Kasus 1 Persepsi Sensori
Kasus 1 Persepsi Sensori
Seorang ibu membawa anak laki lakinya berumur 11 tahun ke puskesmas karena
telinga anaknya terasa sakit dan sering mengeluarkan nanah, Satu jam sebelum ke
PKM anaknya muntah. Anak merintih kesakitan sambil memegang telinganya.
Hasil pengkajian : nyeri telinga dengan skala 5, mengeluh pusing dan sakit kepala,
nafsu makan berkurang. TD 100/70mmhg, Nadi 90x/menit, pernafasan 18x/menit,
SB 38,7. Ibu klien terlihat cemas dan merasa bersalah karena baru membawa klien
hari ini, sementara keluhannya sudah 1 bulan yang lalu.
Konsep Medik
1. Definisi
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis Ekstrnal), saluran
telinga tengah (Otitis Media), Mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(Labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah.
Klasifikasi Otitis media :
a. Otitis media akut, erjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu.
b. Otitis media subakut
c. Otitis media kronik, terjadi infeksi dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, benung atau berupa nanah. Otitis media akut akan menjadi otitis
media kronik apabila proses infeksi lebuh dari 2 bulan.
2. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri atau virus
yang menyebabkan peradangan dimukosa, gangguan drainase telinga tengah dan
menyebabkan penumpukan cairan. Bakteri atau virus masuk ke telinga tengah melalui
tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah. Kuman penyebab utama
infeksi Otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti streptokokkus hemolitikus,
stapilococcus aureus, diplococcus pneumokokkus. Selain itu kadang ditemukan juga
hemofilus influenz sering ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun.
3. Manifestasi klinis
a. Otitis Media Akut
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, OMA dapat dibagi atas 5 stadium :
- Stadium radang tuba Eustachi (salpingitis)
Stadium ini ditandai dengan adanya retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif didalam telinga tengah, karena adanya absorbsi udara. Kadang atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, teta[I tidak dapat dideteksi. Dari
penderita sendiri biasanya mengeluh telinga terasa tersumbat (oklusi tuba), kurang
dengar, seperti mendengar suara sendiri (otofoni).
- Stadium hiperemis (presupurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebardi membran timpani.
Mukosa Cavum timpani mulai tampak hiperemis atau oedem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. Pada
fase ini penderita merasa otalgia karena kulit dimembran timpani tampak meregang.
- Stadium Supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel siperfisial
seta terbentuknya eksudat yang purulen diCavum timpani, menyebabkan membran
timpani menjadi menonjol (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan ini pasien
tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,serta rasa nyeri ditelinga bertambah
hebat. Pada anak anak sering disertau kejang dan anak menjadi rewel. Apabila
tekanan eksudat yang purulen di Cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemik akibat tekanan pada kapiler kapiler, serta terjadi trombophlebitis pada vena
vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani
akan terjadi ruptur.sehingga bila tidak dilakukan insisi membran timpani
(miringitomi) maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan discharge
keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringitomi luka insisi akan menutup
kembali karena belum terjadi perforasi spontan dan belum terjadi nekrosis pada
pembuluh darah.
- Stadium Perforasi
Fase ini terjadi apabila ada ruptur pada membran timpani yang bulging saat stadium
supurasi. Lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
- Stadium Resolusi
Fase ini adalah fase pemulihan dimana membran timpani perlahan lahan akan
kembali normal. Namun jika fase penyembuhan tidak terjadi, keadaan ini akan
berlanjut menjadi Glue Ear. Pada keadaan ini sebaiknya dilakukan insisi pada
membran timpani (miringitomi) untuk mencegah terjadinya perforasi spontan. Pada
membran timpani yang mengalami perforasi, bila sembuh dan menutup maka akan
terjadi sikatrik. Bila sembuh dan tidak menutup maka akan terjadi Dry Ear (sekret
berkurang dan akhirnya kering). Sedangkan bila tidak sembuh maka akan terjadi
Otitis media supuratif kronik (OMSK), dimana sekret akan keluar terus menerus atau
hilang timbul.
b. Otitis Media Subakut
- Efusi 3 minggu - 3 bulan
c. Otitis Media kronik/menetap
- Efusi lebih dari 3 bulan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
b. Timponogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
c. Kultur dan uji sensifitas : dilakukan timpanosensitesis (Aspirasi jarum dari telinga
tengah melalui membran timpani)
5. Penatalaksanaan
Hasil penatalaksanaan otitis meda bergantung pada efektifitas terapi (dosis antibiotik oral
yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri dan status fisik pasien. Terapi yang
dapat diberikan :
- Antibiotik
- Analgesik
- antipiretik
Konsep Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas klien:
Nama : An. X
Umur : 11 th
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Tidak dikaji.
Pendidikan : Tidak dikaji.
Pekerjaan : Tidak dikaji.
b. Keluhan utama :
Nyeri telinga
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien saat ini sedang datang ke Pusekesmas dengan anamnese didapatkan satu
jam sebelum ke puskesmas, pasien muntah. Pasien merasakan nyeri telinga dengan
skala 5, mengeluh pusing,sakit kepala, dan nafsu makan berkurang. Tekanan darah
100/70mmhg, nadi 90x/menit, pernafasan 18x/menit, Suhu tubuh 38,7 0C , Keluhan
dirasakan sejak sebulan yang lalu. Riwayat penyakit yang pernah diderita Tidak
dikaji
2) Riwayat imunisasi
Tidak dikaji.
3) Riwayat gizi
Tidak Dikaji.
4) Kondisi lingkungan
Tidak dikaji.
d. Activity daily life (ADL)
1) Nutrisi : Tidak dikaji.
2) Aktivitas : tidak dikaji
3) Istirahat, tidur : Tidak dikaji.
4) Eliminasi : Tidak dikaji.
5) Personal hygiene : Tidak dikaji.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum : cukup
2) Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg - Nadi : 90x/m
- Pernapasan : 18x/m - Subu badan : 38,7°C
- Berat badan : Tidak dikaji
- Tinggi Badan : Tidak dikaji
3) Kepala dan Leher
a) Wajah : Tidak dikaji
b) Mulut : Tidak dikaji.
c) Hidung : Tidak dikaji.
d) Tenggorokan : Tidak dikaji.
e) Leher : Tidak dikaji.
4) Dada (Thorax)
Tidak dikaji
5) Abdomen
Tidak dikaji.
6) Anus dan Genetalia
Tidak dikaji.
7) Ekstremitas atas dan bawah
Tidak dikaji.
f. Pemeriksaan penunjang
Tidak dikaji
Klasifikasi Data
Data Subyektif :
- Os mengeluh nyeri telinga (Skala nyeri 5)
- Keluarga (ibu) mengatakan telinga pasien sering mengeluarkan nanah
- Os mengeluh pusing
- Os mengeluh sakit kepala
- Keluarga (ibu) mengatakan os kurang nafsu makan
- Keluarga mengatakan 1 jam sebelum ke puskesmas, os mengalami muntah
Data Obyektif :
- TD : 100/70mmhg
- Nadi 90x/menit
- Pernafasan 18x/menit
- Suhu tubuh 38,70C
Analisa Data
DS :
- Os tampak
meringis Hipotalamus
- Os tampak neurotransmitter
memegang
telinganya Merangsang mendiaotor
nyeri (bradikinin,
Data Minor prostaglandin dan histamin)
DS : - Saraf eferen
DO : Nyeri dipersepsikan
DS : -
DO : Reaksi Inflamasi
- Suhu Tubuh
38,70C
Aktivasi interlukin 1
Data Minor DiHipotalamus
DS : -
DO : Pelepasan prostaglandin
Hipertermi
RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Hipertermi
SDKI SLKI SIKI
DO : - terapeutik
- sediakan
Kulit tubuh terasa hangat? lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan
oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis
selimut hipotermi
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen,
jika perlu
- .
- edukasi
- anjurkan tirah
baring
kolaborasi :
- kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu.
Kompres Dingin
Observasi :
- Identifikasi
kontraindikasi
kompres dingin
(mis: penurunan
sensasi,
penurunan
sirkulasi)
- Identifikasi
kondisi kulit yang
akan dilakukan
kompres dingin
- Periksa suhu alat
kompres
- Monitor iritasi
kulit atau
keruksakan
jaringan selama 5
menit pertama
Tterapeutik :
- Pilih metode
kompres yang
nyaman dan
mudah didapat
(mis: kantong
plastik tahan air,
kemasan gel beku
kain atau handuk)
- Pilih lokasi
kompres
- Balut alat
kompres dingin
dengan kain
pelindung, jika
perlu
- Lakukan kompres
dingin pada
daerah yang
cedera
- Hindari
penggunaan
kompres pada
jaringan yang
terpapar terapi
radiasi
Edukasi :
- Jelaskan prosedur
penggunaan
kompres dingin
- Anjurkan tidak
menggunakan
pengaturan suhu
secara mandiri
tanpa
pemberitahuan
sebelumnya
- Ajarkan cara
menghindari
kerusakan jarinan
terhadap dingin
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Definisi :
Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam
melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat, 2004).
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
EVALUASI KEPERAWATAN
Definisi :
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual yang bertujuan
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.