Anda di halaman 1dari 3

ZAKAT FITRAH 6.

Gharrim ( Orang yang punya hutang )


7. Sabilillah ( pejuang dijalan Alloh )
a). Dasar Hukum
8. Ibnu Sabil ( Musafir dengan tujuan baik )
Adalah hadits Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam: Dari Ibnu Umar radhiallahu F. Mustahiq ( orang yang berhak menerima Zakat ) :
‘anhuma ia mengatakan: “Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam menfardhukan zakat fitri
1. Fakir
satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas budak sahaya orang merdeka laki-laki wanita
2. Miskin
kecil dan besar dari kaum muslimin. Dan Nabi memerintahkan utk ditunaikan sebelum
3. Amil ( Yang menangani zakat )
keluarnya orang-orang menuju shalat .” {Shahih HR. Al-Bukhari Kitabuz Zakat Bab Fardhu
4. Muallaf ( orang yang baru masuk islam )
Shadaqatul Fithri 3/367 no. 1503
5. Riqob ( Hamba Sahaya )
b). Hukum Zakat fitrah : Fardu Ain
6. Gharrim ( Orang yang punya hutang )
c). Syarat wajib zakat Fitrah : Semua orang muslim baik laki-laki maupun perempuan kecil
7. Sabilillah ( pejuang dijalan Alloh )
maupun dewasa yang hidup pada masa waktu wajib,dan memiliki kecukupan hajat hidup
8. Ibnu Sabil ( Musafir dengan tujuan baik )
sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya pada siang dan malam Idul fitri
g). Hikmah zakat :
d). Bahan dan ukuran : mengeluarkan bahan makanan pokok negaranya seperti
beras,gandum,jagung dan lain sebagainya sebanyak 1Sha ( 2,5 kg ) a. zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan kata-kata
kotor serta sebagai pemberian makanan untuk orang-orang miskin
e). Waktu pengeluaran :
1. waktu wajib : Mulai terbenamnya matahari pada akhir bulan Romadhan yaitu b.Zakat sebuah ibadah yang merupakan pendatang rohmat
c. Penjalin cinta dan kasih sayang
malam hari raya malam takbiran d. sebagai penyeimbang kesenjangan sosial

2. waktu fadilah : Sebelum Sholat Id ZAKAT FITRAH DENGAN UANG


3. Waktu jawaz / boleh : Mulai awal Ramadhan sampai akhir Ramadhan Terdapat dua pendapat ulama dalam masalah ini (zakat fitrah dengan uang).
4. Waktu makruh:; sesudah sholat Id, sebelum terbenamnya matahari ( Magrib ) Pendapat pertama, memperbolehkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) menggunakan
mata uang. Pendapat kedua, melarang pembayaran zakat fitri menggunakan mata uang.
5. waktu haram : sesudah terbenamnya matahari pada hari raya
Ulama yang memperbolehkan Zakat fitrah dengan uang : Ulama yang berpendapat
F. Mustahiq ( orang yang berhak menerima Zakat ) : demikian adalah Umar bin Abdul Aziz, Al-Hasan Al-Bashri, Atha’, Ats-Tsauri, dan Abu
1. Fakir Hanifah.
2. Miskin
3. Amil ( Yang menangani zakat ) Dalil ulama yang memperbolehkan pembayaran zakat fitri dengan uang:
4. Muallaf ( orang yang baru masuk islam )
5. Riqob ( Hamba Sahaya )
Dalil riwayat yang disampaikan adalah pendapat Umar bin Abdul Aziz dan Al-Hasan Al-Khiraqi mengatakan, “Siapa saja yang menunaikan zakat menggunakan mata uang maka
Al-Bashri. zakatnya tidak sah.” (Al-Mughni, Ibnu Qudamah)

1. Istihsan (menganggap lebih baik). Mereka menganggap mata uang itu lebih baik dan Abu Daud mengatakan, “Imam Ahmad ditanya tentang pembayaran zakat mengunakan
lebih bermanfaat untuk orang miskin daripada bahan makanan. dirham. Beliau menjawab, “Aku khawatir zakatnya tidak diterima karena menyelisihi sunah
Rasulullah.” (Masail Abdullah bin Imam Ahmad; dinukil dalam Al-Mughni, 2:671)
Pendapat yang melarang pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) dengan uang
Dari Abu Thalib, bahwasanya Imam Ahmad kepadaku, “Tidak boleh memberikan zakat fitri
Pendapat ini merupakan pendapat yang dipilih oleh mayoritas ulama. Mereka dengan nilai mata uang.” Kemudian ada orang yang berkomentar kepada Imam Ahmad, “Ada
mewajibkan pembayaran zakat fitri menggunakan bahan makanan dan melarang membayar beberapa orang yang mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz membayar zakat
zakat dengan mata uang. Di antara ulama yang berpegang pada pendapat ini adalah Imam menggunakan mata uang.” Imam Ahmad marah dengan mengatakan, “Mereka meninggalkan
Malik, Imam Asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad. Bahkan, Imam Malik dan Imam Ahmad secara hadis Nabi dan berpendapat dengan perkataan Fulan. Padahal Abdullah bin Umar
tegas menganggap tidak sah jika membayar zakat fitri mengunakan mata uang. Berikut ini mengatakan, ‘Rasulullah mewajibkan zakat fitri satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.’
nukilan perkataan mereka. Allah juga berfirman, ‘Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul.’ Ada beberapa orang
yang menolak sunah dan mengatakan, ‘Fulan ini berkata demikian, Fulan itu berkata
Perkataan Imam Malik
demikian.” (Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 2:671)

Imam Malik mengatakan, “Tidak sah jika seseorang membayar zakat fitri dengan mata uang
Zahir mazhab Imam Ahmad, beliau berpendapat bahwa pembayaran zakat fitri dengan nilai
apa pun. Tidak demikian yang diperintahkan Nabi.” (Al-Mudawwanah Syahnun)
mata uang itu tidak sah.

Imam Malik juga mengatakan, “Wajib menunaikan zakat fitri senilai satu sha’ bahan
Beberapa perkataan ulama lain:
makanan yang umum di negeri tersebut pada tahun itu (tahun pembayaran zakat fitri).” (Ad-
Din Al-Khash)  Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Allah mewajibkan pembayaran zakat
fitri dengan bahan makanan sebagaimana Allah mewajibkan pembayaran kafarah 
Perkataan Imam Asy-Syafi’i
dengan bahan makanan.” (Majmu’ Fatawa)

Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Penunaian zakat fitri wajib dalam bentuk satu sha’ dari  Taqiyuddin Al-Husaini Asy-Syafi’i, penulis kitab Kifayatul Akhyar (kitab fikih

umumnya bahan makanan di negeri tersebut pada tahun tersebut.” (Ad-Din Al-Khash) Mazhab Syafi’i) mengatakan, “Syarat sah pembayaran zakat fitri harus berupa biji
(bahan makanan); tidak sah menggunakan mata uang, tanpa ada perselisihan dalam
Perkataan Imam Ahmad masalah ini.” (Kifayatul Akhyar, 1:195)
 An-Nawawi mengatakan, “Ishaq dan Abu Tsaur berpendapat bahwa tidak boleh seorang pun sahabat bahwa mereka membayar zakat fitri dengan mata uang. (Minhajul
membayar zakat fitri menggunakan uang kecuali dalam keadaan darurat.” (Al- Muslim, hlm. 251)
Majmu’)

 An-Nawawi mengatakan, “Tidak sah membayar zakat fitri dengan mata uang
menurut mazhab kami. Pendapat ini juga yang dipilih oleh Malik, Ahmad, dan Ibnul
Mundzir.” (Al-Majmu’)

 Asy-Syairazi Asy-Syafi’i mengatakan, “Tidak boleh menggunakan nilai mata uang


untuk zakat karena kebenaran adalah milik Allah. Allah telah mengkaitkan zakat
sebagaimana yang Dia tegaskan (dalam firman-Nya), maka tidak boleh mengganti
hal itu dengan selainnya. Sebagaimana berkurban, ketika Allah kaitkan hal ini
dengan binatang ternak, maka tidak boleh menggantinya dengan selain
binatang ternak.” (Al-Majmu’)

 Ibnu Hazm mengatakan, “Tidak boleh menggunakan uang yang senilai (dengan
zakat) sama sekali. Juga, tidak boleh mengeluarkan satu sha’ campuran dari beberapa
bahan makanan, sebagian gandum dan sebagian kurma. Tidak sah membayar dengan
nilai mata uang sama sekali karena semua itu tidak diwajibkan (diajarkan)
Rasulullah.” (Al-Muhalla bi Al-Atsar, 3:860)

 Asy-Syaukani berpendapat bahwa tidak boleh menggunakan mata uang kecuali jika
tidak memungkinkan membayar zakat dengan bahan makanan.” (As-Sailul Jarar,
2:86)

Di antara ulama abad ini yang mewajibkan membayar dengan bahan makanan adalah Syekh
Ibnu Baz, Syekh Ibnu Al-Utsaimin, Syekh Abu Bakr Al-Jazairi, dan yang lain. Mereka
mengatakan bahwa zakat fitri tidak boleh dibayarkan dengan selain makanan dan tidak boleh
menggantinya dengan mata uang, kecuali dalam keadaan darurat, karena tidak terdapat
riwayat bahwa Nabi mengganti bahan makanan dengan mata uang. Bahkan tidak dinukil dari

Anda mungkin juga menyukai