Anda di halaman 1dari 4

NILAI PABEAN BERDASARKAN NILAI TRANSAKSI BARANG IMPOR BERSANGKUTAN

Pengertian Nilai Pabean


Nilai pabean adalah nilai yang digunakan untuk menghitung bea masuk. Bea masuk diperolah dari perkalian antara nilai
pabean dengan tarif bea masuk atas suatu barang impor hingga didapatkan besarnya bea masuk yang harus dibayar (BM =
% x Nilai pabean). Nilai pabean muncul pada pemberitahuan pabean impor (PIB) yang disampaikan oleh importir. Pada
umumnya nilai pabean menggunakan terminologi Cost Insurance Freight (CIF). Nilai CIF suatu barang impor setelah
dikalikan dengan kurs mata uang asing tertentu yang disepakati dalam kegiatan jual beli barang menjadi nilai pabean (Nilai
pabean = CIF x Kurs).
Agar lebih jelas pembahasan tentang nilai pabean mari kita lihat tampilannya di dokumen pemberitahuan pabean impor.
Pada print out PIB akan terlihat gambar seperti di bawah ini:

Fokus kita pada kolom nilai pabean ya… terlihat pada gambar diatas nilai pabean dalam terminologi CIF sebesar USD 80.000
dengan NDPBM (kurs) per I USD sebesar RP 13.617 sehingga nilai pabean diberitahukan sebesar Rp 1.089.360.000,- Nilai
ini adalah pemberitahuan dari importir kepada pejabat Bea dan Cukai yang selanjutnya akan diteliti dan ditetapkan apakah
nilai nilai pabean yang diberitahukan dapat diterima ataukah tidak.
Untuk memperjelas pembahasan ini berikut ini print screen dari modul (software) PIB, dimana pada kolom pengisian nilai
pabean akan tampak tampilan seperti di bawah ini ….
Dalam beberapa kondisi, nilai pabean tidak belum selesai di terminologi CIF karena terdapat biaya-biaya tertentu yang harus ditambahkan sebagaimana yang terlihat pada menu
editing harga. Pembahasan biaya-biaya tertentu yang ditambahkan pada CIF ini akan diuraikan pada modul ketiga.
Pengertian Nilai Transaksi

Berdasasrkan pasal 15 ayat1 Undang-undang Kepabeanan, nilai pabean yang digunakan untuk menghitung bea masuk
adalah nilai transaksi barang yang diimpor.
Nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar dari barang yang dijual untuk diekspor
ke daerah pabean ditambah dengan biaya-biaya tertentu, sepanjang biaya-biaya tertentu tersebut belum termasuk dalam
harga yang sebenarnya atau yang seharusnya dibayar.
Harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar merupakan total pembayaran yang telah dilakukan atau
akan dilakukan oleh pembeli kepada penjual atau untuk kepentingan penjual berkenaan dengan barang yang diimpor.
Pembayaran ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh pembayaran berupa kompensasi
utang penjual kepada pembeli secara keseluruhan atau Sebagian

Harga yang sebenarnya dibayar (price actually paid)

Pengertian harga yang sebenarnya dibayar (price actually paid) adalah harga barang yang pada waktu barang tersebut
diimpor – saat diserahkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Bea dan Cukai - telah dibayar atau dilunasi oleh
pembeli (importir).
Contoh :
PT AAA di Jakarta membeli sebuah mesin dari WTF Co di Hongkong dengan harga disepakati sebesar CIF USD 10.000,- Sesuai
kesepakatan di sales contract harga harus dibayar pembeli sebelum barang dikapalkan dari Hongkong.
Dari contoh diatas, maka saat pembeli (importir) memberitahukan barang impornya ke Bea dan Cukai, harga barang telah
dilunasi. Jika harga yang diberitahukan diragukan oleh pejabat, bukti pembayaran yang telah dimiliki harus diserahkan
untuk diteliti lebih lanjut.

Harga yang seharusnya dibayar (payable)

Sedangkan yang dimaksud dengan harga yang seharusnya dibayar (payable) adalah harga barang yang pada waktu barang
tersebut diimpor – saat diserahkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Bea dan Cukai – belum dibayar atau dilunasi
oleh pembeli (importir), baik sebagian maupun seluruhnya.
Contoh :
PT BBB di Bekasi membeli sebuah mesin dari COD Co di Taiwan dengan harga disepakati sebesar CIF USD 12.000,- Sesuai
kesepakatan di sales contract harga harus dibayar pembeli paling lama 60 hari sejak tanggal pengapalan.
Jika pembeli (importir) memberitahukan barang impornya ke Bea dan Cukai 20 hari sejak tanggal pengapalan maka harga
barang belum dilunasi sehingga bukti pembayaran belum dimiliki. Jika harga yang diberitahukan diragukan oleh pejabat,
maka importir harus menyerahkan dokumen yang meyakinkan tentang nilai transaksi barang.

Subjek penjualan
Nilai pabean suatu barang impor dapat menggunakan nilai transaksi dalam hal terdapat kondisi jual beli pada barang impor
dimaksud. Pengertian subjek penjualan berarti penjual menyerahkan barang dan menerima pembayaran sedangkan
pembeli menyerahkan uang dan menerima barang dimana terdapat perpindahan hak kepemilikan pada barang dimaksud.
Dalam hal barang impor bukan merupakan subyek dari suatu penjualan, berarti tidak terdapat nilai transaksi sehingga
barang impor yang bersangkutan tidak dapat ditetapkan nilai pabeannya berdasarkan nilai transaksi (Metode I).
Dengan demikian kita mesti cermat bahwa tidak semua barang impor terdapat kondisi jual beli. Contoh barang impor yang
bukan merupakan suatu subyek penjualan adalah sebagai berikut:
1. Barang yang dikirim secara konsinyasi yang dijual setelah pengimporan atas perintah dan/atau untuk kepentingan
pemasok. Pada saat diimpor belum terjadi jual beli, jual beli yang sebenarnya dilakukan setelah barang impor laku terjual
di daerah pabean.
2. Barang yang dikirim dengan cuma-cuma, misalnya barang hadiah, barang promosi, barang contoh. Biasanya pada invoice
tercantum kalimat No commercial value atau Value for customs only atau kadang tertulis free of charge.
3. Barang yang diimpor oleh intermediary yang tidak membeli barang dimana barang tersebut dijual setelah pengimporan,
4. Barang yang diimpor oleh anak cabang perusahaan dengan kondisi anak cabang tersebut bukan merupakan badan
hukum yang berdiri sendiri,
5. Barang yang disewa (leasing contract). Barang impor sementara termasuk kategori ini dimana setelah selesai sewa
harus diekspor kembali.
6. Barang bantuan dari luar negeri yang kepemilikannya ditangan pengirim barang.
Dengan demikian jelas, dalam hal terdapat salah satu kondisi di atas pada suatu barang impor maka nilai pabean barang
tersebut tidak dapat menggunakan metode I karena tidak terdapat nilai transaksi riil saat pada kegiatan impornya.

Anda mungkin juga menyukai