Anda di halaman 1dari 5

1.

1    JENIS-JENIS SISTEM REAKSI


1.1.1   Reaksi Tunggal
Contoh reaksi tunggal yang menghasilkan produk samping ditunjukkan seperti dibawah ini:
            (CH3)2CHOH    à   CH3COCH3  +  H2
iso propil alkohol         aseton

1.1.2   Reaksi Berganda Paralel


Selain reaksi tunggal, suatu reaksi dapat juga menghasilkan reaksi selanjutnya (reaksi
sekunder) yang menghasilkan produk samping. Dalam jenis reaksi berganda paralel, produk
samping dihasilkan bersamaan (paralel) dengan pembentukan produk. Contoh sistem reaksi
paralel dapat dilihat pada pembuatan etilena oksida yang ditunjukkan pada reaksi-reaksi
dibawah ini:

Baca Juga

 Inhibitor korosi
 Bab-bab tentang jual beli
 Proposal Kerja Praktek di PT. Semen Andalas Indonesia
            CH2=CH2  +     3O2                   H2C         CH2
                                                                          O
etilena              oksigen                 etilen oksida

Reaksi ini paralel dengan reaksi:


            CH2=CH2   +    3O2  à  2CO2 + H2O
etilena              oksigen

1.1.3   Reaksi Berganda Seri


Selain reaksi primer dan sekunder secara bersamaan, reaksi-reaksi ini juga dapat berjalan
secara seri (setelah satu reaksi diikuti oleh reaksi berikutnya). Contoh sistem reaksi seri dapat
dilihat pada pembuatan formaldehida dari methanol yang ditunjukkan pada reaksi dibawah
ini:
            CH3OH    +     ½O2   à      HCHO      +     H2O
            metanol           oksigen     formaldehida         air
Selanjutnya diikuti oleh reaksi:
            HCHO          à   CO                          +    H2
            formaldehida       karbon monoksida         gas hidrogen

1.2    KONSENTRASI DI DALAM REAKTOR


Didalam pemilihan jenis reaktor juga perlu diperhatikan pengaruh konsentrasi. Kondisi
konsentrasi di dalam reaktor sering dilakukan melalui salah satu reaktan berlebih (excess),
penambahan inert material ke dalam reaktor, atau meresirkulasi produk yang tidak diinginkan
kembali ke reaktor.
1.2.1   Reaksi Tunggal Irreversible
Pada reaksi tunggal tidak dapat balik (irreversible), maka memperbesar konsentrasi salah satu
reaktan akan memperbesar konversi. Maka dipilih salah satu reaktan dibuat berlebih dan yang
lain sebagai limiting reaktan sehingga reaksi mendekati sempurna. Perhatikan reaksi dibawah
ini:

            C2H4      +   Cl2        à   C2H4Cl2


            etilena        khlorin            dikhloroetana
Pada reaksi ini etilena diumpankan berlebih agar khorin dapat dikonversi seluruhnya,
dimaksudkan agar khlorin tidak menjadi permasalahan pada unit pemisah berikutnya.
1.2.2   Reaksi Tunggal Reversible
Konversi maksimum yang dapat dicapai pada reaksi dapat balik (reversible) sangat
dipengaruhi oleh kesetimbangan reaksi atau konversi setimbang.
a.    Rasio umpan
Perbandingan umpan reaktor sedemikian dapat mencapai konversi setimbangan yang
maksimum. Konversi maksimum ini dapat dicapai bila produk reaksi dikurangi.
b.    Pengaruh penambahan inert
Penambahan inert (bahan yang tidak bereaksi) dalam reaksi bertujuan mempengaruhi
kesetimbangan reaksi sehingga dapat diperoleh konversi yang maksimum. Bila molekularitas
reaksi bernilai (-) maka sebaiknya tidak ada penambahan inert tetapi sebaliknya nilai
molekuritas bernilai (+) maka disarankan adanya penambahan inert.
c.    Pengambilan produk selama proses reaksi berlangsung
Pada reaksi setimbangan sebaiknya produk diambil secara kontinyu supaya diperoleh
konversi yang maksimum. Cara lain dilakukan dengan tahapan reaksi dimana dalam tahapan
tersebut dipisahkan produk antara (intermediate products). Sebagai contoh pemisahan produk
antara adalah dalam proses produksi asam sulfat melalui reaksi dibawah ini:
       2SO2                +   O2               2SO3
       Sulfur dioksida                       sulfur trioksida
Reaksi tersebut dapat dicapai konversi yang sempurna dengan mengikuti nilai
kesetimbangannya dan pengambilan sulfur trioksida yang terbentuk melalui proses absorpsi.
Dalam kasus ini pengambilan sulfur trioksida dengan air langsung menghasilkan asam sulfat.

1.2.3   Reaksi Berganda Paralel


Pada prinsipnya untuk memaksimalkan nilai selektifitas. Maka rasio kecepatan dibawah ini
harus diminimalkan:

Umpan 1 + Umpan 2 à Produk                     

Umpan 1 + Umpan 2 à Produk samping      

                        
Dalam hal ini,
apabila (α2 – α1) > (β2 – β1), maka lakukan operasi reaksi dengan CUmpan 2 berlebih
apabila (α2 – α1) < (β2 – β1), maka lakukan operasi reaksi dengan CUmpan 1 berlebih

1.2.4   Reaksi Berganda Seri


Pada reaksi seri maka bila produk merupakan produk tengahan maka konversi rendah pada
reaksi utama akan memperbesar selektifitas. Dan bila reaksi samping merupakan produk
tengahan maka konversi besar akan memperbesar selektifitas.

1.3    TEMPERATUR REAKTOR
Pemilihan temperatur operasi reaksi tergantung pada banyak faktor. Selain pertimbangan
kecepatan reaksi, juga perlu diperhatikan bahan konstruksi. Bahasan berikut hanya melihat
pengaruh temperatur terhadap konversi dan selektifitas sistem reaksi.
1.3.1   Reaksi Tunggal
Jenis reaksi yang berhubungan dengan temperatur dibagi dua yaitu reaksi endotermis dan
reaksi eksotermis.
a.    Reaksi Endotermis
Pada reaksi endotermis reversible, untuk meminimalkan volume reaktor atau meningkatkan
konversi reaksi, maka sistem reaksi dioperasikan pada temperatur tinggi. Temperatur reaksi
yang digunakan juga harus memperhatikan kemampuan katalis dan batasan material
konstruksi.

b.   Reaksi Eksotermis
Pada reaksi eksotermis irreversible maka sebaiknya reaktor dioperasikan pada temperatur
setinggi mungkin yang disesuaikan dengan kemampuan bahan konstruksi dan katalis
sehingga kecepatan reaksi akan besar dan volume reaktor akan kecil. Pada reaksi
eksotermis reversible sebaiknya temperatur reaktor dioperasikan pada temperatur rendah
supaya diperoleh konversi maksimum yang tinggi. Tetapi temperatur rendah akan
mengakibatkan kecepatan reaksi menjadi kecil sehingga volume reaktor akan menjadi besar.
Maka diperlukan kondisi operasi yang optimum.

1.3.2   Reaksi Berganda
Pada permasalah reaksi berganda, maka pemilihan temperatur pada kondisi reaktor adalah
untuk memaksimalkan nilai selektifitas dan meminimalkan volume reaktor pada nilai
konversi yang diberikan.
k1
            A                             B
k2
apabila k1 > k2, maka sistem reaksi dilakukan pada temperatur tinggi
apabila k2 > k1,  maka sistem reaksi dilakukan pada temperatur rendah. Dalam hal ini perlu
diperhatikan, pada kondisi temperatur rendah akan menaikkan selektifitas tetapi juga
meningkatkan volume reaktor. Pertimbangan ekonomi selanjutnya dilakukan antara
menurunkan terbentuknya produk samping atau menaikkan biaya konstruksi.

1.4    TEKANAN REAKTOR
1.4.1   Reaksi Tunggal
a.    Penurunan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penurunan jumlah mol maka tekanan reaktor harus besar. Sehingga
reaksi akan bergeser kearah kanan.
b.    Penambahan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penambahan jumlah mol maka tekanan reaksi harus kecil.

1.4.2   Reaksi Berganda
Pengambilan tekanan operasi pada reaksi yang lebih dari satu maka harus
mempertimbangkan masalah selektifitas, konversi dan volume reaktor.
1.5    FASA REAKSI
Penentuan fase reaksi sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan reaksi. Sehingga
pengetahuan fase bahan pada suhu reaksi sangat penting, apakah dalam fase padat, fase cair,
fase uap atau fase gas.

1.6    KATALIS
Kebanyakan proses menggunakan katalis untuk meningkatkan laju reaksi, tetapi katalis tidak
berubah secara kuantitas dan komposisi kimia pada akhir reaksi. Pemilihan katalis adalah
tahapan yang sangat penting. Apabila katalis digunakan pada reaksi berganda, maka katalis
tersebut mempunyai efek yang berbeda terhadap reaksi primer dan sekunder. Oleh karena itu,
katalis biasanya dikembangkan untuk meningkatkan reaksi yang diinginkan. Pemilihan
katalis akan sangat berpengaruh pada selektifitas reaksi. Proses katalitik dapat dibagi dua
yaitu homogen atau heterogen.
1.6.1   Katalis Homogen
Pada sistem katalis homogen reaksi berjalan seluruhnya pada fasa uap atau fasa cair. Jenis
katalis ini mempunyai fasa yang sama dengan bahan yang bereaksi. Biasanya katalis ini tidak
begitu disukai karena akan menimbulkan problem pada proses pemisahan katalis dan sering
menimbulkan dampak lingkungan.

1.6.2   Katalis Heterogen
Dalam sistem katalis heterogen, katalis berbeda fasa dengan spesies yang bereaksi. Pada
sistem katalis heterogen, katalis biasanya berbentuk padatan. Selama proses reaktan berdifusi
pada permukaan katalis dan terserap kedalam permukaannya dimana reaksi terjadi. Setelah
bereaksi, produk keluar dari katalis berdifusi kembali kedalam fasanya (cair atau gas).

1.7    UNJUK KERJA REAKTOR


Dalam memilih jenis reaktor perlu diketahui ter
MAKALAH
kahakhk

Anda mungkin juga menyukai