Anda di halaman 1dari 27

PEMANFAATAN INSTRUMEN

EKONOMI DALAM RANGKA


PENGELOLAAN SDA LOKAL
Oleh :
Prof. DR. I Made Benyamin, M.Ec
I. Pendahuluan

•Pajak

•Subsidi
Dibatasi
•Abatement
terhadap
•SNV. Standard
II. Pengelolaan Sumber Daya
Better off VS Worse off ?
Secara bijaksana
Secara sustainable development
III. Perangkat Ekonomi Dalam Pengelolaan
Sumber Daya
Insentif apa ? Subsidi ?
Disinsentif ? • Pajak
• Change System
• User Change
• Product Disposal Fee
• Performance Bond
• Administration Change
• Reliable Permit
• Deposit Refund
• DSB
Lanjutan Outline
•IV. Pajak Vs Subsidi
•V. Pajak Vs Abatement
•VI. Kondisi di Sulawesi Selatan
•VII. Kesimpulan
Ch. 6 Introduction

•6.1Introduction
•Damage = External Cost
•Pigovian Tax = Pollution Charges
6.2 The Optimal Pigovian Tax
Cost
Benefits

MNPB MEC (Marginal External Cost

MNPB – t*

t*

0 Q*
Penjelasan
• PengenaanTax (t*) akan mengakibatkan MNPB bergeser ke kiri menuju
(MNPB – t*)
• Pajak
t* yang harus dibayar pada setiap unit kegiatan akan mengakibatkan
Marginal Net Benefit berkurang dengan t*.
• Pencemaran akan memaksimumkan Private Net Benefit, berkenaan dengan
adanya pajak pada Q*, bagaimana t* ditentukan ?
• t* ditentukan sama dengan MEC pada tingkat optimum.
• Jadi,
Pigovian Tax akan optimal apabila dia sama dengan Marginal External
Cost (yaitu Marginal Pollution Damage) saat tingkat polusi optimal.
Langkah-langkah dalam menentukan
Damage Function

•Economic activity of the polluter

•Pollution Emission

•Pollution Concentration in the environment


•Pollution Exposure

•Physical Damage Function


•Monetery value of damage
Illustrating the optimal Pigovian Tax
mathematically
• NSB = PQ – C (Q) – EC (Q) ………………………(6.1)
• Artinya : Net Social Benefit (NSB) terdiri atas the gross benefit of the pollution activity
(PQ) dikurangi dengan Private Cost (C), lalu dikurangi External Cost (EC)
• Dimana, :

P = Harga
Q = Output ( Polluting Activity)
P tidak tergantung pada besar kecilnya Q ( P = Parametric)
-> yang terjadi pada pasar persaingan sempurna
Lanjutan
(6.2)
Max NSB -> First order condition

(6.3)
Dimana Social Cost (SC) = Private Cost (C) + External Cost (EC) sebagai
syarat NSB Maximum
Atau Jalan Lainnya :

Atau (6.4)
Dimana : NPB = Net Private Benefit yaitu harga dikurangi Private Cost

(6.5)

Dimana : Q* = The level of activity

Dengan menyelesaikan persamaan (6.3), maka diperoleh :

(6.6)
6.4 Pollution Charges & Property Rights (Fig.
6.2)
• Jika pencemaran terus berproduksi sampai Q*, ia akan dikenakan Total Pollution Tax Bill
sebesar 0 b d Q* + Q* d e Q#
• (Yang sama dengan a c d Q* + Q* d Q# f)
• Sekarang, Q* d e Q# ( The dotted arca) tidak dibayar sebab tax bill melebihi net private
benefit of output Q* Q#, sehingga pencemaran akan menghindari pajak dengan kembali
memproduksi Q*.
• Pada Q* pencemaran masih membayar 0 b d Q* dan ia dalam posisi membuat jumlah
pencemaran yang optimal. Kelihatannya pencemaran di penalti dua kali yaitu :
• Pertama, dengan penyaringan kota yang terjadi akibat ia kembali ke Q* untuk
menghindari pajak.
• kedua, dengan ia beroperasi pada tingkat polusi yang optimal.
Lanjutan…
• Apakah ini adil ? Jawabannya tergantung pada pandangan kita terhadap
Property Rights.
• Jika,pencemar (Firm) tidak memiliki hak (no right) dalam menggunakan
lingkungan sebagai pembuangan limbah, maka Pollution Charges sebesar 0 b
d Q* adalah besarnya charge (tagihan) karena menggunakan property yang
dimiliki oleh negara.
• Sebaliknya,jika Firm memiliki right untuk mencemari lingkungan, buk
charge pada optimal pollution dah charge antara Q* Q#, keduanya salah.
Firm tidak memiliki hak (no right) mencemari lingkungan diatas Q*, tetapi
memiliki hak (every right) sampai dengan optimal level of pollution.
6.5 Pollution charges & abatement costs
(pengurangan biaya)

• Pengenaan biaya pencemaran dimaksudkan agar dapat mendorong


pencemar memasang peralatan pengurangan pencemaran ( Pollution
abatement / control equipment).
• Diasumsikan bahwa pencemaran dapat menyesuaikan biaya
pencemaran dengan cara mengatur tingkat aktivitas Firm yang
menghasilkan pencemaran itu. Fig. 6.3 (4) (hal.89)
• MAC ( Marginal Abatement Cost) adalah biaya tambahan yang terjadi
akibat dari pengurangan tingkat pencemaran.
Contoh :
• Biaya tambahan (MC) dari pengurangan pencemaran dibawah tingkat
W1 adalah MAC 1 . Biaya tambahan dan pengurangan pencemaran
dibawah tingkat W2 adalah MAC 2. jadi makin rendah tingkat
pencemaran, maka makin tinggi tambahan biaya dalam usaha
mengurangi tingkat pencemaran itu. Jadi dalam praktiknya, adalah
relatif lebih murah biaya membersihkan pencemaran dan berat pada
awal terjadinya. Bila diawal kejadiannya kita hanya mampu sangat
kecil mengurangi pencemaran itu, maka selanjutnya akan dibutuhkan
biaya yang makin besar dalam pengurangan pencemaran tersebut
(alat pembersih makin besar diperlukan).
• Tingkat pencemaran optimal terjadi saat MAC = MEC
Ada persamaan antara MNPB dengan
MAC, yaitu :
1. Pencemar melakukan penyesuaian terhadap pajak dengan
pengurangan output. Keputusan ini berarti terjadinya Forgone profit
(net private benefit) jadi MNPB harus dipandang sebagai abatement
costs dalam hal hanya pengurangan output lah jalan untuk
mengurangi pencemaran.
2. MAC berarti kurva biaya. Bila pengurangan pencemaran melebihi
pengadaan abatement equipment.
3. MNPB = MAC, jika pengurangan output hanya satu-satunya jalan
dalam mengurangi polusi.
Bila konsep aturan MNPB = MEC dan MAC = MEC
digabungkan, maka akan diperoleh gambar 6.4 (hal 90 (5))
❖ dari a ke b MAC < MNPB berarti lebih murah melakukan pengurangan
pencemaran dengan pengadaan abatement equipment dengan cara pengurangan
output.
❖ Dari b ke 0 MAC > MNPB berarti lebih murah melakukan pengurangan
pencemaran dengan cara mengurangi output dengan mengadakan abatement
equipment (mengurangi polusi)
Catatan : arah panah menunjukkan bast kast cost path of reaction to regulation
• Pigovian Tax : t* = MEC At the optimal
• t = MAC level of pollution
• 6.6A format proves that MAC = MEC Products Optimal
Pollution (hal. 91)
• 6.7. Pigovian Taxes and Imperfect Competition (hal 92-93)
- Taxes & subsidi
• 6.8. charges as a low cost solution to standard setting (hal. 94-96)
• 6.9. Why are pollution taxes not widespread ?
Ch. 7. Environmental standards, taxes & subsidies
• 7.1. The in efficiency of standard setting.
• Penetapan standar untuk menjamin optimal level of extenality.
• Fig. 7.1 (hal 103)
• Dimana : S : standar yang ditetapkan
Ws: tingkat polusi sesuai standar
Qs : Tingkat kegiatan ekonomi sesuai standar
P : Penalty yang ditetapkan

• Pencemar sesuai standar harus mencemari sampai dengan tingkat yang diizinkan
beraktifitas (Qs) dengan tingkat Ws.
• Qs tidak optimal mengingat Qs < Ws. Jadi jika standard tidak ditetapkan pada tingkat Q*,
berarti ini tidak optimal.
• Tingkat optimal yaitu saat MNPB = MEC
Lanjutan…
• Jadi penalty (P) menjadi tidak efisien dalam hal ini. Pencemar terangsang
mencemari sampai dengan tingkat Qb, mengapa?
• Karena total P s/d Qb lebih rendah dari pada Net Private Benefit (NPB). Diatas Qb,
tingkat pencemaran sudah mengakibatkan P > MNPB.
• Masalahnya :
Dalam suatu daerah tsb, tingkat pencemaran banyak sekali, masing-masing
menyumbang pencemaran. Pencemaran total bisa menjadi jauh diatas standar dan
penegak hukum tidak dapat berbuat apa-apa.
Pencemar tetap beraktifitas sampai dengan Qb.
Yang ideal, penalty seharusnya ditetapkan setinggi P* dan output pun optimal
sampai Q*
7.2. Taxes Vs Standards
1) Taxes least cost solutions (Ch. 6)
2) Uncertainty & The benefit function.
Figure 7.2 (hal. 105)
MNPB (true) = the actual one
MNPB (false) = the wrong one

Bila pengambil keputusan menganggap bahwa MNPB (false) adalah kurva yang benar,
apakah biaya dalam kesalahan ini lebih besar bila ditetapkan standar atau kalau yang
ditetapkan pajak ?
Jawabannya ialah sepanjang MEC &MNPB mempunyai slope yang sama (tetapi tanda yang
berbeda), biaya kesalahan ini akan sama antara penetapan standard atau pajak.
Lanjutan…
• Jadipajak sebesar t dipakai sebagai dasar pencapaian tingkat optimum
pencemaran dengan anggapan MNPB (false) dianggap sebagai kurva yang benar.
• TetapiMNPB ( True) adalah sebenarnya kurva yg benar, sehingga pencemaran
akan beraktifitas s/d titik dimana MNPB (true) = t, yaitu pada titik Q !
• Akibatnya polusi terlalu banyak (karena yg optimal seharusnya pada Q*
• Kerugian akibat kebanyakan polusi adalah daerah di bawah MEC antara Q*Q1
dikurangi daerah dibawah MNPB (true) antara Q*Q1. daerah ini adalah seluas
b d e.
Lanjutan…
• Sekarang misalnya, pengambil keputusan menetapkan standard, dengan tetap percaya
pada MNPB (false). Gambar 7.2 memperlihatkan standard ditetapkan pada Q. dengan
penetapan standar ini aktifitas ekonomi menjadi Q, lebih rendah dari tingkat optimum Q*
dengan menimbulkan kerugian sebesar a b c.
• Luas b d e = luas a b c, sehingga tidak ada bedanya apakah menerapkan
instrument pajak atau penetapan standard
• Penetapan pajak atau standar akan mendatangkan pengaruh yang berbeda bila slope MEC
berbeda (Gambar 7.3 hal 106).
• Dalam kasus :
a) MEC sangat curam dibandingkan dengan kurva MNPB. Akibatnya solusi pajak
mendatangkan kerugian yang tidak besar sehingga penerapan standar lebih disukai.
b) Kurva MEC kurang curam (datar) akibatnya solusi standar mendatangkan kerugian
yang lebih besar, sehingga penerapan pajak tidak disukai.
3. Dynamic Efficiency
4. Administrative cost
7.3 Pollution Reduction Subsidies
• Subisdi biasanya merupakan pembayaran kepada Firm yang polusinya dibawah
ketetapan (tingkat tertentu)

S = Subisidi per unit polusi


W = Prescribed level
M = Actual level yang dicapai
pencemar dimana W < M

• Pembayaran subsidi = S ( W – M )
• Figure 74 (hal 108)
Ch. 11. Pollution Control Policy in Mixed
SCS
11.2. Direct Regulations : A Command and Control Philoshophy

• Setiap negara menerapkan pendekatan yang berbeda terhadapa persoalan yang berhubungan
dengan standard emisi / buangan dalam usaha melindungi lingkungan. Sepesifikasi pendekatan
itu pada umumnya meliputi :
1. Pembatasan dalam ukuran tingkat maksimum zat pencemaran yang bisa dibuang ke
lingkungan.
2. Spesifikasi pada derajat tertentu pada pengawasan pencemaran. Misalnya presentasi yang
boleh dibuang dari seluruh zat yan berbahaya dari emisi buangan itu.
3. Persyaratan dari peralatan ( kepraktisan dan ketersediaan teknologi) dalam upaya pengurangan
polusi.
4. Batas kepadatan polusi yang dibuang.
5. Caranya membuang yang dikatikan dengan biaya kerusakan yang terjadi.
6. Batas boleh membuang yan dikaitkan dengan spesifikasi input yang digunakan dan output
yang dihasilkan dalam proses produksi
Lanjutan…
• 11.4. Economic Pollution Control Policy.
• 11.5.

• 11.6. Economic Incentive Pollution Control Instruments


• Tabel 11.1 (Hal 172) penting!

Anda mungkin juga menyukai