Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

GEOGRAFI HIDROLOGI

Oleh :

TITIN AGUSTIN
A1P118057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Geografi Regional Dunia
Hidrologi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Kendari, 15 Maret 2021

Titin Agustin
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4


1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Klasifikasi iklim ...................................................................................5


2.2 Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson.................................................................6
2.3 Klasifikasi iklim di Indonesia..................................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di
Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya
pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas
kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor
yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya
budidaya padi.
Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan
menurut kaidah atau standar yg ditetapkan. Mengklasifikasi menggolong-
golongkan menurut jenis, menyusun ke dalam golongan. Iklim adalah suatu
keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu
daerah dalam jangka waktu yang agak lama di suatu daerah.Iklim adalah
kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim
dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi
matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang
ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai
iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari
tentang iklim adalah klimatologi.
1.2 Rumusan Masalah
Yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pengertian klasifikasi
iklim dan bagaimana klasifikasi iklim di Indonesia.
1.3 .Tujuan
Dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui mengenai pengertian
klasifikasi iklim dan bagaiman aklasifikasi iklim di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Klasfikasi Iklim


Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan
mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan
latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi,
dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi
floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu
kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi
Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga
sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara
mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim
tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan
sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF)[1], yang ternyata disukai
untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan pada
klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus
kriterianya.
Klasifikasi Koeppen pertama kali diajukan oleh Wladimir Köppen
(Jerman). Sistem ini lalu direvisi beberapa kali oleh Köppen sendiri.
Selanjutnya, bersama dengan Geiger, klasifikasi ini lalu diperbaiki.
Selain berdasarkan parameter iklim (seperti suhu udara, presipitasi,
dan radiasi surya harian), klasifikasi ini juga mendasarkan pada tipe
vegetasi suatu tempat.
Ada lima kelompok iklim utama dalam klasifikasi ini, yang
masing-masing lalu dipilah lagi. Lima kelompok ini adalah:
1. Iklim A, iklim tropika basah
2. Iklim B, iklim kering atau setengah kering
3. Iklim C, iklim dengan variasi suhu tahunan yang jelas
4. Iklim D, iklim sirkumpolar
5. Iklim E, iklim kutub
2.2 Klasifikasi Schmidt dan Ferguson
Klasifikasi ini sangat populer di Indonesia dan beberapa negara
tetangga yang memiliki musim kering-musim hujan. Menyadari bahwa
variasi iklim Indonesia sangat beragam, Kementerian Perhubungan
meminta kedua sarjana tersebut untuk membuat suatu sistem klasifikasi
yang cocok bagi keadaan Indonesia.
Terdapat delapan kelompok iklim yang didasarkan pada nisbah
bulan kering (BK) ke bulan basah (BB), yang disimbolkan sebagai Q
(dalam persen). Bulan kering adalah bulan dengan presipitasi total di
bawah 60 mm dan bulan basah adalah bulan dengan presipitasi total di atas
100 mm.

2.3 Klasifikasi Iklim Di Indonesia


1. Iklim Fisis
Iklim fisis yaitu iklim yang di pengaruhi oleh keadaan fisik
dari suatu wilayah. Berdasarkan keadaan fisik suatu daerah,
terdapat perbedaan iklim sebagai berikut :
a) Iklim konfinental (darat) dan iklim Maritim (laut).
Iklim darat atau iklim konfinental, terjadi di daratan
amat luas, sehingga angin yang berpengaruh terhadap
daerah tersebut adalah angin darat yang kering. Di daerah
ini pada siang hari panas sekali dan malam hari sangat
dingin. Iklim laut, terjadi daerah kepulauan yang di
kelilingi oleh laut luas, yang lembab. Di daerah ini pada
siang hari tidak terlalu panas dan pada malam hari tidak
terlalu dingin. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim
benua adalah Gurun Gobi (Cina), Tibet, Jazirah Arab,
Gurun Sahara, dan Gurun Kalahari (Afrika) dan kawasan-
kawasan Australia Tengah.
b) Iklim Uganari.
Iklim Uganari, yaitu iklim pada daratan tinggi
dengan perbedaan temperature siang dan malam yang besar
(Amplitudo harian tinggi). Contoh daerah yang memiliki
iklim uganari adalah daratan tinggi Beka (Syiria), dataran
tinggi Wonosari (Indonesia) dan dataran tinggi Shan
(Myanmar).
c) Iklim Pegunungan.
Iklim pegunungan terdapat di daerah-daerah
pegunungan. Di daerah-daerah pegunungan berudara sejuk
dan sering turun hujan karena awan yang naik ke lereng-
lereng pegunungan. Hujan seperti ini di sebut hujan
orografis. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim-iklim
pegunungan adalah Jaya Wijaya (Indonesia), Pegunungan
Andes (Argentina), dan Pgunungan Alpen (Swiss).
2. Iklim Matahari
Iklim Matahari, yaitu iklim yang perhitungannya
berdasarkan banyaknya panas yang di terima oleh permukaan bumi
dari matahari. Banyaknya panas yang di terima oleh permukaan
bumi ini berlainan berdasarkan letak garis lintangnya. Iklim
matahari di sebut juga iklim garis lintang atau iklim teoritis.
Berdasarkan kedudukan lintangnya, bumi dapat dibagi menjadi 5
kawasan iklim sebagai berikut :
a) Daerah Iklim Panas (tropis)
b) Daerah Iklim Sub tropis Utara
c) Daerah Iklim Sub tropis Selatan
d) Daerah Iklim Sedang Utara
e) Daerah Iklim Sedang Selatan
f) Daerah Iklim Dingin Utara
g) Daerah Iklim Dingin Selatan
Daerah-daerah yang terletak antara lintang 300 - 400 baik
sebelah utara maupun sebelah selatan Khatulistiwa disebut daerah
subtropik. Berdasarkan pembagian iklim tersebut Indonesia
termasuk daerah iklim tropika. Adapun sifat-sifat dan iklim tropika
diantaranya suhunya tinggi sepanjang tahun dan tidak ada
pembagian musim seperti di daerah sedang atau di daerah
subtropik.
Matahari selama enam bulan sekali berpindah dari belahan
bumi utara ke belahan bumi selatan. Pergerakan matahari selama
satu tahun adalah sebagai berikut :
a) Tanggal 21 Maret Matahari beredar di sekitar garis
khatulistiwa.
b) Tanggal 21 Juni Matahari beredar di garis balik utara atau
23,50 Lintang utara.
c) Tanggal 23 SeptemberMatahari kembali beredar di garis
Equator.
d) Tanggal 22 Desember Matahari berada tepat di garis balik
selatan atau 23,50 Lintang Selatan.
3. Iklim Junghuhn
F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan
penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung.
Berdasarkan hasil penelitian F. Junghuhn membagi iklim Indonesia
berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut :
a) Zona iklim panas Zona iklim panas terletak pada daerah
dengan ketinggian antara 0-650 meter dan temperature
antara 26,30C.
b) Zona iklim sedang Zona iklim sedang terletak pada daerah
dengan ketinggian antara 650-1500 meter dan temperature
antara 220C – 17,10C.
c) Zona iklim sejuk Zona iklim sejuk terletak pada daerah
dengan ketinggian antara 1500 – 2500 meter dan
temperature antara 17,10C – 11,10C.
d) Zona iklim dingin Zona iklim dingin terletak pada daerah
dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperature
kurang dari 11,10C.
4. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas
kebutuhan air dan hubungannya dengan tanaman pertanian yang
sangat di perlukan di daerah – daerah tertentu. Penggolongan
iklimnya lebih di kenal dengan zona agroklimat. Pembagian iklim
menurut Oldeman adalah sebagai berikut
a) A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan;
b) B1 7 – 9 bulan basah berurutan dan 1 bulan kering;
c) B2 7 – 9 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
d) C1 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
e) C2 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
f) C3 5 – 6 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
g) D1 3 – 4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
h) D2 3 – 4 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
i) D3 3 – 4 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
j) D4 3 – 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
kering;
k) E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2
bulan kering;
l) E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan
kering;
m) E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan
kering;
n) E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan.
5. Iklim menurut Schmidt Ferguson
Iklim ini di tentukan berdasarkan tipe curah hujan dan
penggolongannya, langkah untuk menentukannya sebagai berikut :
a) Menentukan tipe curah hujan berdasarkan tingkat
kebasahan (gradient/Q)
b) Menentukan nilai Q di tetapkan dengan rumus :
c) Gradient (Q) = Banyaknya jumlah bulan kering x 100%
Banyaknya jumlah bulan basah
d) Untuk menentukan criteria bulan kering dan basah
menggunakan klasifikasi Mohr.
e) Tentukan tipe curah hujan berdasarkan besarnya rasio Q.

6. Klasifikasi Iklim menurut MOHR (1933)


Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan curah hujan
di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini
didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan
Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu
yang lama.
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari
100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan curah hujan kurang dari
60 mm (jumlah curah hujan lebih kecil dari jumlah penguapan).
Tahap-tahap penentuan kelas iklim menurut Mohr :
a) Ambil data curah hujan bulanan dari jangka waktu lama (30
tahun).
b) Jumlahkan curah hujan pada bulan yang sama selama
jangka pengamatan.
c) Cari curah hujan rata-rata bulanan.
d) Dari harga rata-rata curah hujan bulan itu pilih BK dan BB
nya.
e) Dari kombinasi BK dan BB itu dapat ditentukan kelas
iklimnya.
Klasifikasi Iklim Mohr (1933)
Jadi contoh perhitungan di atas BK=3, BB=6 berarti termasuk
kelas iklim III, berarti “daerah dengan masa kering yang sedang”.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas


merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering
dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya
sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap
menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data
unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas
atau objek dalam bidang-bidang tersebut

Setelah pembahasan makalah dilakukan, maka saya mendapat beberapa


kesimpulan, yaitu:

1. Sistem klasifikasi diindonesia hanya menggunakan tiga sistem, yaitu


sistem klasifikasi Koppen, Schmidth-Ferguson, dan Oldeman.
2. Sistem klasifikasi Koppen disebut juga curah hujan dan temperatur.
3. Sistem klasifikasi Schmidth-Ferguson biasanya selalu memakai Q
model.
4. Klasifikasi Oldeman disebut juga deretan bulan basah.
5. Dari tiga klasifikasi yang dipakai diindonesia, hanya sistem klasifikasi
Schmidth-Ferguson yang biasa dipakai.
6. Schmidth-Ferguson hanya memakai rata-rata bulan kering (BK) dan
bulan basah (BB).

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan demi perbaikan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Kusuma Nur. 2005. Jurnal Biologi. Kesesuaian Iklim Terhadap


Pertumbuhan Tanaman. Vol, 01 No, 02.

Indayanti Dian. 2009. Skripsi. Perbandingan Hasil Penentuan Curah Hujan


Bulanan Menurut Teori MOHR OLDMAN Dengan Pendekatan Sistem
Informasi Geografis. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai