Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS (Human immuno Deficiency Virus / Acquired
Immune Deficiency Syndrom) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun
1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983.
enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang
mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian
pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10
detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi
akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein
dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah
AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan
Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur
kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat
4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak
dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada
anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25
juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang
tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal
karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap
tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara
terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari
37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1
juta anak- anak dibawah 15 tahun (WHO 1999) 

1
B. Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang
menderita AIDS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit
yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala
penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat
menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan
HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan
AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan
T4 atau sel T penolong. (T helper), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam
kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan
mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam
materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat
mematikan sel - sel T4. (Desmon, 2015)
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu,
termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra vena,
penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual
dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (Gallant, 2010)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi
(Katiandagho, 2015).

B. Etiologi
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
1. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
2. Pemakaian obat oleh ibunya

3
3. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
4. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi (Desmon, 2015). 

C. Patofisiologi
Virus AIDS menyerang sel darah putih (limfosit T4) yang
merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit
infeksi. Dengan memasuki sel T4, virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan
tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau
parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV /
AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh
yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya.
AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap
sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6
bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang
terbanyak kurang dari 11 tahun. (Wijayaningsih, 2013).

D. Pembagian Stadium Pada HIV/Aids


Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi
menjadi 4 stadium (Wilkinson, 2011) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan
serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi
positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama
1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum
menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan
merata (persistent generalized lymphadenophaty) dan berlangsung
kurang lebih 1 bulan.

4
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam -
macam penyakit infeksi sekunder.

E. Cara Penularan
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan
penderita HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput
lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan tersebut masuk kedalam
cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat
tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh.
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah,
cairan vagina atau mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang
lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat
berpotensi terjangkit HIV ((Wijayaningsih, 2013)).

F. Manifestasi Klinis
Gejala mayor :
1. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2. Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
3. Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan (2 dan 3 gejala
utama) (Wijayaningsih, 2013).

5
Gejala minor:
1. Batuk kronis selama 1 bulan
2. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
3. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
4. Munculnya herpes zosters berulang
5. Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh (Wijayaningsih, 2013).

G. Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah
pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi
HIV maka terapinya yaitu (Bararah, 2013):
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine,
recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi hidup sehat.

6
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik
keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap
AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata
dimasa perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
a. Demam dan diare yang berkepanjangan
b. Tachipnae
c. Batuk
d. Sesak nafas
e. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
a. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
b. Diare lebih dan satu bulan
c. Demam lebih dan satu bulan
d. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
e. Limfadenopati yang menyeluruh
f. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis)
g. Batuk yang menetap ( > 1 bulan)
h. Dermatitis yang mnyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah (dari orang
yang terinfeksi HIV / AIDS). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian
pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
a. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan
obat
b. Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV (50 % tertular)

7
c. Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20
dari kehamilan
d. Adanya penularan pada proses melahirkan
e. Terjadinya kontak darah dan bayi.
f. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
g. Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
b. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
c. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
d. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
e. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
f. Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
a. Gagal tumbuh
b. Berat badan menurun
c. Anemia
d. Panas berulang
e. Limpadenopati
f. Hepatosplenomegali
g. Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman,
parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada
immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dan lain-
lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Mata
1) Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina

8
2) Retinitis sitomegalovirus
3) Khoroiditis toksoplasma
4) Perivaskulitis pada retina
5) Infeksi pada tepi kelopak mata.
6) Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
7) Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple
b. Pemeriksaan Mulut
1) Adanya stomatitis gangrenosa
2) Peridontitis
3) Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bararah, 2013 )
c. Pemeriksaan Telinga
1) Adanya otitis media
2) Adanya nyeri
3) Kehilangan pendengaran
d. Sistem pernafasan
1) Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
2) Sesak nafas
3) Tachipnea
4) Hipoksia
5) Nyeri dada
6) Nafas pendek waktu istirahat
7) Gagal nafas
e. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
1) Berat badan menurun
2) Anoreksia
3) Nyeri pada saat menelan
4) Kesulitan menelan
5) Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
6) Faringitis

9
7) Kandidiasis esofagus
8) Kandidiasis mulut
9) Selaput lendir kering
10) Hepatomegali
11) Mual dan muntah
12) Kolitis akibat dan diare kronis
13) Pembesaran limfa
f. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
1) Suhu tubuh meningkat
2) Nadi cepat, tekanan darah meningkat
3) Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopati
karena HIV
g. Pemeriksaan Sistem Integumen
1) Adanya varicela (lesi yang sangat luas vesikel yang besar)
2) Haemorargie
3) Herpes zoster
4) Nyeri panas serta malaise
5) Aczematoid gingrenosum
6) Skabies
h. Pemeriksaan sistem perkemihan
1) Didapatkan air seni yang berkurang
2) Annuria
3) Proteinuria
4) Adanya pembesaran kelenjar parotis
5) Limfadenopati
i. Pemeriksaan Sistem Neurologi
1) Adanya sakit kepala
2) Somnolen
3) Sukar berkonsentrasi
4) Perubahan perilaku
5) Nyeri otot

10
6) Kejang-kejang
7) Encelopati
8) Gangguan psikomotor
9) Penururnan kesadaran
10) Delirium
11) Meningitis
12) Keterlambatan perkembangan
j. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
1) Nyeri persendian
2) Letih, gangguan gerak
3) Nyeri otot (Bararah, 2013)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium
didapatkan adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel
T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000
permikrositer., tes anti body anti-HIV (tes Ellisa) menunjukan terinfeksi
HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi
tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan
latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan
positif harus dibuktikan dengan tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24
(dengan polymerase chain reaction - PCR). Kulit dideteksi dengan tes
antibody (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit
HIV).
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan
HIV / AIDS antara lain (Nurafif, 2015):
a. Resiko infeksi
b. Kurang nutrisi
c. Kurangnya volume cairan
d. Gangguan intregitas kulit

11
e. Perubahan atau gangguan membran mukosa
f. Ketidakefektifan koping keluarga
g. Kurangnya pengetahuan keluarga (Nurafif, 2015).
5. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS
berhubungan dengan adanya penurunan daya tahan tubuh sekunder
AIDS.
1) Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
2) Rencana tindakan keperawatan
a. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi (demam, peningkatan
nadi, peningkatan kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau
letargi)
b. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti
usia, status nutrisi, penyakit kronis lain
c. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital
merupakan indikator terjadinya infeksi
d. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk
monitor terjadinya neutropenia
e. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang
pencegahan secara umum (universal), untuk menyiapkan
keluarga dan pengunjung memutus rantai penularan
f. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah memasuki ruangan
pasien
g. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik,
anyiviral, antijamur,
h. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal
precaution

12
b. Kurang Nutrisi (kurang dari kebutuhan)
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
diare, nyeri
1) Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
2) Rencana tindakan keperawatan :
a) Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat
badan setiap hari
b) Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor
kulit
c) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
d) Rencanakan makanan enternal dan parenteral
c. Kurangnya Volume Cairan
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan
adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan (diare)
1) Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Asupan dan keluaran seimbang
b) Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c) Nadi perifer teraba
d) Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3
detik
e) Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
3) Rencana tindakan keperawatan
a) Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
b) Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
c) Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
d) Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-
ubun tiap 4 jam
e) Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan

13
f) Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
d. Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang
berkelanjutan (kontak yang berulang dengan feces yang bersifat
asam)
1) Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
2) Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
3) Rencana tindakan keperawatan :
a) Ganti popok dan celana anak apabila basah
b) Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
c) Gunakan salep atau lotion
e. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa
membran dampak dari jamur dan infeksi herpes
1) Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
2) Kriteria hasil
a) Mukosa mulut lembab
b) Tidak ada lesi
c) Kebersihan mulut cukup
d) Anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik
kebersihan mulut
3) Rencana Tindakan Keperawatan
a) Kaji membran mukosa
b) Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
c) Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
d) Gunakan sikat gigi yang lembut
e) Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah
membersihkan mulut

14
f) Kolaborasi pemberian obat profilaksis (ketokonazol,
flukonazol) selama pengobatan
g) Gunakan antiseptik oral
h) Check up gigi secara teratur
f. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit
menahun dan progresif
1) Tujuan :
Koping keluarga efektif
2) Kriteria hasil :
a) Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa
takut
b) Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
c) Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis
kekuatan diri dan dukungan sosial
3) Rencana tindakan keperawatan
a) Konseling keluarga
b) Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah,
dan kehilangan
c) Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan
mekanisme koping dengan mengidentifikasi dukungan
sosial
d) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
e) Monitor interaksi orang tua dan anak
f) Monitor tingkah laku orang
g. Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan
perawatan anak yang kompleks dirumah
1) Tujuan :
Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses
penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan

15
2) Kriteria hasil :
a) Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang
diagnosism, proses penyakit dan kebutuhan home care
b) Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan
dosis obat
c) Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang
khusus bagi anak dan mengetahui bagaimana HIV menular
3) Rencana Tindakan keperawatan
a) Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan
kebutuhan home care
b) Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
c) Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
d) Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara
pencegahannya
e) Anjurkan cara hidup normal pada anak

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun
1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983.
Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang
mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan
kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang
setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom) merupakan kumpulan
gejala akibat melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus
HIV. Virus ini mempunyai sistem kerja menyerang jenis sel darah putih yang
menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap HIV/AIDS akan
mudah terserang infeksi atau virus dari luar.
Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV
pada anak secara universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke
anaknya (mother-to-child-transmision (MTCT ). Upaya pencegahan transmisi
HIV pada anak menurut WHO dilakukan melalui 4 strategi, yaitu: 1)
Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur. 2) Mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan pada wanita HIV. 3) Mencegah penularan HIV dan
ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan memberikan dukungan.
4) Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat profesional. Jakarta: Media Pustaka.

Desmon. (2015). Epidemiologi HIV/AIDS. Bogor: IN MEDIA- Anggota IKAPI.

Gallant, J. (2010). HIV dan AIDS. Jakarta: Indeks.

Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV/AIDS. Bogor: IN MEDIA-Anggota


IKAPI.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda NIC-
NOC Jilid 1. jogjakarta: Mediafiction Jogja.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak . Jakarta Timur : Trans


Info Media .

Wilkinson, & Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi-


9. Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai