5867 - Masyarakat Madani
5867 - Masyarakat Madani
PENDIDIKAN KEWARGAAN
MASYARAKAT MADANI
Disusun oleh:
Kelas: Akuntansi
Semester : 2-B
2019
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan ini
yang berjudul “Masyarakat Madani”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan saya
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik. Atas
perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
BAB 1
Pendahuluan
Pembahasan
Menurut Thomas Paine, definisi dari masyarakat madani ialah suatu tempat atau
lembaga khusus bagi warga untuk dapat mengembangkan lagi kepribadiannya, serta
lembaga ini memberikan peluang yang fleksibel untuk pemuasan kepentingan warga
secara bebas dan tanpa adanya unsur paksaan.
Dawan Raharjo berpendaat bahwa masyarakat madani ialah sebuah proses yang
menciptakan sebuah peradaban yang mengacu pada sebuah paham tentang nilai-nilai
kebijakan bersama.
Menurut azyumardi azra, masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan pro-
demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-
tamadun (civility).
Fase pertama, konsep ini bermula dari pemikiran Aristoteles yang memandang
masyarakat madani sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia
politike, yaitu sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam
percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Kemudian dikembangkan oleh Marcus Tullius Cicero, seorong filosof Romawi Kuno
(106-43 SM) mengistilahkan masyarakat sipil dengan societies civilizes, yakni
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainnya, sebagai kesatuan yang
terorganisasi. Rumusan ini lebih ditekankan pada konsep civility dan urbanity, yakni
budaya kota. Kota dalam pengertian bukan hanya konsentrasi penduduk, namun
sebagai pusat kebudayaan dan pusat pemerintahan.
Rumusan ini selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679M) dan John
Locke (1632-1704M). mereka memandangnya sebagai kelanjutan dari evolusi
masyarakat yang alamiah (natural society). Menurut Hobbes, civil society berperan
untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga memiliki kekuasaan mutlak yang
mampu mengontrol dan mengawasi perilaku politik setiap warga negara. Sedangkan
menurut John Locke, civil society adalah untuk melindung kebebasn dan hak milik setiap
warga negara.
Karl Marx memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Keberadaan civil
society merupakan kendala terbesar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan
kela pemilik modal. Menurut Gramsci, civil society merupakan tempat perebutan posisi
hegemoni untuk konsensus dalam masyarakat. ia memandang adanya sifat kemandirian
dan politis pada masyarakat sipil, sekalipun keberadaannya juga amat di pengaruhi oleh
material (ekonomi) sebagaimana pandangan Karl Marx.
Fase kelima, wacana masyarakat madani sebagai reaksi terhadap sekolah
Hegelian dari Alexis de Tocqueville dikembangkan (1805-1859 M). Pemikiran Tocqueville
pada masyarakat madani sebagai kelompok kekuatan menyeimbangkan negara.
Menurut Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat madani merupakan kekuatan
utama yang membuat demokrasi Amerika memiliki daya tahan kuat dan warga negara
dimana pun akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Konsep Civil Society sangat baru di kalangan masyarakat Indonesia sehingga dibutuhkan
proses dalam perkembangannya. Ini bukan hal yang mudah, karena itu memerlukan
langkah-langkah yang efektif, sistematis, dan berkesinambungan untuk mengubah
paradigma dan pemikiran masyarakat Indonesia.
2.3. Karakteristik Civil Society
Free public sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk
mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua warga
negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik
tanpa ras takut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan di luar civil society. Mengacu
pada Arendi dan Habermas, ruang publik dapat diartikan sebagai wilayah bebas dimana
semua warga negara memiliki akses penuh dalam kegiatan yang bersifat public. Sebagai
prasyarat mutlak lahirnya civil society yang sesungguhnya, ketiadaan wilayah publik
bebas ini pada suatu negara dapat menjadi suasana yang tidak bebas di mana Negara
mengontrol warga negara menyalurkan pandangan sosial politiknya.
2.3.2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang
murni (genuine). Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Secara
umum demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan
oleh, dari, dan untuk warga negara.
2.3.3. Toleransi
2.3.4. Pluralisme
3.1. Kesimpulan
Kemungkinan akan adanya kekuatan civic sebagai bagian dari komunitas bangsa
ini akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni
masyarakat madani. Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat
bergantung pada kondisi sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep
masyarakat madani merupakan bangunan terma terakhir dari sejarah pergulatan bangsa
Eropa Barat. Menurut Aristoteles (384-322) masyarakat madani dipahami sebagai
sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah kolonia politik (sebuah komunitas
politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik
dan pengambilan keputusan). Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-
persyaratan yang menjadi nilai universal dalam penegakkan masyarakat madani. Dan
masyarakat madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi sebagai
mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Hubungan antara masyarakat madani dengan demokratis menurut Dawam bagaikan
dua sisi mata uang yang keduanya bersifat ko-eksistensi. Berkembangnya masyarakat
madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan
kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non
pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial Kontrol.
3.2. Saran
BUKU :
INTERNET :
http://andriprasetyo91.blogspot.com/2011/05/latar-belakang-masyarakat-madani.html
https://www.ahlipengertian.com/masyarakat-madani/
https://dosen-ppkn.blogspot.com/2018/01/sejarah-perkembangan-masyarakat-
madani.html
https://www.dosenpendidikan.com/pengertian-dan-sejarah-masyarakat-madani-
menurut-para-ahli/
https://www.ahlipengertian.com/masyarakat-madani/