 kali
sehari. Injeksi intravena: infeksi jamur sistemik, dosis percobaan 1 mg selama 20-30 menit
dilanjutkan dengan 250 mcg/kg bb/hari, pelan-pelan dinaikkan sampai 1 mg/kg bb/hari;
maksimum 1,5 mg/kg bb/hari atau selang sehari.

Catatan: 

Biasanya diperlukan terapi jangka panjang. Jika terputus lebih dari 7 hari, ulangi lagi dengan
dosis 250 mcg/kg bb/hari dan dinaikkan pelan-pelan. Mikosis sistemik berat dan atau deep
mycosis: terapi dapat dimulai dengan dosis harian 1,0 mg/kg bb berat badan. Dosis dapat
ditingkatkan jika dibutuhkan menjadi dosis yang direkomendasikan yaitu 3,0 - 4,0 mg/kg bb.
Dosis sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.

NISTATIN
Indikasi: 

kandidiasis.

Efek Samping: 

mual, muntal, diare pada dosis tinggi, iritasi oral dan sensitisasi, ruam (termasuk urtikaria) dan
dilaporkan terjadi sindroma Stevens-Johnson (jarang).

Dosis: 

oral, kandidiasis usus 500.000 UI setiap 6 jam, berikan dosis ganda pada kasus infeksi berat;
ANAK 100.000 UI 4 kali/hari. Profilaksis, 1 juta unit/ hari. Neonatal, 100.000 UI/hari sebagai
dosis tunggal. Untuk penggunaan sebagai obat kumur dalam kasus kandidiasis mulut, lihat
bagian 12.3.2.

Anda mungkin juga menyukai