NIM : 180210303078
POTENSI BENCANA
Pulau Kalimantan meskipun terbilang aman dari potensi bencana alam yang
besar seperti gempa bumi, gunung Meletus, dan tsunami, namun pulau ini
menyimpan pelbagai potensi bencana alam yang bisa menjadi ancaman masyarakat.
Ancaman bencana alam tersebut di antaranya banjir, tanah longsor, angin topan.
Pulau Kalimantan merupakan sebuah pulau yang rawan banjir, karena jika
melihat dari kondisi geografisnya Pulau Kalimantan merupakan daerah rawa dan
mempunyai banyak sungai. keberadaan batu bara dan gambut di Kalimantan justru
mengindikasikan bahwa Kalimantan rentan terkena banjir saat musim hujan dan
kebakaran hutan saat musim kemarau. Berada di busur belakang cincin api,
Kalimantan sebenarnya pulau paling aman di Indonesia karena mereka tidak memiliki
deretan gunung api dan kegempaannya juga minim. Ini pula yang menjadi salah satu
alasan untuk memindahkan ibu kota RI dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Namun,
keseimbangan alam Kalimantan yang terganggu juga menyimpan bentuk bencana
yang lain. Perubahan lanskap hutan secara drastis hanya dalam kurun kurang dari 50
tahun itu menyebabkan kehancuran luar biasa. Tutupan hutan di Kalimantan merosot
drastis. Tanah-tanah bopeng karena tambang. Sawit menggantikan tutupan lahan,
mengusir pergi keragaman hayati yang tercipta dari jutaan tahun evolusi dan seleksi
alam.
Kebakaran hutan dan kabut asap telah menjadi rutinitas di Kalimantan.
Puncaknya adalah terjadi kebakaran hutan dan lahan hebat di Kalimantan di ujung
akhir jatuhnya rezim Orde Baru sekitar tahun 1997/1998. Di Kalimantan Tengah,
dalam sebuah studi disebutkan bahwa proses kebakaran lahan gambut sudah ada sejak
sekitar 10.000 tahun lalu hingga tahun 2000-an. Namun, kebakaran-kebakaran saat
itu, sifatnya lokal dan kecil-kecil. Kebakaran lahan gambut di Kalimantan secara
masif dengan skala yang belum terjadi sebelumnya, baru terjadi pada 1997 dan 1998.
kekeringan yang dipicu fenomena cuaca El Nino pada 1996/1997 bukan faktor utama
masifnya kebakaran hutan di Indonesia, khususnya Kalimantan.
kebakaran masif di lahan gambut Kalimantan pada tahun itu lebih disebabkan
Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar yang dijalankan di era
Pemerintahan Soeharto sejak 1996. Proyek ini memimpikan mengubah lahan gambut
menjadi lahan pertanian dengan jalan mengeringkan air di dalam gambut dengan
membuat kanal-kanal ribuan kilometer.
Selain kebakaran hutan pulau Kalimantan juga tak luput dari bencana banjir.
Baru baru ini saja banjir besar telah menggenangi 11 dari 13 kabupaten/kota di
Kalsel, dengan ketinggian rata-rata hingga lebih dari 1 meter. Hanya Kabupaten
Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Mengacu data Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan dengan intensitas
tinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, Banjarmasin, pada 10-15
Januari 2021, dengan intensitas harian berturut-turut 125 milimeter (mm), 30 mm, 35
mm, 51 mm, 249 mm, dan 131 mm. akumulasi jumlah curah hujan selama 2 hari di
Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor mencapai 300 mm, yang jika dibandingkan
pada normal jumlah curah hujan bulanan Januari sebesar 394 mm, maka kondisi ini
tergolong dalam kondisi ekstrem.
Namun faktor hujan tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Perubahan guna lahan,
menambah kerentanan itu, sehingga ketika terjadi hujan ektrem, risiko banjir meluas
seperti terjadi saat ini.Jadi, tidak ada faktor tunggal. Kalau morfometri dan morfologi
mungkin relatif minim perubahan, tetapi yang mungkin berubah dan bisa dibenahi
adalah tata guna lahan dan tutupan hutan
Selain bencana banjir, dan kebakaran hutan, Kalimantan juga memiliki
potensi tanah longsor, tanah longsor yang terjadi di Kalimantan disebabkan oleh
adanya perubahan tutupan lahan untuk pertambangan, sehingga daya ikat tanah
terhadap air berkurang karena banyak pohon di tebang untuk keperluan perkebunan
sawit dan pertambangan batubara.
Bencana banjir, sebagaimana kebakaran hutan dan kabut asap atau tanah
longsor yang rutin terjadi, memang tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia
mengekstraksi sumber daya alam hingga melebihi daya dukung dan daya
tampungnya.