Anda di halaman 1dari 9

NAMA : YUSUP EKA WARDANA

NIM : 180210303078

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan
suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain
sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

IPM Kalimantan Timur


Pembangunan manusia di Kalimantan Timur terus mengalami kemajuan, yang
ditandai dengan terus meningkatnya nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada
tahun 2019, IPM Kalimantan Timur telah mencapai 76,61 atau meningkat 0,78 poin
dibandingkan IPM tahun 2018 sebesar 75,83.
Kemajuan pembangunan manusia Kalimantan Timur pada tahun 2019
mengalami percepatan. Ditandai oleh pertumbuhan IPM yang mencapai 1,03 persen,
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2018 yang sebesar 0,95 persen.
Pada tahun 2019, status pembangunan manusia di Kalimantan Timur berada
pada level atau kategori “Tinggi”. Status tersebut masih sama dengan tahun 2018.
Masing-masing komponen pembentuk IPM Kalimantan Timur mengalami
peningkatan. Dengan pertumbuhan tertinggi untuk komponen Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan, sedangkan yang terendah adalah Harapan Lama Sekolah (HLS). Adapun
nilai atau capaian Umur Harapan Hidup (UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan, masing-masing
sebesar 74,22 tahun, 13,69 tahun, 9,70 tahun dan 12,36 juta rupiah.
Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Bontang berubah status
pembangunan manusia menjadi kategori “Sangat Tinggi” Meningkatnya IPM
Kalimantan Timur terjadi di seluruh wilayah, dengan IPM tertinggi adalah Kota
Samarinda (80,20), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Mahakam Ulu
(67,58)

IPM Kalimantan Tengah


Secara umum, pembangunan manusia Kalimantan Tengah terus mengalami
kemajuan selama periode 2010 hingga 2019. IPM Kalimantan Tengah meningkat dari
65,96 pada tahun 2010 menjadi 70,91 pada tahun 2019. Selama periode tersebut, IPM
Kalimantan Tengah rata-rata tumbuh sebesar 0,81 persen per tahun dan meningkat
dari level “sedang” menjadi “tinggi” mulai tahun 2018. Pada periode 2018-2019, IPM
Kalimantan Tengah tumbuh 0,70 persen.
Pada tahun 2019, pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara
67,57 (Seruyan) hingga 80,77 (Palangka Raya). Pada dimensi umur panjang dan
hidup sehat, Umur Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 65,70 tahun (Katingan)
hingga 73,19 tahun (Palangka Raya). Sementara pada dimensi pengetahuan Harapan
Lama Sekolah berkisar antara 11,74 tahun (Murung Raya) hingga 14,94 tahun
(Palangka Raya), serta Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas
berkisar antara 7,46 tahun (Murung Raya) hingga 11,51 tahun (Palangka Raya).
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar antara
8,74 juta rupiah per tahun (Sukamara) hingga 14,09 juta rupiah per tahun (Palangka
Raya).
Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2019 juga terlihat dari
perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah
kabupaten/kota yang berstatus “sedang” berkurang dari sembilan kabupaten pada
tahun 2018 menjadi enam kabupaten pada tahun 2019. Tiga kabupaten yang naik
kelas (mengalami peningkatan status pembangunan manusia) yaitu Kabupaten Barito
Selatan, Kabupaten Barito Utara, dan Kabupaten Lamandau. Hingga saat ini, terdapat
tujuh kabupaten yang berstatus pembangunan manusia “tinggi” dan satu kota
(Palangka Raya) yang berstatus pembangunan manusia “sangat tinggi”.
Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level
kabupaten/kota. Selama periode 2018 hingga 2019, IPM di seluruh kabupaten/kota
mengalami peningkatan. Pada periode ini, tercatat tiga kabupaten dengan kemajuan
pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Pulang Pisau (1,18 persen),
Kabupaten Lamandau (1,16 persen), dan Kabupaten Barito Utara (1,15 persen).
Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten
Lamandau didorong oleh dimensi pengetahuan, sementara kemajuan pembangunan
manusia di Kabupaten Barito Utara didorong oleh dimensi standar hidup layak.

IPM Kalimantan Barat


Secara umum, pembangunan manusia Kalimantan Barat terus mengalami
kemajuanselama periode 2010 hingga 2019. IPM Kalimantan Barat meningkat dari
61,97 pada tahun 2010 menjadi 67,65 pada tahun 2019. Selama periode tersebut, IPM
Kalimantan Barat rata-rata tumbuh sebesar 0,98 persen per tahun. Pada periode 2018-
2019, IPM Kalimantan Barat berhasil tumbuh 1,00 persen.
Pada tahun 2019, pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara
62,66 (Kayong Utara) hingga 79,35 (Kota Pontianak). Pada dimensi umur panjang
dan hidup sehat, Umur Harapan Hidup Saat Lahir berkisar antara 68,11 tahun
(Kayong Utara) hingga 73,67 tahun (Bengkayang). Sementara pada dimensi
pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,15 tahun (Melawi) hingga
14,99 tahun (kota Pontianak). Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun keatas
berkisar antara 6,00 tahun (Kayong Utara) hingga 10,14 tahun (kota Pontianak).
Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar
antara 7,206 juta rupiah per tahun (Kapuas Hulu) hingga 14,515juta rupiah per tahun
(kota Pontianak).
Dari 14 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat, tahun 2019 terdapat 2
(dua) kota berstatus “tinggi” yaitu kota Pontianak dan kota Singkawang, sedangkan
12 kabupaten lainnya berstatus “sedang”. Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga
tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2018 hingga 2019, seluruh
kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tiga kabupaten/kota
dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Kayong
Utara 1,36%, Kabupaten Ketapang 1,13%, dan Kabupaten Bengkayang 1,08%.
Kemajuan pembangunan manusia di 3 (tiga) kabupaten tersebut didorong oleh
dimensi pendidikan.

IPM Kalimantan Selatan


Periode 2010 hingga 2019. IPM Kalimantan Selatan meningkat dari 65,20
pada tahun 2010 menjadi 70,72 pada tahun 2019. Selama periode tersebut, IPM
Kalimantan Selatan rata-rata tumbuh sebesar 0,94 persen per tahun. Khusus pada
periode 2018-2019, IPM Kalimantan Selatan tumbuh 0,78 persen. Selama periode
2010 hingga 2019, IPM Kalimantan Selatan menunjukkan kemajuan yang cukup
besar dan sejak 2018 yang lalu, pembangunan manusia Kalimantan Selatan telah
berstatus “tinggi” dengan capaian IPM di atas 70.
Pada tahun 2019, pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level ini berkisar antara 65,49
(Kabupaten Hulu Sungai Utara) hingga 79,22 (Kota Banjarbaru). Pada dimensi umur
panjang dan hidup sehat, Umur Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 63,58 tahun
(Kabupaten Hulu Sungai Utara) hingga 71,87 tahun (Kota Banjarbaru). Sementara
pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,86 tahun
(Kabupaten Tapin) hingga 14,80 tahun (Kota Banjarbaru), serta Rata-rata Lama
Sekolah berkisar antara 7,27 tahun (Kabupaten Balangan) hingga 10,94 tahun (Kota
Banjarbaru). Pengeluaran per kapita di tingkat kabupaten/kota berkisar antara 9,772
juta rupiah per tahun (Kabupaten Hulu Sungai Utara) hingga 14,547 juta rupiah per
tahun (Kota Banjarmasin)
Kemajuan pembangunan manusia juga dapat dilihat dari perubahan status
pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Dalam periode tahun 2010─2019,
ada empat kabupaten yang mengalami perubahan status. Kabupaten Hulu Sungai
Utara pada tahun 2012 naik kelas menjadi berstatus “sedang”, setelah sebelumnya
berada pada status “rendah”. Sementara kabupaten Tabalong pada tahun 2016
berubah status dari “sedang” menjadi “tinggi”. Tahun 2018, Kabupaten Tanah
Bumbu menyusul Kabupaten Tabalong sebagai daerah dengan status IPM “tinggi”.
Terakhir tahun 2019, Kabupaten Tapin berhak menyandang Indeks IPM “tinggi”.
Secara keseluruhan hingga tahun 2019 ada lima daerah yang telah mencapai status
“tinggi”, yakni Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tapin. Sementara sisanya, 8 (delapan) kabupaten lain
berstatus “sedang”.
Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level
kabupaten/kota. Selama periode 2018 hingga 2019, seluruh kabupaten/kota
mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tercatat tiga kabupaten dengan
kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Kotabaru (tumbuh
0,92 persen), Kabupaten Banjar (0,91 persen), dan Kabupaten Tabalong (0,90
persen). Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten
Banjar lebih didorong oleh dimensi pendidikan, sementara di Kabupaten Tabalong
didorong oleh dimensi ekonomi.

IPM Kalimantan Utara


Secara umum, pembangunan manusia Kalimantan Utara terus mengalami
kemajuan selama periode2013hingga 2018. IPM Kalimantan Utara meningkat dari
67,99 pada tahun 2013 menjadi 70,56 pada tahun 2018. Selama periode tersebut, IPM
Kalimantan Utara rata-rata tumbuh sebesar 0,75 persen per tahun. Pada tahun 2018,
IPM Kalimantan Utara tumbuh sebesar 1,03 persen. Pertumbuhan ini menjadikan
status IPM yang semula “sedang” berubah menjadi “tinggi”.
Pada tahun 2018, pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara
65,67 (Nunukan) hingga 75,69 (Tarakan). Pada dimensi umur panjang dan hidup
sehat, Umur Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 71,27 tahun (Nunukan) hingga
73,88 tahun (Tarakan). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah
berkisar antara 12,19 tahun (Tana Tidung) hingga 13,70 tahun (Tarakan), serta Rata-
rata Lama Sekolah berkisar antara 7,73 tahun (Nunukan) hingga 9,94 tahun
(Tarakan). Pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkatkabupaten/kota berkisar
antara 6,96 juta rupiah per tahun (Nunukan) hingga 11,15 juta rupiah per tahun
(Tarakan).Kota Tarakan selalu memiliki capaian tertinggi pada setiap dimensi
penyusun IPM, sementara Kabupaten Nunukan hampir selalu memiliki capaian
terrendah, kecuali pada dimensi Harapan Lama Sekolah. Oleh karena itu,
pembangunan manusia, khususnya di Kabupaten Nunukan perlu lebih ditingkatkan
lagi agar setara dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Utara.
Jika dilihat berdasarkan statusnya, capaian pembangunan manusia pada
kabupaten/kota di Kalimantan Utara masih sama seperti tahun sebelumnya. Terdapat
tiga kabupaten/kota dengan status capaian pembangunan manusia “tinggi” yaitu Kota
Tarakan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Bulungan. Sementara itu, dua
kabupaten lainnya, Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan masih berstatus
“sedang”

POTENSI BENCANA
Pulau Kalimantan meskipun terbilang aman dari potensi bencana alam yang
besar seperti gempa bumi, gunung Meletus, dan tsunami, namun pulau ini
menyimpan pelbagai potensi bencana alam yang bisa menjadi ancaman masyarakat.
Ancaman bencana alam tersebut di antaranya banjir, tanah longsor, angin topan.

Pulau Kalimantan merupakan sebuah pulau yang rawan banjir, karena jika
melihat dari kondisi geografisnya Pulau Kalimantan merupakan daerah rawa dan
mempunyai banyak sungai. keberadaan batu bara dan gambut di Kalimantan justru
mengindikasikan bahwa Kalimantan rentan terkena banjir saat musim hujan dan
kebakaran hutan saat musim kemarau. Berada di busur belakang cincin api,
Kalimantan sebenarnya pulau paling aman di Indonesia karena mereka tidak memiliki
deretan gunung api dan kegempaannya juga minim. Ini pula yang menjadi salah satu
alasan untuk memindahkan ibu kota RI dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Namun,
keseimbangan alam Kalimantan yang terganggu juga menyimpan bentuk bencana
yang lain. Perubahan lanskap hutan secara drastis hanya dalam kurun kurang dari 50
tahun itu menyebabkan kehancuran luar biasa. Tutupan hutan di Kalimantan merosot
drastis. Tanah-tanah bopeng karena tambang. Sawit menggantikan tutupan lahan,
mengusir pergi keragaman hayati yang tercipta dari jutaan tahun evolusi dan seleksi
alam.
Kebakaran hutan dan kabut asap telah menjadi rutinitas di Kalimantan.
Puncaknya adalah terjadi kebakaran hutan dan lahan hebat di Kalimantan di ujung
akhir jatuhnya rezim Orde Baru sekitar tahun 1997/1998. Di Kalimantan Tengah,
dalam sebuah studi disebutkan bahwa proses kebakaran lahan gambut sudah ada sejak
sekitar 10.000 tahun lalu hingga tahun 2000-an. Namun, kebakaran-kebakaran saat
itu, sifatnya lokal dan kecil-kecil. Kebakaran lahan gambut di Kalimantan secara
masif dengan skala yang belum terjadi sebelumnya, baru terjadi pada 1997 dan 1998.
kekeringan yang dipicu fenomena cuaca El Nino pada 1996/1997 bukan faktor utama
masifnya kebakaran hutan di Indonesia, khususnya Kalimantan.
kebakaran masif di lahan gambut Kalimantan pada tahun itu lebih disebabkan
Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar yang dijalankan di era
Pemerintahan Soeharto sejak 1996. Proyek ini memimpikan mengubah lahan gambut
menjadi lahan pertanian dengan jalan mengeringkan air di dalam gambut dengan
membuat kanal-kanal ribuan kilometer.
Selain kebakaran hutan pulau Kalimantan juga tak luput dari bencana banjir.
Baru baru ini saja banjir besar telah menggenangi 11 dari 13 kabupaten/kota di
Kalsel, dengan ketinggian rata-rata hingga lebih dari 1 meter. Hanya Kabupaten
Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Mengacu data Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan dengan intensitas
tinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, Banjarmasin, pada 10-15
Januari 2021, dengan intensitas harian berturut-turut 125 milimeter (mm), 30 mm, 35
mm, 51 mm, 249 mm, dan 131 mm. akumulasi jumlah curah hujan selama 2 hari di
Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor mencapai 300 mm, yang jika dibandingkan
pada normal jumlah curah hujan bulanan Januari sebesar 394 mm, maka kondisi ini
tergolong dalam kondisi ekstrem.
Namun faktor hujan tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Perubahan guna lahan,
menambah kerentanan itu, sehingga ketika terjadi hujan ektrem, risiko banjir meluas
seperti terjadi saat ini.Jadi, tidak ada faktor tunggal. Kalau morfometri dan morfologi
mungkin relatif minim perubahan, tetapi yang mungkin berubah dan bisa dibenahi
adalah tata guna lahan dan tutupan hutan
Selain bencana banjir, dan kebakaran hutan, Kalimantan juga memiliki
potensi tanah longsor, tanah longsor yang terjadi di Kalimantan disebabkan oleh
adanya perubahan tutupan lahan untuk pertambangan, sehingga daya ikat tanah
terhadap air berkurang karena banyak pohon di tebang untuk keperluan perkebunan
sawit dan pertambangan batubara.
Bencana banjir, sebagaimana kebakaran hutan dan kabut asap atau tanah
longsor yang rutin terjadi, memang tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia
mengekstraksi sumber daya alam hingga melebihi daya dukung dan daya
tampungnya.

Anda mungkin juga menyukai