Anda di halaman 1dari 7

PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN COVID 19

Adelia Sabrina
adeliasabrinaa20@gmail.com

LATAR BELAKANG

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja
merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Menurut WHO, yang disebut remaja
adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan
usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 sampai 18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang
usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun serta belum menikah. Dengan demikian remaja adalah
waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah
dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia
dari anak-anak menuju dewasa.

Corona Virus Disease (COVID-19) merupakan penyakit yang ditimbulkan karena virus.
Penyakit ini melanda dunia di akhir tahun 2019 kemudian menjadi pandemic setelah ditetapkan
oleh Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan Corona Virus Disease (COVID-19) pada
tanggal 11 Maret 2020. Serangan virus ini telah menyebar dengan cepat hamper ke seluruh
dunia termasuk Indonesia. Penyebarannya Covid-19 ini dapat terjadi melalui kontak dekat
(sekitar 2 meter) dari orang ke orang melalui cipratan pernapasan yang terjadi ketika orang
yang terinfeksi Covid-19 batuk atau bersin. Cipratan dari batuk atau bersin tersebut kemudian
mendarat di mulut atau hidung orang yang berada didekatnya. Pada umumnya, tanda dan gejala
dari infeksi. coronavirus ini diantaranya ialah batuk, demam dan sesak napas, serta beberapa
kasus yang berat dapat menyebabkan syndrome pernapasan akut (mengalami kesulitan
bernapas). Pada kenyataannya, penyebaran pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan
gejala dan penyakit fisik saja, tetapi juga memberikan dampak psikologis baik pada
penderita atau masyarakat luas. Bagi penderita, dampak psikologis bisa dirasakan seperti
perasaan tertekan, stress dan cemas saat didiagnosis positif Covid-19. Sedangkan untuk
masyarakat luas, dapat menimbulkan perasaan tertekan, stress dan cemas dengan
pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-19. Kondisi seperti ini
tentunya berbahaya bagi para individu, karenanya diperlukan antisipasi atau pencegahan
terhadap dampak psikologis dari Covid-19 ini, salah satunya melalui peran remaja.

METODE

Metode yang digunakan yaitu metode literasi yakni menelaah dari berbagai sumber
publikasi ilmiah dan buku cetak. Dari hasil pencarian kemudian diolah dan dianalisis sehingga
menghasilkan sebuah pembahasan dan kesimpulan dari topik yang ditetapkan. Adapun data yang
digunakan pada kajian ini adalah bersumber dari data yang di dapatkan dengan
menggunakan GoogleScholar, scopus, dan e-book.

HASIL
Dalam menanggulangi pandemi Covid-19 tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Peran
masyarakat untuk jaga jarak dan tinggal di rumah menjadi penentu keberhasilan dalam
mengakhiri Covid-19 di Indonesia. Seperti yang sudah kita ketahui World Health Organizatio
(WHO) mengumumkan kasus pneumonia yang terjadi di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31
Desember 2019. Kasus pneumonia terjadi disebabkan oleh virus corona terbaru yang bernama
COVID-19 berarti coronavirus disease 2019 (WHO, 2020). Kasus pertama terjadi di Indonesia
sejak Pemerintah Indonesia mengumumkan dua Warga Negara Indonesia (WNI) dinyatakan
positip terinveksi coronavirus disease 2019. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada
hari Selasa 31 Maret 2020 mencatat, jumlah pasien Covid-19 di Indonesia yang sembuh
sebanyak 81 orang, sedangkan kasus positif bertambah 1.528 dan meninggal dunia 136 orang.
Dari kasus-kasus yang muncul pemerintah Indonesia banyak mengambil kebijakan-kebijakan
sebagai upaya memutuskan rantai penyebaran COVID-19. Pemerintah memutuskan untuk
melakukan lockdown wilayah, penghentian segala aktivitas di luar rumah termasuk proses
belajar di sekolah. Menurut data Organisasi Pendidikan,Keilmuan, dan Kebudayaan
PBB(UNESCO), setidaknya ada 290,5 juta siswa di seluruh dunia yang aktivitas belajarny
amenjadi terganggu akibat sekolah yang ditutup
Untuk itu, di tengah Covid-19 yang menjadikan keluarga sebagai pusat aktivitas, orang tua
harus kembali lebih menyadari peran pentingnya dalam pendidikan anak usia remaja. Belajar
dari rumah (BDR) menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari mulai dari jenjang Pendidikan
Dasar sampai jenjang Pendidikan Tinggi, begitupun untuk pendidikan anak di usia remaja. Hal
ini memberikan tuntutan pada guru untuk dapat memfasilitasi anak usia remaja untuk melakukan
kegiatan Belajar dari Rumah. Dikarenakan anak usia remaja cenderung masih mencari jati
ditrinya dikarenakan anak usia remaja sedang dalam masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, hal ini tentunya membutuh dukungan orang tua/wali untuk dapat membantu
memfasilitasi kegiatan Belajar dari rumah untuk anak usia remaja.

PEMBAHASAN
Belajar online/kuliah online bagi anak sekolah dan mahasiswa juga memberatkan mereka,
dari segi perekonomian dan skill belajar. Tersendatnya skill yang harusnya didapat dari belajar
secara luring membuat beberapa remaja jadi tidak melakukan apapun dan tidak berkembangnya
kemampuan yang harusnya bisa diasah saat sekolah/kuliah offline. Beberapa remaja menanggapi
bahwa mereka mengami stress/storm. Remaja merasa cemas atau khawatir terhadap apapun,
merasa tidak bahagia, sedih atau menangis, merasa gugup dalam situasi baru, mudah kehilangan
rasa percaya diri. Masa remaja dimana individu lebih menyadari siklus emosinya seperti
perasaan bersalah karena marah. Kesadaran yang baru ini dapat meningkatkan kemampuan
remaja dalam mengatasi emosi-emosinya. Beberapa faktor yang menyebabkan ansietas pada
masa pandemic COVID 19 adalah kurangnya informasi mengenai kondisi ini, pemberitaan yang
terlalu heboh di media masa ataupun media social, kurangnya membaca literasi terkait dengan
penyebaran dan mengantisipasi penularan corona virus. Kecemasan ini muncul juga karena
tidak ruang gerak yang bebas, karena pandemi ini datang secara tiba-tiba sehingga para remaja
mengira bahwa liburnya memang hanya 2 minggu saja. Namun, berlanjut selama 1 tahun. Tidak
adanya perjumpaan terhadap teman-teman sebaya untuk diajak berbicara membuat mereka
merasa tidak betah dirumah saja. Kondisi ansietas yang dialami remaja pada masa pandemic
ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran
akan menciptakan suasana kelas menjadi lebih hidup dan kondusif, dimana masing-masing
peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Belajar yang bermakna
terjadi bila peserta didik berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu
memutuskan apa yang akan dipelajari dancara mempelajarinya. Dari aktivitas yang timbul dari
peserta didik, maka menunjukkan bahwa adanya minat dan motivasi dari peserta didik itu
sendiri. Pembatasan interaksi sosial masyarakat dapat menghambat laju pertumbuhan dan
kemajuandalam berbagai bidang kehidupan, namun tidak ada pilihan lain, karena cara ini adalah
yang paling efektif. Kebijakan Social Distancing berakibat fatal terhadap roda kehidupan
manusia,masalah ekonomi yang paling terasa dampaknya, karena hal ini menyentuh berbagai
lapisan masyarakat. Tak terkecuali dibidang pendidikan juga ikut terdampak kebijakan ini.

Kondisi pandemic Covid-19 ini tetap harus dihadapi, kondisi kehidupan keluarga tiba-tiba
sangat berubah. Di lingkungan rumah peran keluarga menjadi faktor pendukung dalam
menghadapi situasi pandemic saat ini. Pandemi COVID-19 merupakan ancaman akut bagi
kesejahteraan anak-anak dan keluarga karena tantangan yang terkait dengan gangguan social
seperti ketidakamanan finansial, beban pengasuhan, dan stress terkait penyelesaian
(mis.perubahan struktur, dan rutinitas). Khusus bagi mereka yang berusia muda atau
remaja, adanya pandemi COVID-19 yang menyebakan pembatasan beraktivitas tentu
berdampak pada adanya tekanan mental. Mereka yang bisanya banyak melakukan aktivitas
di luar rumah “dipaksa” harus melakukannya di rumah atau tempat-tempat terbatas. Kondisi
tersebut berdampak pada masalah emosi dan perilaku atau kesehatan mental mereka. Sebelum
adanya pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa atau mental para remaja
merupakan masalah yang sangat serius karena berdampak pada perkembangan mereka,
serta menurunkan produktivitas serta kualitas hidup mereka. Di sejumlah negara, masalah
kesehatan mental anak remaja menjadi perhatian serius pemerintahnya. Kelompok remaja
dikenal sebagai kelompok yang cepat mengalami perubahan yang sangat signifikan, baik itu
terhadap fisik dan jiwanya, Hal itulahyang menjadikan kelompok remaja disebut sebagai
kelompok yang unik. Pada saat pandemi COVID-19 ini, kaum remaja mengalami masa yang
sulit. Mereka yang mampu mengendalikan emosinya tentu akan dengan mudah
menghadapi situasi tersebut, sebaliknya mereka yang labil emosinya tentu akan mengalami
masa tekanan yang lebih besar. Masa remaja juga merupakan masa dimana mental mereka
mengalami fluktuatif. Oleh karena itu, remaja yang menyadari adanya fluktuatif mental mereka
akan dengan mudah mengatasi emosi mereka yangterlalu berlebihan. Namun, ada juga
remaja yang tidak dapat mengendalikan mental mereka secara efektif sehingga mereka
akan mudah menderita depresi, emosional (mudah marah), dan hal tersebut berdampak lebih
lanjut terhadap adanya kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, dan kenakalan remaja. Pada
masa pandemic ini keluarga memiliki fungsi, yaitu fungsi cinta kasih sesame keluarga.
Sebagai wadah kehidupan yang penuh cinta kasih lahir batin ini, maka keluarga harus
punya rasa empati, memperhatikan dan juga menolong dengan ikut tanggung jawab
terlebih jika ada keluarga yang dalam hal ini dicurigai atau bahkan sudah ada yang postitif
mendertia infeksi covid-19. Keluarga juga menjadi tempat berlindung yang aman dan nyaman
bagi anggotanya. Karenanya, dalam rangka mencegah terjadinya penularan infeksi Covid-
19, keluarga diharapkan mampu membangun dan menerapkan etika cara hubungan yang
baik, saling mengingatkan kepada para anggotanya. Ketika semua keluarga taat dengan aturan
dan himbauan dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 ini, maka kemudian
anggota keluarga akan merasa aman. Anak remaja yang merasa aman dan nyaman di rumah akan
lebih mengurangi resiko ansietas pada dirinya sendiri dikarenakan anak remaja merasa merka
lebih nyaman berada di rumah dan memiliki kesadaran akan pentingnya tetap berada di rumah
selama masa pandemic ini untuk melindungi anggota keluarganya yang rentan terinfeksi virus
Covid-19. Anak remaja yang merasa nyaman dirumah bersama dengan keluarganya juga dapat
mempererat hubungan keluarga tersebut, orangtua juga harus tetap membimbing dan mengawasi
kegiatan anak remaja di dalam rumah dan tidak membatasi anak remaja untuk melakukan
komunikasi via daring terhadap teman-temannya.

Peran anak remaja pada situasi pandemic covid 19 ini tidak hanya untuk berdiam diri
dirumah saja tetapi juga harus bisa membantu melakukan pencegahan pEnularan covid 19 ini
dengan cara saling mengingatkan untuk tetap menjaga jarak bila berada di luar rumah, selalu
mencuci tangan setelah bersentuhan dengan benda ataupun hewan dan manusia, serta sebisa
mungkin membatasi kontak langsung dengan orang-orang dikarenakan antibody anak remaja
yang masih kuat sehingga bisa saja anak remaja sudah terinfeksi covid 19 namun tidak
menunjukkan gejala apapun. Oleh sebab itu anak remaja harus mempunyai kesadaran sendiri
akan bahaya virus covid 19 ini bagi orang-orang yang mereka sayangi. Peran orangtua juga
sangat penting untuk membantu anak remaja mengelola stress karena tidak bisa bertemu
langsung dengan teman-teman nya. Disinilah diperlukan peran orangtua untuk tetap mengayomi
anak remaja dalam penggunaan gadget agar anak remaja tidak menjadi kecanduan atau malah
bisa berakibat dengan ansietas social.
PENUTUP
Dalam menanggulangi pandemi Covid-19 tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Peran
masyarakat untuk jaga jarak dan tinggal di rumah menjadi penentu keberhasilan dalam
mengakhiri Covid-19 di Indonesia. Di lingkungan rumah peran keluarga menjadi faktor
pendukung dalam menghadapi situasi pandemic saat ini. Pandemi COVID-19 merupakan
ancaman akut bagi kesejahteraan anak-anak dan keluarga karena tantangan yang terkait dengan
gangguan social seperti ketidakamanan finansial, beban pengasuhan, dan stress terkait
penyelesaian (mis.perubahan struktur, dan rutinitas). Kelompok remaja dikenal sebagai
kelompok yang cepat mengalami perubahan yang sangat signifikan, baik itu terhadap fisik dan
jiwanya, Hal itulahyang menjadikan kelompok remaja disebut sebagai kelompok yang unik.
Pada saat pandemi COVID-19 ini, kaum remaja mengalami masa yang sulit. Mereka yang
mampu mengendalikan emosinya tentu akan dengan mudah menghadapi situasi tersebut,
sebaliknya mereka yang labil emosinya tentu akan mengalami masa tekanan yang lebih besar.
Anak remaja yang merasa aman dan nyaman di rumah akan lebih mengurangi resiko ansietas
pada dirinya sendiri dikarenakan anak remaja merasa merka lebih nyaman berada di rumah dan
memiliki kesadaran akan pentingnya tetap berada di rumah selama masa pandemic ini untuk
melindungi anggota keluarganya yang rentan terinfeksi virus Covid-19.

Referensi
Asmayanti. Syarif, A. Laelasari, E. (2021).Peran Orangtua Pada Keluarga Dalam Mencegah
Covid 19

Browne, D. T. (2020). Risk and Resilience in Family Well-Being During the COVID-19
Pandemic. American Psychological Association, 75(5), 631-643

Buana, Dana Riksa. (2020). "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi
Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa,". Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3

Budiyati, Gani Apriningtyas, EkaOktavianto. (2020). Stres Dan Resiliensi Remaja Di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan,10 (2), 11 – 18
Purwanto, A. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses
Pembelajaran Online di Sekolah. Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1–12

Syafrida. Hartati, R. (2020). Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia. Jurnal Sosial &
Budaya Syar-i.7(6):495-508

Setyawati, Irni, dkk. (2020). Perilaku Pencegahan Penularan COVID 19 Remaja di


Sidoarjo. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

Widayati, Linda Prasetyaning. Dan Ika Mustika. (2021). Sikap Remaja terhadap
UpayaPencegahan Penyebaran COVID19 pada Orang Tanpa Gejala (OTG) di Surabaya. JI-
KES: Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 4, No. 2, Februari 2021: Page 36-44 ISSN: 2579-7913

Yenita, M. Dkk. (2020). Inisiatif Masyarakat Indonesia Di Masa Awal Pandemi Covid-19:
Sebuah Upaya Pembangunan Kesehatan. Jurnal Kependudukan Indonesia. 33-38

Anda mungkin juga menyukai