Anda di halaman 1dari 24

SAHAM SYARIAH

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata


kuliah Manajemen Investasi & Pasar Modal Syariah
Dosen Pengampu:
Sulistyowati, SHI., MEI

Di susun oleh :
Kelas D

1. Lisa Zuliana (931323018)


2. Jahra Nur Apriliani (931323818)
3. Silfi Kurniawati (931324118)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI TAHUN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan taufik serta hidayahnya sehingga makalah
tentang perkembangan koperasi syariah di Indonesia dapat diselsesaikan tepat dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Investasi & Pasar Modal Syariah. Dalam
penulisan dan penyelesaiannya kami mendapat referensi dari beberapa sumber.
Dalam menyelesaikan masalah ini penyusun menemukan beberapa kesulitan. Oleh karena
itu penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen Manajemen Investasi & Pasar Modal Syariah
yang telah membimbing dan membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa juga penyusun sampaikan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, penyusun menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penyusun memohon kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah sebenarnya.

Kediri, 28 Februari 2021

Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kehidupan dewasa ini sangat berkembang pesat, terutama dalam hal
perekonomian. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Dikarenakan setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala yang
dibutuhkan dalam hidupnya. Salah satunya adalah melalui kegiatan investasi di pasar modal,
khususnya saham. Saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai
dengan syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant (Sholihin, 2010).
Dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saham syariah berpotensi besar
untuk berkembang di Indonesia. Menurut statistik perkembangan pasar modal syariah yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada akhir tahun 2012, jumlah
emiten Daftar Efek Syariah (DES) telah mencapai 302 emiten. Saham syariah di Indonesia juga
memiliki dua indeks saham syariah yang merupakan indikator penunjuk kinerja atau pergerakan
indeks harga saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Jakarta Islamic Index (JII)
yang berdiri sejak tahun 2000 dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang berdiri tahun
2011.
Pada saham syariah, pelaku pasar (investor) dituntut untuk memiliki pemahaman yang
baik tentang manajemen resiko dan manfaat transaksi di pasar modal untuk menghindari resiko
transaksi yang bersifat unknownables yaitu resiko yang menunjuk kejadian yang secara ekstrim
kemunculannya dan tidak terbayangkan sebelumnya sehingga transaksi yang dilakukan bersifat
gambling atau judi (Kurniawan, 2008). Guna mendapatkan pemahaman dan informasi yang
baik dibutuhkan suatu metode analisis yang dapat digunakan untuk mencegah prilaku abnormal
dalam transaksi saham dan mencegah kerugian yang terlalu tinggi. Salah satu model analisis
yang umumnya digunakan adalah analisis teknikal yang menggunakan data-data saham
sebelumnya untuk memprediksi harga saham. Untuk menghasilkan hasil analisis yang lebih
akurat, dibutuhkan sistem cerdas yang menggabungkan antara ilmu pengetahuan, teknik dan
metode dari berbagai sumber. Adapun penelitian yang telah dilakukan untuk memprediksi harga
saham.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Saham Syariah


Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan akiva perusahaan. 1
Saham didefinisikan sebagai bukti atau sertifikat kepemilikan seseorang atau suatu
badan terhadap perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut, yang dapat pula
diartikan sebagai keikutsertaan investor sebagai pemodal pada suatu perusahaan, sehingga
memiliki klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut. 2 Saham Syariah adalah
saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Saham merupakan
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). 3 Saham
juga merupakan selembar catatan yang berisi penyataan kepemilikan sejumlah modal
kepada perusahaan yang menerbitkan dan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar
modal.
Dari sudut pandang fiqh, pada dasarnya saham adalah efek syariah. Saham syariah
merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupak
control yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usahanya, sedangkan saham
konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat dibursa efek dengan mengabaikan
aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan
yang berlaku (legal). Saham dikategorikan menjadi dua yaitu saham syariah dan saham
non syariah. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya. Saham syariah
adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan
oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI), baik fatwa yang ditetapkan dalam peraturan Bapepam dan
LK jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara lain:4
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Sedangkan kriteria saham yang termasuk kategori syariah antara lain:
a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana diuraikan diatas.
b. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa
dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu.
c. Tidak melebihi rasio keuangan.

1
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia), 113.
2
Budi Harsono, Efektif Bermain Saham (Jakarta: kompas Gramedia, 2013), 19.
3
Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta: UPP ykpn, 2010), 275. 4
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta:P3EI,2010), 61.
2
Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-
hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah
berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah sudah digulirkan di
pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan obligasi dengan kriteria tertentu
yang sesuai dengan prinsip syariah. 4
Mekanisme transaksi pada saham syariah dilakukan sesuai dengan fatwa DSNMUI
nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, telah disebutkan pada transaksi yang tidak boleh dilakukan
adalah transaksi yang bersifat spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung
unsur dharar, gharar, riba’, maysir, risywah, maksiat dan kedzaliman, diantaranya yaitu
seperti melakukan penawaran palsu, transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider
trading), menjual saham ang belum dimiliki dan membelinya belakangan (short
selling).5
B. Kriteria dan Karakteristik Saham Syariah
Data yang ada dalam saham merupakan bagian Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Bapepam-LK. Terdapat macam-macam pendekatan untuk mengetahui
apakah bisa digolongkan saham syariah atau bukan. Diantaranya yaitu:7
1. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi.
Dengan menggunakan pendekatan ini, suatu saham itu dapat dikatakan sebagai saham
yang halal ketika yang di produksi itu, barang dan jasanya terbebas dari elemen-elemen
yang haram yang secara rinci disebut dalam Al-Quran seperti riba, judi zina, minuman
memabukkan dan sebagainya.
2. Pendekatan Jual Beli.
Dalam pendekatan ini, saham diartikan aset dan dalam jual beli terdapat pertukaran aset
ini dengan uang. Juga bisa digolongkan sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi
hasil (profit and loss sharing).
3. Pendekatan pendapatan.
Pendekatan ini lebih fokus pada pendapatan yang diperoleh oleh suatu perusahaan.
Ketika terdapat pendapatan yang didapat dari bunga, maka secara langsung kita bisa
mengatakan bahwa saham dalam perusahaan tersebut tidak syariah karena terdapat
unsur riba di dalamnya. Oleh sebab itu pendapatan yang diperoleh perusahaan harus
terbebas dari unsure bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki perusahaan.
Dengan melihat rasio hutang yang dimiliki perusahaan ini maka diketahui jumlah
hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar rasio ini
semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Untuk saat ini, bagi perusahaan
masih sulit untuk membuat rasio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang atas modal.

4
Naili Rahmawati, Manajemen investasi Syariah (Mataram: IAIN Mataram, 2015), 76.
5
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia), 128. 7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syaria h (Jakarta: Kencana, 2009), 139.
3
Oleh karenanya ada batasan seberapa besar “Debt to Equity ratio” ini. Dan
masingmasing syariah indeks berbeda dalam penetapannya.
Kriteria saham yang masuk indeks syariah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) No.20 adalah emiten yang usahanya tidak bertentangan dengan syariah 6, semisal:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensonal.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Dengan berpedoman pada proses seleksi yang dilakukan terhadap saham-saham
yang tercatat dalam JII, terlihat saham-saham JII tidak hanya sesuai dengan prinsip atau
criteria syariah akan tetapi juga merupakan saham-saham pilihan. 7 Karena dalam proses
penyaringan ketat, tidak jarang emiten-emiten yang masuk kategori ditolak masuk JII.
Contohnya seperti saham gudang Garam, meskipun perusahaan ini rokok ternama ini
memiliki nilai kapetalisasi yang besar. Perusahaan itu tidak lolos uji syariah karena
tergolong usaha produksi barang yang bersifat mudarat.
a. Kriteria Saham Syariah Menurut OJK
Untuk lebih mengenal instrumen saham syariah, OJK punya kriteria emiten
(pihak yang melakukan penawaran) saham syariah yang bisa masuk dalam Daftar Efek
Syariah. Berikut kriterianya:8
1. Berdasarkan Kegiatan Usahanya
Emiten yang ingin masuk dalam Daftar Efek Syariah dilarang melakukan
kegiatan usaha yang melanggar prinsip syariah seperti perjudian dan permainan yang
tergolong judi dan perdagangan yang dilarang menurut syariah. Jenis perdagangan
itu meliputi perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa
serta perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu.
Emiten juga tidak diperbolehkan melakukan kegiatan usaha yang mengandung
unsur jasa keuangan ribawi seperti bank berbasis bunga, perusahaan pembiayaan
berbasis bunga. Kegiatan usaha lain yang dilarang adalah jual beli risiko yang
mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau judi (maisir), memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan, menyediakan barang atau jasa haram, dan
melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
2. Berdasarkan Rasio Keuangan
Selain dilihat berdasarkan kegiatan usaha, sebuah emiten yang syariah juga harus
memenuhi rasio keuangan sesuai syariah.
Bagaimana ketentuannya?
- Total utang berbasis bunga tidak lebih dari 45% dari total aset.

6
H. Sam, M. Ichwan, dkk. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI (Jakarta: Erlangga, 2014),
105..
7
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia), 120..
8
www.ojk.go.id
4
- Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya tidak lebih dari 10%
dari total pendapatan usaha (revenue).

3. Ketentuan Lainnya
Selain dua hal di atas, ada juga kriteria lainnya yang perlu kamu ketahui yaitu:
- Emiten wajib menjalankan dan menandatangani akad sesuai prinsip syariah atas
setiap saham yang mereka terbitkan.
- Emiten yang mengeluarkan efek syariah, harus menjamin bahwa usahanya telah
sesuai dengan sistem syariah dan memiliki Dewan Pengawas Syariah (Syariah
Compliance Officer).
b. Kriteria seleksi saham syariah oleh OJK adalah sebagai berikut 9:
1. Emiten tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut :
a) perjudian dan permainan yang tergolong judi.
b) perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain perdagangan yang tidak
disertai dengan penyerahan barang/jasa perdagangan dengan
penawaran/permintaan palsu.
c) jasa keuangan ribawi, antara lain: bank berbasis bunga.
d) perusahaan pembiayaan berbasis bunga.
e) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi
(maisir), antara lain asuransi konvensional.
f) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan
antara lain:
- barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi).
- barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang
ditetapkan oleh DSN MUI.
- barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat.
- melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah)10
2. Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan
a) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan totalaset tidak lebih dari
45% (empat puluh lima per seratus).
b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih
dari 10% (sepuluh per seratus).
C. Dasar Hukum Undang-Undang , DSN MUI, Al-Quran Dan Hadist
1. Undang-undang mengenai saham syariah13
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 mengenai pasar modal juga membahas tentang saham
karena didalam undang-undang ini juga terdapat pembahasan mengenai pasal-pasalyang
mengatur tentang saham ,karena saham merupakan bagian dari pasar modal. Berikut ini
adalah pembahasan mengenai pasal-pasal yang membahas tentang saham:
Pasal 48:

9
www.ojk.go.id

10 13
Ascarya, Akad dan Produk bank Syariah, konsep dan Praktek di beberpa negara, (Jakarta: Bank Indonesia,2006)
UU Nomor 8 tahun 1995
5
• Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya.
• Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan
memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham
tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut
tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. 11
Pasal 49
• Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah.
• Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
• Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan
diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan
perundangundangan di bidang pasar modal.
2. DSN MUI mengenai Saham syariah 12
Menurut Fatwa DSN MUI, NO: 40/DSN-MUI/X/2003, Saham Syariah adalah bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria berikut :
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak
boleh bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional;
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat.
e. melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan
dari modalnya;
3. Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah wajib
untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah
atas Efek Syariah yang dikeluarkan. 13
4. Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
bahwa kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan memiliki Shariah
Compliance Officer.

11
Undang-undang,..
12
H. Sam, M. Ichwan, dkk. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI (Jakarta: Erlangga, 2014),
110.
13
www.ojk.go.id
6
5. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah
sewaktu-waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek yang
diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
3. Dasar Hukum Al-Quran mengenai saham syariah 14
a. Q.s An-Nisa : 29
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil )
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku sukarela diantaramu”.
b. Q.s Al-Maidah : 1
“Hai orang-orang beriman penuhilah akad-akad itu...”
4. Dasar Hukum Hdist mengenai saham syaiah
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudhorobah, ia
mensyaratkan kepada mudharib nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni
lembah , serta tidak mengambil hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkan nya.” (HR. Ath-Thabaraniy dalam al-Awsath
dari ibnu „Abbas)
D. Macam-macam Saham Syariah
Berikut macam-macam saham dalam perusahaan :15
1. Saham biasa (Common stock)
Saham biasa (Common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling
Iunior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham ini yang paling dikenal masyarakat. Saham biasa
memiliki harga nomila yang nilainya ditetapkan oleh emiten (perusahaan yang menerbitkan
saham) dan harga saham ini disebut dengan nilai pari (par value). Besarnya harga nominal
saham tergantung pada keinginan emiten, harga nominal yang ditentukan oleh emiten berbeda
dengan harga perdana (primar pric) dari suatu saham, harga perdana adalah harga sebelum
suatu saham dicatat (listed) di bursa efek. Jika suatu saham terjual dengan harga perdana yang
lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisihnya disebut dengan agio saham.
Saham Biasa Memiliki karakteristik Utama yaitu:
1. Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
2. Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
3. Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
2. Saham Preferen (Prefered stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena
bisa menghasilkan pendapatan tetap. Saham ini lebih aman dibandingkan dengan saham biasa
karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih
dahulu. Saham preferen sulit diperjualbelikan seperti saham biasa karena jumlahnya yang
sedikit.19

14
Al-Qur‟an
15
Jogiyanto Hartono, Teori Partofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2016), 57. 19
Hulyati,Ekonomi Islam (Jakarta:Ciputat Press Group, 2006), 46.
7
Karakteristik Saham Preferen adalah sebagai berikut:
1. Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda.
2. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari
saham biasa dalam hal pembagian dividen.
3. dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
E. Indeks Harga Saham
1. Definisi Indeks Harga Saham
Indeks harga adalah suatu ukuran yang menunjukan tentang perubahan-perubahan
harga samaham dari waktu kewaktu. Sedangkan saham itu merupakan produk dari pasar
modal dalam kepemilikan perseroan terbatas (PT) atau yang disebut emiten. 16 Indeks itu
sendiri merupakan sebuah pedoman bagi para investor untuk melakukan investasi
khususnya saham di pasar modal. Jadi indeks harga saham itu adalah suatu peta grafik
yang mana menggambarkan tetang perjalan/perubahan-perubahan kondisi sebuah pasar
modal dari waktu-waktu. Indeks harga saham ini berfungsi sebagai indikator trend pasar.
Dimana indeks harga saham ini menggambarkan keadaan sebuah pasar dari
waktukewaktu. Apakah pasar itu mengalami peningkatan atau pun mengalami penurunan.
Dan merupakan subuah alat bagi para investor untuk mempertimbangkan dalam
melakukan investasi.
Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini,
apakah sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi
para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli
suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik
dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat
pula. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks di sini akan membandingkan
perubahan harga saham dari waktu ke waktu.
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham
kita memerlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu
dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu yang berlaku
merupakan waktu di mana kegiatan akan diperbandingan dengan waktu dasar.
Fungsi Indeks di Pasar Modal, antara lain :
a. Sebagai indikator trend pasar.
b. Sebagai idikator tingkat keuntungan.
c. Sebagai tolak ukuran (brandmark) kinerja suatu portofolio.
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
e. Memfasilitasi perkembangan produk derivatif. 17
2. Macam-Macam Indek Harga Saham

16
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 137.
17
Jagiyono Hartono, Teori Portofilio dan Analisa Investasi di Pasar Modal Indonesia. (Yogyakarta: BPFE, 2008), 167. 22
Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta: UPP ykpn, 2010), 275.
8
Macam-macam indeks harga saham antara lain : a.
Indeks harga saham individu22
Adalah indeks yang menggambarkan pergerakan harga dari masing-masing
saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.Indeks harga saham individu hanya
menunjukan perubahan dari suatu harga saham suatu perusahaan. Indeks ini tidak bisa
untuk mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu. Atau dapat dikatakan
bahwa indeks harga saham individu merupakan suatu nilai yang mempunyai fungsi
untuk mengukur kinerja kerja suatu saham tertentu terhadap harga dasarnya.
b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat
sebagai komponen perhitungan indeks.
c. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing
sektor.
d. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan
kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 18
e. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah
dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
f. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria
likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 19
g. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.
h. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan
pengembangan.
i. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.20
3. Jakarta Islamic Indek
a. Sejarah dan Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
Sejarah pasar modal syariah di Indonesia yang tercantum dalam website Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana syariah oleh PT.
Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia
berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta
Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang
ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Hadirnya indeks tersebut untuk
menyediakan para pemodal saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi
sesuai dengan prinsip syariah. Saham-saham syariah adalah saham yang ditawarkan
kepada investor oleh perusahaan - perusahaan yang memenuhi ketentuan syariah(syariah
compliance) dan diatur sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional MUI melalui Fatwa DSN
No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, pasal 4 ayat 3 yang menjelaskan bahwa: Saham syariah
adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana
tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.

18
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI, 2010), 61
19
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 139
20
Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar (Yogyakarta , Liberty 2001), 45.
9
Saham syariah dapat dikatakan sebagai saham yang diperdagangkan di dalam
pasar modal syariah. Pada dasarnya saham syariah sama dengan saham dalam pasar
modal konvensional. Hanya saja bedanya saham yang diperdagangkan dalam pasar
modal syariah harus datang dari emiten yang memenuhi kriteria-kriteria syariah(Syariah
Compliance). Dengan demikian, kalau saham merupakan surat berharga yang
merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Maka dalam prinsip
syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar
prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang
diharamkan seperti bir, dan lain-lain.
Perkembangan instrumen syariah pada pasar modal di Indonesia sudah terjadi
sejak tahun 1997, diawali dengan lahirnya Reksa Dana Syariah yang diprakarsai Dana
Reksa, selanjutnya, PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Dana Reksa
Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup
sekitar 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan
syariah. Sebagaimana umumnya, di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara
syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip syariah. 21 Di Bursa Efek
Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang
memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). 22
Berkaitan dengan keberadaan Bursa Efek Syariah serta saham syariah, hingga
saat ini terdapat 6 (enam) Fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar modal.
Fatwa-fatwa tersebut antara lain: fatwa No. 05 Tahun 2000 tentang Jual Beli Saham;
No. 20 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah;
No. 32 Tahun 2002 tentang Obligasi Syariah, No. 33 Tahun 2002 tentang Obligasi
Syariah Mudharabah; No. 40 Tahun 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, dan No. 41 Tahun 2004 tentang
Obligasi Syariah Ijarah. Hal ini menjadi gambaran bahwa pasar modal syariah di
Indonesia memiliki prospek positif di masa mendatang.
Pada 30 Desember 2013, Jakarta Islamic Index (JII) ditutup pada level 585,11
poin atau menurun sebesar 1,63% dibandingkan pada akhir Desember 2012 sebesar
594,78 poin. Sementara itu, kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII pada 30
Desember 2013 sebesar Rp 1.672,09 triliun atau 39,63% dari total kapitalisasi pasar
seluruh saham sebesar Rp 4.219,02 triliun. Selanjutnya, kapitalisasi pasar Saham yang
tergabung dalam JII pada 30 Desember 2013 tersebut mengalami peningkatan sebesar
0,07% jika dibandingkan kapitalisasi saham JII pada akhir Desember 2012 sebesar Rp
1.671,00 triliun.
Pedoman dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi
komponen Jakarta Islamic Index (JII) tersebut yaitu :28

21
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 143.
22
Juhaya Pradja S, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2012), 79.
28 Budi Harsono, Efektif Bermain Saham (Jakarta: kompas Gramedia, 2013), 18.
10
1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali
bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi besar).
2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan
berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%
(sembilan puluh persen).
3) Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
4) Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
ratarata nilai perdagangan selama 1 (satu) tahun terakhir. Pasar modal Indonesia.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja bersama dengan PT Danareksa Investment
Jakarta Islamic Indeks pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu
investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
Jakarta Islamic Indeks (JII) dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu pada saham berbasis syariah. Melalui indeks
ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
investasi dalam ekuiti secara syariah. Jakarta Islamic Indeks terdiri dari 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. 23
F. Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan perusahaan sehingga
pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen ataau distribusi lain yang dilakukan
perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas asset perusahaan
dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lan dipenuhi jika terjadi
liquiditas. 24 sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal
(yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian sari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Sedangkan harga saham adalah
harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat terentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di
pasar modal.11 Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar modal.
Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor
yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu
berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi
manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.
2. Macam-macam Harga Saham

23
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga keuangan syariah ( Jakarta : Kencana prenada media group, 2009), 51.
24
Aziz, Abdul, Manajemen Invetasi Syari‟ah (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010), 39.
11
Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 25 a.
Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai
setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal ini tercantum dalam lembar
saham tersebut.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga sebelum harga tersebut dicatat di bursa efek.
Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin
emisi.
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu ke investor yang lain.
Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa efek.
d. Harga Pembukaan
Harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual dari pembeli pada saat jam
bursa dibuka.
e. Harga Penutupan
Harga Penutupan merupakan harga diminta oleh penjual dan pembeli saat akhir
hari buka.
f. Harga Tertinggi
Harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetapi bisa berkali
dan tidak terjadi pada harga saham yang sama. Dari harga-harga yang terjadi tentu ada
harga yang paling tinggi pada satu hari hari bursa tersebut, harga itu disebut harga
tertinggi.
g. Harga Terendah
Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu harga yang
paling rendah pada satu hari bursa.
h. Harga Rata-rata
Harga rata-rata merupakan rata-rata dari harga tertinggi dan terendah. Harga ini
bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham 26
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detik harga
saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham. Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham
berubah adalah karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor
internal disebut juga faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan
dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal yang
merupakan faktor non fundamental biasanya dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi seperti

25
Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar (Yogyakarta , Liberty 2001), 43.
26
Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi ( Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), 80.
12
suku bunga, dan kebijakan pemerintah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pergerakan harga saham atau indeks harga saham. 27
Faktor-faktor tersebut dapat dimasukkan ke dalam faktor fundamental yang berasal
dari lingkungan internal dan faktor kondisi ekonomi yang berasal dari lingkungan eksternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut antara antara lain yaitu: 34 a. Faktor
Fundamental (Lingkungan Internal)
1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian
kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan
keamanan produk, dan laporan penjualan.
2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan utang.
3) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur
organisasi.
4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan
lainnya.
5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi
pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.
6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru,
kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.
7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir
tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings per Share (EPS) dan Dividend
per Share (DPS), Price Earnings Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets (ROA),
dan lainnya.
b. Faktor Kondisi Ekonomi (Lingkungan Eksternal) 28
1) Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia dan berbagai regulasi serta deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
2) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap
perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan atau penundaan trading.
4) Gejolak politik-ekonomi dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa
efek suatu negara.
5) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri

27 34
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia), 120.
Juhaya Pradja S, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2012), 79.
28
Juhaya Pradja S, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2012), 80.
13
G. Perbandingan antara Saham Syari’ah dan Saham Konvensional di Pasar Modal
Ada beberapa perbandingan antara saham biasa (konvensional) dengan saham
syari‟ah di pasar modal (Rivai dkk, 2014: 247), antara lain: 29
1. Saham dapat diperdagangkan kapan saja di pasar sekunder tanpa memerlukan persetujuan
dari perusahaan yang mengeluarkan saham. Sedangkan saham syari‟ah dengan kontrak
mudharabah dan musyarakah ditetapkan berdasarkan persetujuan rabbul maal (investor)
dan perusahaan sebagai mudharib untuk suatu periode tertentu.
2. Saham syari‟ah seringkali dianggap tidak liquid karena batasan periode kontrak yang
mengikat. Sedangkan saham konvensional lebih liquid dan atraktif karena dapat dijual
kapan saja.

H. Mekanisme Operasional Saham Syari’ah di Indonesia dan negara lain 30


Prinsip-prinsip penyertaan modal secara syari‟ah di Indonesia tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syari‟ah ataupun non syari‟ah, melainkan berupa pembentukan indeks saham
yang memenuhi prinsip-prinsip syari‟ah (Aziz, 2010: 97). Menurut Alhabshi, pasar modal
syari‟ah dalam konteks saham syari‟ah pada dasarnya tidak boleh mengandung transaksi
ribawi, transaksi gharar, dan juga tidak boleh bergerak pada sektor yang diharamkan oleh
syari‟ah. Pasar modal ini seharusnya bebas dari transaksi yang tidak beretika seperti manipulasi
pasar, insider trading.
Transaksi pembelian dan penjualan saham di pasar modal syari‟ah menurut Irfan
Syauqi, tidak boleh dilakukan secara langsung dan dilarang dalam Islam. Hal tersebut
dikarenakan pada penjualan saham di pasar modal konvensional, investor dapat membeli dan
menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker atau pialang. Sehingga
memungkinkan bagi para spekulan untuk mempermainkan harga. Hal ini mengakibatkan
perubahan harga saham sudah ditentukan oleh kekuatan pasar, bukan karena nilai intrinsik
saham itu sendiri lagi (Umam, 2013: 129). Oleh karena itu, emiten memberikan otoritas kepada
agen di lantai bursa pada proses perdagangan saham syari‟ah. Lalu agen tersebut bertugas
mempertemukan antara emiten dan calon investor namun bukan untuk menjual dan membeli
saham secara langsung. Pada tahapan berikutnya, saham tersebut dijual atau dibeli karena
sahamnya memang tersedia dan berdasarkan prinsip first come –first served (Umam, 2013: 129)
I. Mekanisme Transaksi Saham
1. Pengertian Saham Syariah
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan akiva perusahaan. Saham
didefinisikan sebagai bukti atau sertifikat kepemilikan seseorang atau suatu badan terhadap
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut, yang dapat pula diartikan sebagai
keikutsertaan investor sebagai pemodal pada suatu perusahaan, sehingga memiliki klaim
atas penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut. Saham Syariah adalah saham-saham yang

29
Jogiyanto Hartono, Teori Partofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2016), 65.
30
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 77.
14
memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Saham merupakan bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). 31
Saham juga merupakan selembar catatan yang berisi penyataan kepemilikan sejumlah
modal kepada perusahaan yang menerbitkan dan salah satu efek yang diperdagangkan di
pasar modal. Dari sudut pandang fiqh, pada dasarnya saham adalah efek syariah. 39 Saham
syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus
berupak control yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usahanya, sedangkan
saham konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat dibursa efek dengan
mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah
sesuai aturan yang berlaku (legal). Saham dikategorikan menjadi dua yaitu saham syariah
dan saham non syariah. 32 Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya. Saham
syariah adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang
diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), baik
fatwa yang ditetapkan dalam peraturan Bapepam dan LK jenis kegiatan usaha yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara lain:3334
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
Dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan tentang pelarangan perjudian yaitu Surat Al Maidah
ayat 90 sebagai berikut: 4 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah
(Yogyakarta: P3EI, 2010).

‫اي‬
َ
‫اصاب اواخلازاْلُ رخس من عمل الشيطان‬ ِ
‫اخلاخميسار اواخلألان‬
‫مخر او‬ ِ ‫أاي اها‬
َّ ‫الذي ان آامنوا‬
ُ ُ ‫خْل‬
‫إنّ َّاا ا ا‬
. ‫خفلحوان‬
ُ ‫فاا خجتانبوهُ لعلكم ت‬
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah:90).
42

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi


konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Sedangkan kriteria saham yang termasuk
kategori syariah antara lain: 43

31
Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar (Yogyakarta , Liberty 2001), 45
39
.Aziz, Abdul, Manajemen Invetasi Syari‟ah (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010).
32
Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi ( Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), 87.
33
Ghufron, Sofiniyah (Peny.), Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah: Sistem Kerja Pasar Modal Syariah, (Jakarta:
Renaisan, 2005.)
34
Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Jumanatul Ali, 2003), 97.
43
Huda, Nurul, dkk, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008).
15
1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana diuraikan diatas.
2) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau
jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu.
J. Kelebihan dan Kelemahan Saham Syariah
a. Kelebihan saham syariah :
1) Investasi Sesuai dengan Ajaran Agama
2) Terdapat Saham Likuid dan Masuk Indeks LQ45
3) Terdapat Saham Blue-chip yang Minim Resiko Penurunan Harga
4) memperoleh Keuntungan lewat Capital Gain atau Pembagian Dividen 35 b.
kekurangan :
1. Capital Loss, Investor menjual saham lebih rendah dari harga beli
2. Risiko Likuidasi, Perusahaan dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan atau dibubarkan
3. Delisting dari Bursa, Penghapusan pencatatan Saham dari Bursa oleh BEI
4. Delisting dari DES, Saham keluar dari Daftar Efek Syariah dan harus dijual atau dibeli
di efek konvensional.

K. Contoh Kasus Saham Syariah


Ada beberapa contoh kasus pada saham syari‟ah. Kasus ini terjadi karena pertentangan antara
teori dan praktik pada saham syari‟ah sendiri serta pertentangan dengan prinsip-prinsip
syari‟ah.Kasus-kasus tersebut antara lain:
1. Saham syari‟ah yang boleh masuk ke JII disyaratkan memiliki nilai ketid akhalalan
(haram/riba) maksimal sebesar 15%. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip prinsip
syari‟ah.
2. Pada proses jual beli saham syari‟ah, para pemain saham akan membeli saham jika harga
saham sedang turun dan akan menjualnya pada saat harga naik. Hal ini bertentangan dengan
nilai-nilai etika dalam Islam. Islam juga melarang untuk menikmati keuntungan diatas
kerugian orang lain. Pada prinsipnya, saham itu nilainya adalah :Jika salah satu pihak
mendapatkan keuntngan maka pihak lainnya akan mengalami kerugian. Begitu seterusnya.
Sehingga keberadaan saham syari‟ah ini juga masih dalam perdebatan para ulama. 36

3. Pada saham syari‟ah, sebagian investor sengaja melempar harga saham sehingga harganya
menjadi jatuh karena terlalu banyak penawaran. Pemilik saham yang kecil kemudian segera
menjual kembali saham dengan harga yang sangat murah karena khawatir harga saham
tersebut akan semakin jatuh dan mereka semakin rugi. Pada akhirnya harga saham akan
terus turun. Pada saat itu para investor besar akan berkesempatan untuk membelinya
kembali dengan harga yang sangat murah dengan harapan akan bisa meninggikan kembali
harga saham tersebut dengan banyaknya permintaan. Hal ini menyebabkan para investor
besar tersebut mengalami keuntungan yang sangat besar dan para investor kecil lah yang
menanggung kerugiannya dikarenakan perbuatan para investor besar yang berpurapura
melempar kertas saham Perdebatan mengenai keberadaan efek syari‟ah ini berdasarkan

35
Adi Firmansyah, keunggunlan investasi syariah https://www.etalasebisnis.com/investasi/4886/investasi-
sahamsyariah.html diakses pada 02 maret 2021 pukul 08.46
36
Dwi Prastowo, dkk. Analisa laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edusi kedua(Yogyakarta: UPPSTIM YKPN, 2008),
92.
16
pada kekhawatiran bahwa pasar ini akan menyebabkan hilangnya modal besar-besaran
dalam waktu singkat dan di sisi lain akan menyebabkan munculnya orang kaya baru yang
tanpa mengeluarkan keringat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
pasar dalam perekonomian. Di pasar modal, larangan syariah diatas mesti
diimplementasikan dalam bentuk aturan main yang mencegah praktek spekulasi, riba,
gharar, dan maysir. Salah satunya adalah dengan menetapkan minimum holding period atau
jangka waktu memegang saham minimum. Dengan aturan ini, saham tidak bisa
diperjualbelikan setiap saat, sehingga meredam motivasi mencari untung dari pergerakan
harga saham semata. Pembatasan ini memang meredam spekulasi tetapi juga membuat
investasi di pasar modal menjadi tidak liquid. Padahal tidak mungkin seorang investor yang
rasional betul-betul membutuhkan likuiditas mendadak sehingga harus mencairkan
sahamnya yang dipegangnya, sedangkan ia terhalang belum lewat masa minimum holding
period-nya. Metwally mengusulkan minimum holding period setidaknya satu pekan. Selain
itu, Ia juga memandang perlu adanya celling price berdasarkan nilai pasar perusahaan.
Lebih lanjut Akram Khan melengkapi, untuk mencegah spekulasi di pasar modal maka jual
beli saham harus diikuti dengan serah terima bukti kepemilikan saham yang
diperjualbelikan .37
4. Mengenai keberadaan pasar sekunder. Pada hakikatnya, saham syari‟ah tidak memiliki
pasar sekunder karena dikhawatirkan akan berdampak pada spekulasi.
Namun dalam praktiknya, saham syari‟ah tetap menggunakan pasar sekunder
sebagai instrumennya.38

a. Tinjauan Ekonomi Islam Tentang Berinvestasi Saham Dalam Investasi Modern Indonesia
Islam menganjurkan umatnya untuk selalu mencari nafkah atau rezeki di muka bumi dengan
cara berusaha dan bekerja. Bahkan Islam menyuruh umatnya untuk tidak hidup bermalas-malasan dan
hanya mengharapkan belaskasihan dari orang lain. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT:
ْ ‫هو الَّذ‬
‫ِي جعل لكم ارض ذلوال فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه واليه النشور‬
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki nya. Dan hanya kepadanya lah kamu kembali setelah di
bangkitkan. (QS. Al-Mulk Ayat 15)

37
Mukhlishotul Jannah, Manajemen Keuangan (Serang: 2015)
38
Huda, Nurul, dkk, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saham didefinisikan sebagai bukti atau sertifikat kepemilikan seseorang atau suatu
badan terhadap perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut, yang dapat pula
diartikan sebagai keikutsertaan investor sebagai pemodal pada suatu perusahaan, sehingga
memiliki klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut. Saham Syariah adalah
saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Saham merupakan
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Saham
juga merupakan selembar catatan yang berisi penyataan kepemilikan sejumlah modal kepada
perusahaan yang menerbitkan dan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Data yang ada dalam saham merupakan bagian Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Bapepam-LK. Terdapat macam-macam pendekatan untuk mengetahui
apakah bisa digolongkan saham syariah atau bukan. Diantaranya yaitu, Pendekatan aktivitas
keuangan atau produksi, Pendekatan Jual Beli, Pendekatan pendapatan, Pendekatan struktur
modal yang dimiliki perusahaan. Kriteria saham yang masuk indeks syariah berdasarkan
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20 adalah emiten yang usahanya tidak
bertentangan dengan syariah misalnya, Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi
atau perdagangan yang dilarang, Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensonal, Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram, Usaha yang memproduksi,
mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat.

18
Indeks harga adalah suatu ukuran yang menunjukan tentang perubahan-perubahan
harga samaham dari waktu kewaktu. Sedangkan saham itu merupakan produk dari pasar
modal dalam kepemilikan perseroan terbatas (PT) atau yang disebut emiten. Indeks itu
sendiri merupakan sebuah pedoman bagi para investor untuk melakukan investasi khususnya
saham di pasar modal. Jadi indeks harga saham itu adalah suatu peta grafik yang mana
menggambarkan tetang perjalan/perubahan-perubahan kondisi sebuah pasar modal dari
waktu-waktu. Indeks harga saham ini berfungsi sebagai indikator trend pasar. Dimana indeks
harga saham ini menggambarkan keadaan sebuah pasar dari waktu-kewaktu. Apakah pasar
itu mengalami peningkatan atau pun mengalami penurunan. Dan merupakan subuah alat bagi
para investor untuk mempertimbangkan dalam melakukan investasi.
Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan perusahaan sehingga
pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen ataau distribusi lain yang dilakukan
perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas asset perusahaan dengan
prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lan dipenuhi jika terjadi liquiditas.
Sedangkan harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
terentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme
permintaan dan penawaran di pasar modal. Harga saham merupakan salah satu indikator
pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan
kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga
memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.
Ada beberapa perbandingan antara saham biasa (konvensional) dengan saham syari‟ah
di pasar modal (Rivai dkk, 2014: 247), antara lain: Saham dapat diperdagangkan kapan saja di
pasar sekunder tanpa memerlukan persetujuan dari perusahaan yang mengeluarkan saham.
Sedangkan saham syari‟ah dengan kontrak mudharabah dan musyarakah ditetapkan
berdasarkan persetujuan rabbul maal (investor) dan perusahaan sebagai mudharib untuk suatu
periode tertentu. Saham syari‟ah seringkali dianggap tidak liquid karena batasan periode
kontrak yang mengikat. Sedangkan saham konvensional lebih liquid dan atraktif karena dapat
dijual kapan saja.
Prinsip-prinsip penyertaan modal secara syari‟ah di Indonesia tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syari‟ah ataupun non syari‟ah, melainkan berupa pembentukan indeks saham
yang memenuhi prinsip-prinsip syari‟ah. Menurut Alhabshi, pasar modal syari‟ah dalam
konteks saham syari‟ah pada dasarnya tidak boleh mengandung transaksi ribawi, transaksi
gharar, dan juga tidak boleh bergerak pada sektor yang diharamkan oleh syari‟ah. Pasar modal
ini seharusnya bebas dari transaksi yang tidak beretika seperti manipulasi pasar, insider trading.
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan akiva perusahaan. Saham
didefinisikan sebagai bukti atau sertifikat kepemilikan seseorang atau suatu badan terhadap
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut, yang dapat pula diartikan sebagai
keikutsertaan investor sebagai pemodal pada suatu perusahaan, sehingga memiliki klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut. Saham Syariah adalah saham-saham yang memiliki
19
karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT).
Kelebihan saham syariah antara lain, Terhindar dari riba, karena dalam islam riba
diharamkan dan obligasi ini menggunakan prinsip syariah yang membebaskannya dari riba,
lebih mengedepankan lebel prinsip halal, semua cara obligasi ini dilakukan dengan syariah yang
sesuai anjuran agama, lebih minim resiko yang didapat dan bebas dari penipuan, lebih
mengedepankan kegiatan sosial, adanya kejelasan, Obligasi syariah memiliki cara hukum
dalam syariat islam yang berpedoman pada ketentuan yang tertera, kejelasan ini berguna untuk
menghidari fitnah, tertulis jelas dengan adanya peraturan undang-undang, manajemen islami,
sudah jelas semua proses dan pengelolaan bank berdasarkan syariat islam. Sedangkan
kekurangan saham syariah sebagai berikut, return lebih mengikuti tren pasar yang naik turun, tidak
ada kepastian return. Modal dapat hilang jika investor mengalami kerugian. Karena dalam
obligasi ini tidak mengandung riba dan menggunakan system bagi hasil, makan nilai riil
mengikuti perkembangan nilai pasar. Dibandingkan dengan emas, investasi produk lebih sulit
dijual dalam pasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Soemitra, Andri. 2019. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Umam, Khaerul. Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah. Bandung: Pustaka Setia
Husnan, Suad. 2002. Manajemen Keuangan Teori dan Praktek. Yogyakarta: Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada Yogyakarta.
Hartono, Jagiyono. 2008. Teori Portofilio dan Analisa Investasi di Pasar Modal Indonesia.
Yogyakarta: BPFE.
Widoatmodjo, Sawidji. 2001. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal Pengetahuan Dasar.
Yogyakarta: Liberty.
Iskandar, Alwi. 2003. Pasar Modal Teori dan Aplikasi. Jakarta: Nasindo Internusa.
Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prastowo, Dwi. dkk. 2008. Analisa Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edisi Kedua.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jannah, Mukhlishotul. 2015. Manajemen Keuangan. Serang
Muhamad. Manajemen Keuangan Syariah. Jakarta: UPP STIM YKPN.
Abdullah, Al-Mushlih. Dkk. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Penj. Abu Umar Basyir.
Jakarta: Darul Haq.
Buchari, Alma. Dkk. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: ALFABETA.
Abdul, Aziz. 2010. Manajemen Invetasi Syari’ah. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Ghufron, Sofiniyah (Peny). 2005. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah: Sistem Kerja Pasar
Modal Syariah. Jakarta: Renaisan.
Nurul, Huda. Dkk. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana.
20
Indeks harga saham bursa efek Indonesia, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 - 53, Jakarta 12190,
Indonesia, diakses https://lynarsyila.files.wordpress.com/2014/09/indeks-harga-saham.pdf
Jurnal Miqot, Yafiz Muhammad, Saham dan pasar modal syariah, Vol XXXII No.2
Desember 2008, IAIN Sumatera Utara, Fakultas Syariah.
Umam, Khaerul. Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah. Bandung:
Pustaka Setia.
Harsono, Budi. 2013. Efektif Bermain Saham. Jakarta: Kompas Gramedia.
Husnan, Suad. 2010. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:
UPP ykpn.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah . Jakarta: Kencana.
Muhammad, Rifqi. 2010. Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta:P3EI.
Umam, Khaerul. Pasar Modal Syariah & Praktek Pasar Modal Syariah. Bandung: Pustaka Setia
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
www.ojk.go.id
Ascarya. 2006. Akad dan Produk bank Syariah, konsep dan Praktek di beberpa negara. Jakarta:
Bank Indonesia.
Naili Rahmawati, 2015. Manajemen investasi Syariah. Mataram: IAIN Mataram.
H. Sam, M. Ichwan, dkk. 2014. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI.
Jakarta: Erlangga.
Hulyati. 2006. Ekonomi Islam . Jakarta:Ciputat Press Group.
Andri, Soemitra. 2009. Bank dan Lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana prenada media group.
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Partofolio dan Analisis Investasi . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Safari, Rahmadillah. Obligasi Syariah
https://www.kompasiana.com/itsmedllh/5e9db097d541df07d32f4d42/obligasi-syariah?page=all diakses
pada senin, 01 maret 2021 pukul 09.54
Juhaya Pradja S. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung : CV PUSTAKA SETIA.

21

Anda mungkin juga menyukai