Anda di halaman 1dari 35

PENYIMPANGAN (TINDAK PIDANA) DALAM PASAR MODAL

SYARIAH

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Investasi dan Pasar Modal Syariah

Dosen Pengampu:

Dr. Sulistyowati, SHI,MEI

Oleh :

Ellah Nia Fitri Anisah (931328318)

Achmad Ilham Syiham Muzakky (931328818)

Widya Fara Amelia Tristanti (931332418)

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

(IAIN) KEDIRI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emite merupakan Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu
penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-
undang yang berlaku. Emiten dapat menawarkan Efek yang berupa surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,
dan setiap derivatif dari Efek.Jenis Efek yang lain adalah Sukuk, yang
merupakan Efek Syariah, yakni akad dan cara penerbitannya sesuai dengan
Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten melakukan
penawaran Efek melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal terdapat penjelasan
atau peraturan tentang transaksi yang dilarang menurut syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Emiten Memproduksi Barang dan Jasa yang Haram


Emite merupakan Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu
penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-
undang yang berlaku. Emiten dapat menawarkan Efek yang berupa surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,
dan setiap derivatif dari Efek.Jenis Efek yang lain adalah Sukuk, yang
merupakan Efek Syariah, yakni akad dan cara penerbitannya sesuai dengan
Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten melakukan
penawaran Efek melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk.1
Dalam al-Quran surat al-Jum’uah (62): 10, Allah berfirman: “Apabila
salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Q.S. Al-
Jumu’ah (62): 10, Al-Quran Kementerian Agama Republik Indonesia Online).
Ayat ke-10 dari al-Quran surat alJumuah tersebut merupakan dasar
diperbolehkannya seseorang untuk berniaga, menunaikan keperluan-
keperluan penghidupan, dan mencari rezeki berupa keuntungan dari
bertransaksi dan kegiatan ekonomi (Az-Zuhaili, 2014:571). Kebolehan yang
ditunjukkan pada ayat tersebut mencakup kegiatan apapun yang tidak
melanggar larangan Allah (Shihab, 2002:59).2
Berdasarkan ayat tersebut sebagai emiten dipastikan tidak boleh
memproduksi barang haram, dan ini diatur berdasarkan peraturan bapepam
dan LK Nomer IX.A. 13 tentang Penerbitan Efek Syariah, telah dijelaskan

1
Dikutip dari https://www.ojk.go.id/ 28 februari 2021.
2
Adlan dan Mawardi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 2, Juni-Des 2018
bahwa kegiatan usaha yang bertentangan dengan dengan prinsip dipasar
modal, antara lain meliputi3 :
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menetapkan konsep ribawi, jual
beli risiko yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan :
a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi).
b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan atau
c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan
atau4

4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat


(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSNMUI.5
5. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).

Dari peraturan tersebut sudah sangat jelas bahwa bentuk-bentuk


kegiatan bisnis yang dilarang oleh syariat bagi emiten syariah, yang juga
disebut core business screening (Yafiz, 2008), yaitu: perjudian, lembaga
keuangan konvensional, perdagangan yang dilarang syariat, jual beli risiko,
penyedia barang/jasa yang haram dan merusak moral atau bersifat mudarat,
serta usaha yang mengandung unsur suap. Selain kriteria jenis usaha,
perusahaan yang dapat menerbitkan efek syariah harus memenuhi kriteria
rasio-rasio keuangan tertentu, yang dapat juga disebut sebagai financial ratio
screening (Yafiz, 2008). Kriteria rasio-rasio keuangan yang dimaksud tertuang
dalam Peraturan Bapepam dan LK nomor II.K.1 yang telah disebutkan

3
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah , h.98
4
Dikutip dari https://adams.co.id/ diakses pada 28 februari 2020.
5
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah, h.98.
sebelumnya. Peraturan tentang kriteria rasio keuangan tersebut menjadi
pembatas untuk perusahaan dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan
berbasis bunga. Peraturan Bapepam dan LK nomor IX.A.13 dan nomor II.K.1
merupakan landasan legal investasi syariah di Indonesia.6
Ketentuan tersebut berlaku bagi emiten agar terbentuk pasar modal
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dengan terpenuhinya empat
aspek, yaitu:
1. Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaidah keadilan, kehati-
hatian, dan transparansi;
2. Infrastruktur informasi bursa efek yang transparan dan tepat waktu yang
merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar;
3. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat
diselenggarakan secara efektif.7
Emiten yang memproduksi barang haram zatnya yaitu saham yang
diperjual belikan merupakan saham perusahaan yang memproduksi atau
memperdagangkan barang atau jasa yang tidak halal (contohnya babi,
minuman keras/alkohol, darah, bangkai, perjudian, lembaga keuangan
konvensional dan hiburan). Di Indonesia lembaga keuangan konvensional
masih ada dan menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat. Karena
dalam pasar modal konvensional tidak ada ketentuan tentang larangan
perusahaan menjual barang atau jasa yang haram. Dalam UU Nomor 8 Tahun
1995 Tentang Pasar Modal disebutkan bahwa perusahaan yang dapat
melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan
pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual
efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif.8
Hal ini berarti perusahaan yang memproduksi barang harampun dapat
menjual efek pada pasar modal.

6
Adlan dan Mawardi | Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 2, Juni-Des 2018
7
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah, 98.
8
Dikutip dari https://www.ojk.go.id/ diakses pada 28 februari 2021.
Untuk menghindari adanya emiten yang menjual barang haram maka
ada beberapa kriteria sebagai emiten syariah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan 9:
1. Emiten tak bertentangan dengan syariat Islam; perusahaan yang
menerbitkan saham syariah tentu juga harus menjalankan usahanya sesuai
dengan konsep ajaran Islam. Jika tidak, perusahaan tersebut tidak dapat
menerbitkan saham syariah.
2. Sistem bagi hasil; sistem yang berlaku di saham syariah adalah bagi hasil.
Dalam sistem ini, pemegang saham tidak hanya memiliki kemungkinan
untuk mendapatkan sebagian untung dari perusahaan, tetapi juga
mempunyai risiko yang sama besar jika perusahaan ataupun perseroan
mengalami kerugian.
3. Musyawarah untung dan rugi; dalam saham syariah, masalah bagi hasil
untung dan risiko rugi ini sudah mesti disepakati ketika anda hendak
mendaftarkan saham. Calon pemegang saham dan perusahaan harus
bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama (itikad saham).
Dengan adanya iktikad saham, pemegang saham bisa terlepas dari yang
namanya ghahar (informasi yang menyesatkan) maupun masyir (risiko
yang berlebihan).dex Indeks Saham Syariah Indonesia.10
Didalam pasar modal syariah, instrumen yang digunakan berdasarkan
pada prinsip syariah dan mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Sehingga kriteria dan efek syariah yang dapat
diperdagangkan menurut fatwa DSN- MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 adalah
sebagai berikut 11:
1. Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana
Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA)

9
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018
10
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018
11
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NOMOR: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang PASAR
MODAL DAN PEDOMAN UMUM PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR
MODAL, Pasal 5. 28 februari 2021
Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip
Syariah.
2. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak
termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.
3. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip
Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang
mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/feeserta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo. 12
4. Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al- mal/rabb al-mal) dengan
Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil
shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-
mal dengan pengguna investasi.
5. Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA Syariah yang portofolio-nya terdiri dari aset
keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,
tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh
lembaga keuangan, Efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah,
sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang
sesuai dengan Prinsip- prinsip Syariah.
6. Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip-
prinsip syariah.13
Penyimpangan Pasar Modal Syariah

12
Muhammad Nafik, Bursa efek dan infestasi Syariah, (Jakarta: serambi ilmu semesta, 2009) hal.
200
13
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal terdapat penjelasan
atau peraturan tentang transaksi yang dilarang menurut syariah, berikut ini isi
dari pasal 5 tentang transaksi yang dilarang, yaitu14:
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di
dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat
dan kezhaliman.
2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat dan kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi:
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu
b. Bai’al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah)
yang belum dimiliki (short selling)15
c. Insider Trading, yaitu memakai informasi orang dalam memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan
e. Margin trading, yatu melakukan transaksi atas efek syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian efek syariah tersebut
f. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga
efek syariah, dengan tujuan memengaruhi pihak lain
g. Transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas16

14
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NOMOR: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang PASAR
MODAL DAN PEDOMAN UMUM PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR
MODAL, Pasal 5.
15
Paulus, M. pengantar pasar moda, Jakarta: mitra wacana media hal 35
16
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NOMOR: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang PASAR
MODAL DAN PEDOMAN UMUM PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR
MODAL, Pasal 5.
Meskipun sudah ada peraturan yang menyebutkan masih ada
penyimpangan di pasar modal syariah. Berikut ini penyimpangan transaksi yang
terjadi pada pasar modal Syariah :

B. Menjual Sekuritas Belum Dimiliki (Short Selling)


Short Selling adalah transaksi penjualan efek yang tidak dimiliki oleh
penjual pada saat transaksi dilaksanakan.17 Bisa juga diartikan
sebagai penjualan saham yang dimiliki penjual short, saham yang dijual
secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga. Penjual
short meminjam saham dengan harapan membeli saham tersebut nantinya
pada harga yang rendah dan secara simultan mengembalikan saham yang
dipinjam, juga memperoleh keuntungan atas penurunan harganya. Transaksi
ini dilarang dalam Islam karena memiliki unsur-unsur yang bersifat spekulatif
dan penipuan.18
Sistem short selling masih banyak dilakukan oleh para pelaku pasar
untuk meraih keuntungan jangka pendek. Dengan menggunakan sistem ini
pelaku pasar memperoleh keuntungan dengan cara meminjam efek kepada
broker atau pemiliknya kemudian langsung dijual pada saat itu juga dengan
harapan harga akan turun. Apabila harga turun, investor membelinya untuk
dikembalikan kepada broker (pemilik efek). Apabila harga naik, pihak broker
atau pemilik efek akan untung. Sebaliknya, apabila harga turun pihak broker
atau pemilik efek mengalami kerugian, dan peminjam efek mendapat
keuntungan. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip Islam bahwa setiap transaksi
yang terjadi tidak boleh merugikan salah satu pihak.19
Pada sistem short selling ini, ada dua harapan yang berbeda diantara
pihak penjual (peminjam) sekuritas dan pihak pemilik sekuritas. Pihak
peminjam mengharapkan keuntungan dari kemerosotan harga, dengan cara

17
Khaerul, pasar Modal, h81.
18
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, h.50

19
Bilqis Annisa Firdaus, Analisis Larangan Transaksi Short Selling Pada Pasar Modal Syariah
Serta Dampak Negatif Yang Ditimbulkan Dalam Pasar Modal Konvensional, h.10
meminjam sekuritas kemudian menjual sekarang dan akan membelinya
kembali pada harga yang lebih murah lalu mengenbalikan sekuritas tersebut
kepada pemiliknya. Pengembaliannya memang dalam jumlah share (lembar)
yang sama seperti pada saat meminjam, tetapi nilainya berbeda. 20
Contoh kasus praktik short selling. Fulan, seorang investor pasar
modal memesan kepada broker untuk meminjam saham A sebanyak 1.000
lembar dengan harga saat ini sebesar Rp. 2.500 perlembar saham sehingga
berjumlah Rp. 2.500.000 dan sekaligus meminta broker tersebut menjual
saham A itu pada harga Rp. 2.500 juga sehingga senilai dengan Rp. 2.500.000.
Fulan juga meminta kepada broker untuk membeli saham A pada saat
harganya menjadi Rp. 2.000 atau senilai Rp. 2.000.000, apabila batas order ini
tercapai maka fulan memperoleh untuk sebesar Rp. 500 perlembar atau
sebesar Rp. 500.000 sebaliknya broker merugi Rp. 500.000 Apabila harga Rp.
2000 perlembar tidak tercapai, karena harga saham A naik menjadi Rp. 3.000
perlembar maka fula merugi Rp. 500 perlembar sebaliknya broker mendapat
untuk Rp. 500 perlembar. Transaksi itu seakan-akan tampak wajar karena
pemilik barang mendapat untung dari penjualan barangnya saat melakukan
akad jual beli dan pembeli mendapat untung karena manfaat dan fungsi
barang yang dibelinya. Dalam akad short selling, penjual (yang meminjam
saham) belum pasti berapa keuntungannya.21 Apabila dilihat dari proses
pinjam meminjam, dapat dilihat bahwa pinjaman dikembalikan tidak senilai
pada saat meminjamnya. Pinjaman senilai Rp. 2.500.000 akan dikembalikan
dengan nilai yang berbeda, mungkin sebesar Rp. 2.000.000 atau Rp. 3.000.000.
dalam proses tersebut memang jumlah lembar sahamnya tidak berubah pada
saat dipinjam dan saat dikembalikan yaitu sebanyak 1.000 lembar saham. Jika
salah satu pihak untung dan pihak lain rugi, maka transaksi macam ini
dikategorikan zero sum game, atau dengan kata lain kedua belah pihak
memainkan game of chance, karena salah satu pihak harus menanggung
beban pihak lain. Karena nya transaksi semacam ini termasuk judi (maysir)
20
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001,
hlm. 10.
21
Algifari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: STIE YKPN, 2002, hlm. 184.
dan haram untuk dilakukan. Sedangkan DSN-MUI mengklasifikasi tindakan
short selling termasuk dalam kategori bai’ ma’dum sebagai suatu cara yang
digunakan dalam penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi
dengan harapan akan membeli kembali pada saat harga turun. 22
Short selling berarti penjualan saham atau komoditas yang barangnya
tidak dimiliki oleh si penjual. Pemodal meminjam saham dari pihak lain
untuk diserahkan pada saat transaksi dilakukan, kemudian si penjual membeli
saham yang sama dengan harga yang lebih rendah agar diperoleh keuntungan.
Apabila kemudian hari harga saham tersebut cenderung naik, maka ia akan
mencari kerugian. Short selling merupakan strategi untuk meraih keuntungan
bila tren harga bergerak naik maupun turun.23
Model short selling merupakan praktik investasi yang hasilnya
menang kalah. Islam memandang aktivitas bisnis seperti ini sebagai judi
karena mengandung spekulasi. Sistem short selling juga mengandung
praktik riba karena pengembalian pinjaman tidak senilai pada saat
meminjamnya. Islam melarang jual beli yang dapat merusak atau
mengganggu stabilitas pasar karena akan mengakibatkan gejolak pasar yang
tidak mencerminkan kondisi perekonomian yang benar di masyarakat.
Contoh/ilustrasi transaksi short selling24:
Investor A tidak memiliki saham X. Namun investor A berspekluasi
harga saham X akan turun. Investor A kemudian melakukan kontrak
peminjaman saham X dengan sekuritas atau institusi lainnya. Investor A
memperoleh pinjaman saham X sebanyak 100 lot. Ia kemudian memasang
posisi jual saham X yang dipinjamnya sebanyak 100 lot itu pada harga 1000.
Kemudian saham tersebut dibeli oleh investor B. Jika 1 lot=500 lembar saham,
maka hasil dari penjualan saham X tersebut investor A akan memperoleh

22
Algifari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: STIE YKPN, 2002, hlm. 184.
23
Algifari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: STIE YKPN, 2002, hlm. 185.
24
Dikutip dari https://m.detik.com/finance/portofolio/1126909/seluk-beluk-transaksi-short-selling
diakses pada 28 februari 2021.
50.000.000. Saham X yang dipinjam investor A dari sekuritas itu berpindah ke
investor B.Namun, karena investor memiliki hutang saham X sebanyak 100
lot pada sekuritas, maka investor A harus segera mencari saham X di pasar
sebanyak 100 lot untuk melunasi kewajibannya. Agar mendapatkan untung,
investor A harus memasang posisi beli pada harga di bawah harga jual
sebesar 1000, ia memasang posisi beli daham X sebanyak 100 lot di harga
500.25 Kemudian investor C bersedia menjual 100 lot saham X miliknya di
harga 500 kepada investor A. Alhasil, investor A kembali memiliki 100 lot
saham X yang dibelinya dengan total nilai 100 lot (50.000 saham) dikali 500
sama dengan 25.000.000. Dengan demikian, investor A mendapat untung
25.000.000 yang diperoleh dari penjualan saham X pinjaman senilai 50.000.000
dikurangi ongkos pembelian kembali saham X senilai 25.000.000. Investor A
kemudian mengembalikan 100 lot saham X yang dipinjamnya ke sekuritas
dan semua beres. Tanpa modal saham X, investor A bisa memperoleh untung
25.000.000.26 Meskipun begitu, investor A juga harus siap menghadapi resiko
yang mungkin timbul apabila harga saham tersebut bukannya menjadi lebih
rendah (turun), tetapi justru naik, misalnya menjadi 1500. Apabila ini yang
terjadi, ia harus menanggung kerugian sebesar 500 dikalikan jumlah lembar
saham yang ia jual27
Dari contoh ilustrasi tersebut ada dampak dari transaksi short selling,
yaitu :
a. Munculnya naked short selling, transaksi ini sulit dideteksi keberadaannya
dan biasanya dilakukan oleh para spekulan yang ingin cepat kaya dan
mendapat keuntungan sebesar-besarnya meskipun dengan cara manipulatif.
b. Transaksi ini merusak moral masyarakat dalam berinvestasi, karena
transaksi ini menghasilkan keuntungan yang besar maka para spekulan
menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan sisi etika dalam berbisnis

25
Muhammad samsul, pasar modal dan manajemen portofolio, erlangga 2018 hal 20
26
Dikutip dari https://m.detik.com/finance/portofolio/1126909/seluk-beluk-transaksi-short-selling
diakses pada 28 februari 2021.
27
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, h.33
sampai melakukan tindakan manipulatif agar dia mendapatkan keuntungan
yang besar bukan kerugian.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa short
selling dilarang oleh syariat Islam dan memiliki dampak yang negatif bagi
pasar modal.
C. Tadlis, Gharar, Ribawi
Ribawi yaitu segala sesuatu yang mengandung unsur riba.28 Berikut
ini transaksi-transaksi yang memiliki unsur Tadlis, Gharar, dan Ribawi:
a. Manipulasi pasar (Tadlis)
Tadlis yaitu transaksi di mana salah satu pihak tidak mengetahui
informasi yang diketahui pihak lain. Tadlis dapat terjadi dalam
kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan29
Manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan gambaran
semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan
pasar atau harga efek di bursa efek atau memberi pernyataan atau
keterangan yang tidak benar atau menyesatkan, sehingga harga efek di
bursa terpengaruhi. Transaksi yang tidak mengakibatkan perubahan
kepemilikan atau penawaran jual atau beli efek pada harga tertentu di
mana pihak tersebut juga telah berkerjasama dengan pihak lain yang
melakukan penawaran beli atau jual efek yang sama pada harga yang
lebih kurang sama. Motif adalah untuk meningkatkan, menurunkan
atau mempertahankan harga efek.Jika manipulasi pasar terjadi, maka
pasar akan termanipulasi sehinga mengakibatkan harga saham menjadi
semu.30
Berikut ini adalah beberapa pola manipulasi pasar:
1. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan
tujuan untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang

28
Rahmad Syafe’I, fiqh muamalah, h 259.
29
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, h.829
30
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, h.74
dimaksud pada bursa efek (false information). Misalnya: suatu
pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera
dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya
jatuh tajam di bursa.
2. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi
yang tidak lengkap (misinformation). Misalnya: suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan
yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A
termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.
3. Kegiatan transaksi yang bertujuan untuk memberikan kesan
bahwa efek perusahaan tertentu aktif diperdagangkan (wash
trading). Pola ini dipergunakan sebagai sarana untuk
memodifikasi (biasanya menaikkan) harga efek pada level
tertentu yang diinginkan pelaku. Misalnya: Direksi emiten A
memerintahkan seseorang untuk melakukan pembelian dan
penjualan sekaligus, agar efek perusahaannya dianggap likuid.
Dalam transaksi tersebut tidak ada perubahan kepemilikan secara
absolut, karena skenario telah disusun oleh pihak-pihak yang
terlibat.31
Agar terbentuk pasar modal yang ideal diperlukan adanya
infrastruktur informasi bursa efek yang transparan, tepat waktu dan
merata di publik, yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar.
Mekanisme pasar tidak boleh menimbulkan kondisi keraguan yang
dapat menyebabkan kerugian. Mekanisme bursa efek yang wajar juga
menyangkut kewajaran permintaan dan penawaran.32
Islam melarang manipulasi, kecurangan dan penutupan informasi
dalam transaksi perdagangan. Keterbukaan dan transparansi dalam
perdagangan merupakan syarat mutlak terbentuknya harga yang adil.33

31
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, h.74
32
Khaerul Umam, Pasar Modal., h.96
33
Sarah, Hanny. Penerapan prinsip syriah pada praktik perdagangan. FM-UINKBM-05-03/RO
Pada perdagangan saham sering terjadi perdagangan dengan
memanfaatkan informasi yang belum disebarkan kepada masyarakat
atau merupakan informasi pribadi. Informasi tersebut berasal dari
orang dalam dengan tujuan mendapatkan abnormal return. Jenis
perdangan ini dalam perdagangan pasar modal di sebut Insider trading.
Menurut Gisymar insider trading merupakan istilah yang hanya
dikenal di pasar modal. Suatu tindakan disebut insider trading jika
memenuhi tiga unsur: 1. Adanya orang dalam. 2. Informasi material
yang belum tersedia bagi masyarakat. 3. Melakukan transaksi karena
informasi material. Insider trading dilarang dalam perdagangan
sekuritas di pasar modal karena beberapa pertimbangan. Fuady
menerangkan bahwa insider trading merusak mekanisne pasar yang
pada gilirannya akan mengakibatkan: 1. Pembentukan harga yang tidak
fair, karena tidak meratanya informasi yang dimiliki para pelaku bursa.
2. Perlakuan yang tidak adil diantara pelaku pasar. 3. Rusaknya
kelangsungan pasar modal, yang akan merusak kepercayaan investor
terhadap bursa sehingga bursa tidak lagi dianggap sebagai alternatif
sumber pembiayaan yang menguntungkan.34
 Insider Trading
Insider Trading adalah suatu praktik yang dilakukan oleh orang
dalam perusahaan (coorporate insider) melakukan perdagangan saham
dengan menggunakan informasi yang mengandung fakta materiil yang
dimiliki sedangkan informasi itu belum terbuka (tersedia) untuk umum
(inside public information).35
Sebenarnya larangan mengenai insider trading telah diatur dalam
UU Pasar Modal Bab XI yang mengatur mengenai Penipuan,
Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Aturan mengenai
perdagangan orang dalam diatur dalam pasal 95 sampai pasal 99.

34
Andri soemitra, Masa depan pasar modal syariah, (jakarta: prenadamedia group, 2014) hal. 154
35
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar, h.79
Dalam penjelasan pasal 95 UUPM dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “orang dalam” adalah:
a. Komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau perusahaan
publik;
b. Pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik;36
c. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya
atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan
publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam; atau
d. Pihak dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi
pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b atau huruf
c diatas.37
 Transaksi Margin Trading

Margin Trading adalah transaksi pembelian efek


untuk kepentingan nasabah yang dibiayai oleh perusahaan efek.38 Margin
trading merupakan sistem perdagangan yang umum dipraktikkan dalam sistem
perdagangan (investasi) di bursa efek. Sistem ini dianggap dapat
meningkatkan likuiditas dan gairah perdagangan di lantai bursa, karena
investor dalam melakukan transaksi pembelian (investasi) hanya membayar
sebagian dari total transaksinya, sedangkan sisanya dipinjami oleh perusahaan
pialang anggota bursa.39

 Preferred Stock

36
Panji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hlm. 33
37
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar, h.79

38
Khaerul Umam, Pasar Modal, h.81

39
Muhamad Nafik Hadi Ryandono, Sistem Margin Trading dan Strategi dalam Menutup Sisa
Margin pada Perdagangan Saham di Bursa Efek: Perspektif Fiqh Muamalah, jurnal.usu.ac.id.
Preferred Stock (saham istimewa) adalah saham dengan hak istimewa
menurut ketentuan dalam anggaran dasar, misalnya berupa prioritas terhadap
deviden yang besarnya deviden diberikan dalam jumlah tetap berupa
persentase dari nilai nominal yang tertera pada sertifikat saham, atau
penentuan pengurus, dan sisa harta saat terjadi likuidasi. Saham istimewa ini
di haramkan oleh ketentuan syariah karena terdapat dua karakteristik utama,
yaitu:

1. Adanya keuntungan tetap (pre-determinant revenue). Hal ini menurut


kalangan ulama dikategorikan sebagai riba.
2. Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa terutama pada saat
likuidasi. Hal ini mengandung unsur ketidakadilan.40
 Option
Option merupakan hak yaitu untuk membeli dan menjual barang
yang tidak disertai dengan underlying asset atau real
asset. Transaksi option ini bersifat tidak ada (non exist) dan dinilai oleh
kalangan ulama bahwa kontrak option ini termasuk future, yaitu
mengandung unsur gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).41
 Forward Contract

Forward Contract (kontrak berjangka) adalah penjualan-pembelian


jumlah tertentu dari barang, surat berharga pemerintah, mata uang asing atau
instrumen keuangan lainnya, dengan harga yang ditetapkan saat ini dan
penyerahan serta penyelesaian pada tanggal tertentu pada masa datang. Hal ini
diharamkan karena segala bentuk jual beli utang (dayn bi dayn) tidak sesuai
dengan syariah. Bentuk kontrak forward ini dilarang dalam Islam karena

40
Indah Yuliana, Investasi Produk h.49

41
Indah Yuliana, Investasi Produk h. 50
dianggap jual beli utang atau piutang yang terdapat unsur ribawi, sedangkan
terjadinya transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo. 42

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masih banyak


transaksi pada pasar modal konvensional yang menyimpang dari prinsip
syariah, contohnya transaksi yang sulit untuk dihilangkan yaitu transaksi
insider trading, karena insider trading ini sulit untuk di telusuri/dideteksi.

b. Transaksi Gharar
Gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah
satu pihak karena mengandung unsur ketidak jelasan, manipulasi dan
eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad.43
Islam melarang transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek,
baik dari sisi pembeli maupun dari sisi penjualan. Tindakan yang
seperti itu disebut dengan gharar atau taghrir. Ulama fikih sepakat
bahwa jual beli barang yang tidak jelas hukumnya tidak sa. Ibn
Qayyim berpendapat, jual beli yang barangnya tidak ada pada waktu
akad tetapi diyakini akan ada pada massanya boleh dilakukan dan
hukumnya boleh. Jadi dapat disimpulkan, barang yang diperjual
belikan dalam transaksi perdagangan harus jelas dari sisi nilai, harga,
sifat, zat, kualitas dan ukurannya. 44
Unsur gharar masih dapat ditemukan pada perdagangan sekuritas
dipasar modal konvensional yaitu perdagangan indeks. Contohnya
perdagangan kontrak berjangka indeks LQ-45 di bursa efek Surabaya.
Indeks harga saham LQ-45 adalah indeks saham yang dihitung

42
Lubis, Gita Syeba, and Henny Rahyuda. "Analisis Penggunaan Forward Contract dan
Option pada Perusahaan Ekspor Ud Damena di Denpasar." E-Jurnal Manajemen 7.4:
2226-2255.
43
Hidayat, Fatmah Taufik, and Mohd Izhar Ariff bin Mohd Qasim. "Kaedah Adat Muhakkamah
dalam Pandangan Islam (Sebuah Tinjauan Sosiologi Hukum)." Jurnal Sosiologi USK (Media
Pemikiran & Aplikasi) 9.1 (2016): 67-83.
44
Hidayat, Fatmah Taufik, and Mohd Izhar Ariff bin Mohd Qasim. "Kaedah Adat Muhakkamah
dalam Pandangan Islam (Sebuah Tinjauan Sosiologi Hukum)." Jurnal Sosiologi USK (Media
Pemikiran & Aplikasi) 9.1 (2016): 84.
berdasarkan harga-harga dan kapitalisasi dari 45 saham di Bursa efek
Jakarta. LQ-45 diluncurkan pada 13 Juli 1994. Indeks saham ini
merupakan pelengkap dari indeks saham gabungan yang lebih dulu
diluncurkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat
mengambil keputusan bahwa perdagangan Indeks LQ-45 maupun
indeks harga saham lainnya merupakan transaksi peragangan yang
haram karena beberapa alasan. 45
Pertama, indeks yang diperdagangkan itu merupakan objek yang
tidak ada. indeks itu tidak jelas dari sisi barang, nilai, harga, sifat, zat,
kualitas maupun ukurannya, baik pada masa sekarang maupun dimasa
yang akan datang. Indeks ini bukan merupakan kepemilikan dan bukan
aset sekuritas, melainkan ukuran pergerakan harga-harga dipasar
modal sehingga apabila diperdagangkan tidak ubahnya seperti judi
togel.
Kedua, perdagangan indeks itu termasuk zero-sum game, yang tak
ubahnya berjudi. Ketiga, perdagangan indeks itu termasuk tindakan
gharar. Sedangkan menurut DSN-MUI Taghir (gharar) merupakan
upaya memengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan
yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk melakukan
transaksi. Spekulasi dalam islam sering diidentikkan dengan istilah
gharar dan maisir/qimah. Gharar adalah setiap aktivitas yang di
dalamnya mengandung elemen ketidakpastian, risiko, permainan,
informasi yang tidak akurat, kontrak yang rumit, ketidakjelasan, atau
tipu daya.46 DSN-MUI mengklasifikasikan tindakan yang termasuk
dalam kategori taghrir di pasar modal antara lain:
1. Wash sale (perdagangan semua yang tidak mengubah
kepemilikan), yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan
penjualan yang tidak menimbulkan perubahan kepemilikan dan

45
Sumantoro, Aspek-aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1988, hlm. 175.
46
E.A. Koentin, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 133.
mamfaatnya, atas transaksi saham tersebut. Tujuannya untuk
membentuk harga naik, turun, atau tetap memberi kesan seolah-olah
harga tersebut terbentuk melalui transaksi yang berkesan wajar. Selain
itu juga untuk memberi kesan bahwa efek tersebut aktif
diperdagangkan.
2. Pre-arrange trade, yaitu transaksi yang terjadi melalui
pemasangan order beli dan jual pada rentang waktu yang hampir
bersamaan yang terjadi karena adanya perjanjian pembelian dan
penjualan sebelumnya. Tujuannya untuk membentuk harga atau
kepentingan lainnya baik di dalam maupun diluar bursa.47
c. Transaksi Ribawi
Dalam perdagangan dipasar modal konvensional terdapat transaksi
ribawi, yaitu riba qardh dan riba jahiliah pada obligasi, margin trading
dan saham preferen, riba nasi’ah pada short selling dan riba fadhl pada
transaksi yang mengandung ketidak jelasan nilai dan harga serta
sekuritas yang tidak mencerminkan kondisi riil emiten. Transaksi
sekuritas yang tidak mepresentasikan barang dan jasanya, tidak
menunjukkan kondisi emiten yang sebenarnya, yang tidak jelas dari
sisi harga, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya dapat
dikategorikan riba fadhl. Perdagangan sekuritas yang memberikan
Fixed income berupa bunga, seperti obligasi dan saham proferen, serta
sistem margin trading dikategorikan sebagai riba qardh. Transaksi lain
dipasar modal yang termasuk riba adalah obligasi, margin trading dan
saham preferen. 48
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh emiten untuk
dijual dibursa efek. Para pemegang obligasi akan memperoleh dua arus
kas sebagai pengembalian investasinya, yaitu bunga yang bersifat fixed
income dn capital gain uang disesuaikan dengan fluktuasi harga

47
E.A. Koentin, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 134.
48
Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal. Yogyakarta: Grahan Ilmu h. 25
dipasar. Obligasi dan semua derivatnya termasuk kedalam kategori
riba qardh yang haram diperdagangkan. Pemegang obligasi mendapat
fixed income berupa persentase dari modal yang dikeluarkan.49 Apabila
terjadi penangguhan pembayaran pokok maupun bunganya oleh emiten
maka investor akan mendapat tambahan pendapatan. Sebaliknya,
apabila investor tidak dapat memenuhi kekurangan maegin dalam
tempo yang telah disepakati maka akan dikenakan tambahan
pembayaran. Transaksi seperti ini termasuk dalam kategori riba nasi’ah.
Islam melarang akad investasi, jika di dalamnya salah satu pihak
mendapatkan kepastian return, sedangkan pihak lain tidak pasti
mendapatkannya. 50
Return dalam investasi merupakan sesuatu yang pasti terjadi tetapi
besarnya return tidak bisa diketahui dengan pasti. Besarnya return ini
bisa positif (laba) atau negatif (rugi). Ketidakpastian return ini
merupakan risiko yang harus dtanggung bersama oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam akad transaksi. Risiko yang dimaksud adalah hasil
investasi yang dapat bernilai positif, nol (impas) dan negatif. Itulah
nilai keadilan dalam transaksi investasi. Keadilan merupakan salah
satu prinsip ekonomi islam yang harus ditepati oleh para pelaku
ekonomi. Pada sistem bagi hasil (profit and loss sharing), pembagian
hasil (nisbah) harus ditetapkan pada waktu akad. Namun, berapa
bagian nisbah tidak ditentukan saat itu, tetapi ditetapkan sesuai hasil
yang didapatkan dari investasi tersebut. Apabila investasi
menghasilkan untung, kedua pihak mendapatkan bagian keuntungan
itu. Begitu pula jika investasi itu mengalami kerugian.51
Pihak-pihak yang berakad harus membuat kontrak yang merinci
hak dan kewajiban masing-masing. Ini dilakukan untuk menjamin

49
Touriq, Muhammad, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. 2014 (Jakarta:
Kencana) h. 30
50
Touriq, Muhammad, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. 2014 (Jakarta:
Kencana) h. 30
51
Soemitra, Andri, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. 2014 (Jakarta:
PRENADMEDIA GROUP)
tidak adanya pihak yang mendapatkan return tanpa menanggung resiko
(fixed income), atau menikmati pendapatan tanpa menanggung biaya.
Karena itu, obligsi dengan sistem bunga termasuk riba yang dilarang
untuk memiliki tu diperdagangkan. Tetapi obligasi dengan sistem bagi
hasil, yang dikenal dalam fikih dengan istilah “sukuk” halal untuk
dimiliki dan diperdagangkan. Transaksi berikutnya yang dapat
dikategorikan sebagai riba adalah margin trading.52 Sebab, transaksi ini
memberikan tambahan bagi pihak yang meminjamkan meskipun
dilakukan dengan suka rela. Setiap pinjaman yang mengambil manfaat
adalah riba yaitu riba qardh. Apabila pada saat jatuh tempo ternyata
tidak mampu membayar, kemudian diharuskan mem bayar tambahan
sebagai denda yang disyaratkan dimuka maka transaksi itu termasuk
riba jahiliah. Pada sistem margin trading, broker dan investor biasanya
membuat kesepakatan bahwa broker diperbolehkan mengeksekusi
sekuritas tanpa harus minta izin kepada investor dalam keadaan
mendesak dan kritis. Itu dilakukan untuk menghindari kerugian besar
karena investor tidak mampu membayar utangnya. Broker pada
umumnya telah mengetahui data historis investor yang akan berhutang
dan sekuritas yang akan dibelinya. Berdasarkan data dan analisis
tersebut broker dapat mengambil keputusan kapan akan melakukan
eksekusi.53
Transaksi dengan metode on margin merupakan jual beli sekaligus
berutang yang dilarang dalam salam. Rasulullah SAW bersabda, tidak
diperbolehkan pinjaman dan jual beli, tidak juga dua syarat dalam satu
jual beli dan tidak boleh menjual barang yang bukan milikmu (HR.
Ahmad ibn Hanbal, Abu Daud, al Tirmizi, al Nasa’i dan Ibn Majah).
Berdasarkan hadis tersebut jelaslah sistem margin trading diharamkan

52
Hanif, Jurnal Perkembangan Saham Syariah di Indonesia. Vol 4 No 1. Januari 2012
53
Hanif, Jurnal Perkembangan Saham Syariah di Indonesia. Vol 4 No 1. Januari 2012
karena mengandung riba qardh dan riba jahiliah. Dalam sistem margin
trading akad yang terjadi adalah akad jual beli sekaligus akad utang.54
4. Rekayasa Permintaan dan Penawaran
Sistem jual beli dengan merekayasa permintaan dan penawaran sering
terjadi pada perdagangan dibursa efek. Strategi ini sering disebut
goreng-menggoreng harga, yang dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan jangka pendek. Pelaku rekayasa menginginkan harga
saham naik, lalu menjual saham miliknya atau menginginkan harga
saham turun agar bisa membeli untuk kemudian menjual lagi. Cara
yang digunakan untuk menggoreng harga adalah membuat dan
mengembangkan isu yang kelihatannya logis sehingga pelaku pasar
terpengaruh. Seterah itu, diharapkan terjadi aksi jual beli saham
sehingga harga bergerak sesuai dengan harapan spekulan. Cara lain
adalah membuat demand dan supply yang semu. Keduanya berdampak
pada terjadinya harga semu.55 Mereka yang mengharapkan harga
saham naik sehingga membuat seolah-oleh terjadi permintaan yang
tinggi dengan target harga membubung naik, sedangkan sebaliknya
yang mengharapkan harga saham rendah akan membuat seolah-oleh
terjadi penawaran yang tinggi agar harganya turun. Menaikkan harga
saham dengan merekayasa demand oleh al Jaziri dikategorikan sebagai
jual beli sistem lelang yang dilarang. Sebab, dalam sistem ini ada
kecenderungan untuk saling mengungguli harga barang dengan cara
menawar diatas harga tawar orang lain, padahal ia tidak membutuhkan
barang itu. Ini dilakukan untuk menjebak orang lain agar mau
membelinya (dengan harga tinggi). Jual beli dengan cara seperti itu
dilarang oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan dalam kitab

54
Romansyah, Jurnal Pasar Modal dalam Perspketif Islam. Vol XIV No 1 Tahun 2015
55
Sigit Wibowo, Jurnal Implementasi Transaksi Jual Beli Saham di Pasar Modal dalam
Perspektif Hukum Islam. Vol. XIV No 01 Tahun 2017
alMuwatha dari Umar bahwa Rasulullah SAW. Melarang jual beli
lelang yang seperti itu.56
Lebih lanjut, al Jaziri mengemukakan apabila ada kesepakatan
penjual dengan pelelang sebagaimana dilakukan sebagai pedagang,
keduanya berdosa. Jika tidak, yang berdosa hanya pelelang. Apabila
harga barang tadi tidak melebihi harga semestinya, ini tidak haram,
sesuai dengan pendapat empat mazhab. Islam mengharamkan demand
dan supply yang semu. Strategi yang biasnya dilakukan adalah ba’i
najasy dan ikhtikar. Ba’i najasy dilarang karena pelaku merekayasa
permintaan untuk mendapatkan keuntungan diatas normal. Ba’i najasy
dalam perdagangan efek dilakukan dengan cara menyuruh pihak
tertentu untuk membuat analisis yang baik berkaitan dengan sekuritas
tertentu atau menyuruh pihak lain untuk menawar dengan harga yang
tinggi agar investor yang tertarik membelinya. Ia hanya ingin
mengecoh orang lain yang benarbenar ingin membeli.57
Sebelumnya, telah dibuat kesepakatan antara pemilik sekuritas
(penjual) dan penawar palsu tersebut untuk membeli dengan harga
tinggi agar ada pembeli sesungguhnya dengan harga tinggi pula.
Akibatnya, terjadi permintaan palsu (false demand) terhadap sekuritas
tersebut. Penipuan dalam berdagang dan dalam mencari rezeki sangat
dikecam oleh islam. Rasulullah SAW. Bersabda, “penipu dalam
neraka” dan ia juga bersabda, “orang yang melakukan najasy adalah
pemakan riba dan pengkhianat”.58 Najasy adalah tipuan yang batil dan
tidak halal. Disamping mengecam ba’i najasy, islam juga mengecam
ikhtikar karena dapat merusak mekanisme pasar dalam penetapan
harga. Fathi al Duraini mengartikan ikhtikar sebagai tindakan
menyimpan harta, manfaat atau jasa, enggan menjual dan
memberikannya kepada orang lain yang mengakibatkan lonjakan harga
56
Sigit Wibowo, Jurnal Implementasi Transaksi Jual Beli Saham di Pasar Modal dalam
Perspektif Hukum Islam. Vol. XIV No 01 Tahun 2017
57
Hanif, Jurnal Perkembangan Saham Syariah di Indonesia. Vol 4 No 1. Januari 2012
58
Romansyah, Jurnal Pasar Modal dalam Perspketif Islam. Vol XIV No 1 Tahun 2015
pasar secara drastis disebabkan terbatasnya peredian atau stok barang
hilang sama sekali dari pasar, sementara masyarakat, negara, atau pun
hewan amat memerlukan produk, manfaat atau jasa.59
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa bay najasy dan ikhtikar
dilakukan untuk menipu orang lain. disisi lain bay najasy dan ikhtiar
dilakukan secara sengaja untuk merusak dan mempermainkan harga
dengan tujuan mendapatkan keuntungan diatas normal. Jadi, proses
jual beli di pasar modal dengan demaind dan supply semu adalah
haram, karena menyebebkan harga menjadi tidak normal, mengandung
unsur penipuan dan menjebak orang lain karena informasi harga tidak
benar. Harga yang terjadi tidak mencerminkan kondisi emiten yang
sebenarnya. Saham yang berkinerja baik dijual atau dibeli dengan
harga tinggi.ini terjadi karena pemain saham terjebak dengan harga
pasar yang semu dan tidak sempat melakukan analisis yang mendalam.
Kondisi yang tidak menentu ini diharapkan para spekulan sehingga ia
memperoleh keuntungan yang tinggi. Sebagaimana yang telah
diterangkan, spekulasi tidak dilarang dalam perdagangan saham karena
investasi mengandung tidak kepastian return. Tetapi islam
mengharamkan tindakan yang membuat ketidakpastian harga dipasar
modal demi mendapatkan keuntungan.60 Sedangkan DSN-MUI
mengklasifikasi tindakan yang termasuk dalam kategori najasy di pasar
modal antara lain:61
1. Pump and dump, yaitu aktivitas transaksi suatu efek diawali oleh
pergerakan harga uptrend yang disebabkan oleh serangkaian transaksi
inisiator beli yang membentuk harga naik hingga mencapai level harga
tertinggi, setelah harga mencapai level tertinggi, pihak yang
berkepentigan terhadap kenaikan harga yang telah terjadi, melakukan
serangkaian transaksi inisiator jual dengan volume yang signifikan dan
59
Romansyah, Jurnal Pasar Modal dalam Perspketif Islam. Vol XIV No 1 Tahun 2015
60
Sigit Wibowo, Jurnal Implementasi Transaksi Jual Beli Saham di Pasar Modal dalam
Perspektif Hukum Islam. Vol. XIV No 01 Tahun 2017
61
Romansyah, Jurnal Pasar Modal dalam Perspketif Islam. Vol XIV No 1 Tahun 2015
dapat mendorong penurunan harga. Tujuannya adalah menciptakan
kesempatan untuk menjual dengan dengan harga tinggi agar
memperoleh keuntungaan.
2. Hype and dump yaitu aktivitas trasaksi suatu efek yang yang di
awali oleh pergerakan harga uptrend (tren menarik) yang disertai
dengan adanya informasi positif yang tidak benar, dilebih-lebihkan dan
juga disebabkan oleh serangkaian transaksi inisiator beli yang
membentuk harga naik hingga mencapai level harga tertinggi.
3. Creating fake demand /supply (permintaan /penawaran palsu) yaitu
adanya satu atau lebih pihak tertentu melakukan pemasangan order
beli/ jual pada level harga terbaik, tetapi jika order jual/beli yang
dipasang sudah mencapai best price maka order tersebut di delete atau
diamand (baik dalam jumlahnya atau diturunkan level harganya)
secara berulang kali. DSN-MUI mengklasifikasikan tindakan yang
termasuk kategori ihktikar di pasar modal, antara lain:
1. Pooling interest, yaitu aktivitas transaksi atas suatu efek yang
terkesan mudah dicapa (liquid), baik disertai dengan pergerakan harga
maupun tidak, pada suatu periode tertentu hanya dan hanya diramaikan
sekelompok anggota bursa efek tertentu (dalam pembelian maupun
penjualan).
2. Cornering, yaitu pola transaksi ini terjadi pada saham dengan
kepemilikan publik yang sangat terbatas. Terdapat upaya dari
pemegang saham mayoritas untuk menciptakan supply semua yang
menyebabkan harga menurun pada pagi hari dan menyebabkan
investor publik melakukan short selling.62
D. Penyimpangan (Tindak Pidana) dalam Pasar Modal Syariah
Dalam Perspektif Islam
Sekuritas Emiten yang Memproduksi Barang dan Jasa yang Haram
Haram hukumnya memperdagangkan barang yang diharamkan. Rasulullah
SAW, bersabda, ”sesungguhnya Allah dan Rasulullah-Nya mengharamkan

62
Romansyah, Jurnal Pasar Modal dalam Perspketif Islam. Vol XIV No 1 Tahun 2015
jual beli Khamar, bangkai, babi dan berhala. Seorang sahabat berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang lemak bakai yang dipakai untuk
pendompol perahu, dijadikan penyamak kulit, atau dijadikan alat penerangan
bagi manusia?”. “tidak, itu haram?,” lalu Rasulullah SAW. Bersabda, “Allah
telah memerangi umat yahudi karena ketika Allah mengharamkan bagi
mereka lemaknya, mereka rekayasa (lemak itu) lalu mereka jual dan mereka
makan hasil penjualannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Jabir Ibn
Abdillah). Al-Quran pun menjelaskan tentang suatu yang haram apabila
dimakan apalagi untuk dijual, QS. Al-Maidah 363

ُ‫ﺣُﺮﱢﻣَﺖۡ ﻋَﻠَﯿۡﻜُﻢُ اﻟۡﻤَﯿۡﺘَﺔُ وَاﻟﺪﱠمُ وَﻟَﺤۡﻢُ اﻟۡﺨِﻨۡﺰِﯾۡﺮِ وَﻣَﺎۤ اُھِﻞﱠ ﻟِﻐَﯿۡﺮِ ﷲِّٰ ﺑِﮫٖ وَاﻟۡﻤُﻨۡﺨَﻨِﻘَﺔُ وَاﻟۡﻤَﻮۡﻗُﻮۡذَةُ وَاﻟۡﻤُﺘَﺮَدﱢﯾَﺔُ وَاﻟﻨﱠﻄِﯿۡﺤَﺔ‬

َ‫وَﻣَﺎۤ اَﻛَﻞَ اﻟﺴﱠﺒُﻊُ اِﻻﱠ ﻣَﺎ ذَﻛﱠﯿۡﺘُﻢۡ وَﻣَﺎ ذُ ﺑِﺢَ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻨﱡﺼُﺐِ وَاَنۡ ﺗَﺴۡﺘَﻘۡﺴِﻤُﻮۡا ﺑِﺎﻻَۡزۡﻻَمِ ؕ ذٰ ﻟِﻜُﻢۡ ﻓِﺴۡﻖٌ ؕ اَﻟۡﯿَﻮۡمَ ﯾَٮِٕﺲ‬

ُ‫اﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ ﻛَﻔَﺮُوۡا ﻣِﻦۡ دِﯾۡـﻨِﻜُﻢۡ ﻓَﻼَ ﺗَﺨۡﺸَﻮۡھُﻢۡ وَاﺧۡﺸَﻮۡنِ ؕ اَ ﻟۡﯿَﻮۡمَ اَﻛۡﻤَﻠۡﺖُ ﻟَـﻜُﻢۡ دِﯾۡﻨَﻜُﻢۡ وَاَ ﺗۡﻤَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﯿۡﻜُﻢۡ ﻧِﻌۡﻤَﺘِﻰۡ وَرَﺿِﯿۡﺖ‬

ٌ‫ﻟَـﻜُﻢُ اﻻِۡﺳۡﻼَمَ دِﯾۡﻨًﺎ ؕ ﻓَﻤَﻦِ اﺿۡﻄُﺮﱠ ﻓِﻰۡ ﻣَﺨۡﻤَﺼَﺔٍ ﻏَﯿۡﺮَ ﻣُﺘَﺠَﺎﻧِﻒٍ ﻻﱢِﺛۡﻢٍۙ ﻓَﺎِنﱠ ﷲَّٰ ﻏَﻔُﻮۡرٌ رﱠﺣِﯿۡﻢ‬

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan


(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih
untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak
panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa

63
Muhammad Nafik, Bursa efek dan infestasi Syariah, (Jakarta: serambi ilmu semesta,
2009) hal. 200
terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.64
Jadi, perdagangan sekuritas yang emitennya melakukan aktifitas yang
haram hukumnya adalah haram.65 Termasuk dalam kategori ini adalah
sekuritas perusahaan rokok, hotel, ritel, minuman keras, perbankan dan
emiten lain yang mempraktikkan sistem bunga. Saham hotel dan ritel yang
tidak boleh ditransaksikan adalah hotel dan ritel yang menjual minuman keras,
menjalankan praktik yang melanggar hukum islam dan menjual makanan
yang haram. Sekuritas perbankan dan emiten yang tidak mempraktikkan
ribawi boleh dimiliki dan diperdagangkan. Singkatnya, haraam memiliki atau
memperdagngkan sekuritas semua emiten yang mempraktikkan atau terlibat
dalam aktifitas yang dilarang oleh hukum islam.66
E. Manipulasi (Tadlis)
Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan lima nilai mendasar yang harus
dimiliki seorang pedagang, yaitu jujur, amanah, informatif, cerdas dan
konsisten. Rasulullah SAW bersabda, “penjual dan pembeli punya hak untuk
menentukan pilihan selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya berlaku
jujur dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya, akad mereka akan diberkati.
Namun jika keduanya saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta,
mungkin mereka akan mendapat untung tetapi transaksinya tidak diberkati”.
(HR. Bukhari dan Muslim). Islam melarang manipulasi, kecurangan dan
penutupan informasi dalam transaksi perdagangan. Keterbukaan dan
transparansi dalam perdagangan merupakan syarat mutlak terbentuknya harga
yang adil.44 Pada perdagangan saham sering terjadi perdagangan dengan
memanfaatkan informasi yang belum disebarkan kepada masyarakat atau
merupakan informasi pribadi. Informasi tersebut berasal dari orang dalam
dengan tujuan mendapatkan abnormal return. Jenis perdangan ini dalam

64
Dikutip dari https://www.marja.id/quran/005_al-maidah/ayat_3/ pada hari senin 12 april
2021 pukul 21.20.
65
Raymond Dantes, wawasan Pasar Modal Syariah, (Ponorogo, wade grub,2019) hal 56
66
Raymond Dantes, wawasan Pasar Modal Syariah, (Ponorogo, wade grub,2019) hal 58
perdagangan pasar modal di sebut Insider trading. Menurut Gisymar insider
trading merupakan istilah yang hanya dikenal di pasar modal.67
F. Transaksi Gharar
Islam melarang transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek, baik
dari sisi pembeli maupun dari sisi penjualan. Tindakan yang seperti itu
disebut dengan gharar atau taghrir. Ulama fikih sepakat bahwa jual beli
barang yang tidak jelas hukumnya tidak sa. Ibn Qayyim berpendapat, jual beli
yang barangnya tidak ada pada waktu akad tetapi diyakini akan ada pada
massanya boleh dilakukan dan hukumnya boleh. Jadi dapat disimpulkan,
barang yang diperjual belikan dalam transaksi perdagangan harus jelas dari
sisi nilai, harga, sifat, zat, kualitas dan ukurannya. Seperti dijelaskan 68:

َ‫ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮنَ وَأَﻧْﺘُﻢْ ﺑِﺎﻻِْٕﺛْﻢِ اﻟﻨﱠﺎسِ أَﻣْﻮَالِ ﻣِﻦْ ﻓَﺮِﯾﻘًﺎ ﻟِﺘَﺎْٔﻛُﻠُﻮا اﻟْﺤُﻜﱠﺎمِ إِﻟَﻰ ﺑِﮭَﺎ وَﺗُﺪْﻟُﻮا ﺑِﺎﻟْﺒَﺎطِﻞِ ﺑَﯿْﻨَﻜُﻢْ أَﻣْﻮَاﻟَﻜُﻢْ ﺗَﺎْٔﻛُﻠُﻮا وَﻻ‬

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di


antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui” (Qs. al- Baqarah : 188)69

Hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda :

‫اﻟْﻐَﺮَرِ ﺑَﯿْﻊِ وَﻋَﻦْ اﻟْﺤَﺼَﺎةِ ﺑَﯿْﻊِ ﻋَﻦْ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻋَﻠَﯿْﮫِ ﷲﱠُ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲﱠِ رَﺳُﻮلُ ﻧَﮭَﻰ‬

“ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah


( dengan melempar batu ) dan jual beli gharar.” (HR Muslim)

67
Sarah, Hanny. Penerapan prinsip syriah pada praktik perdagangan. FM-UINKBM-05-
03/RO
68
Dikutip dari https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/448/jual-beli-gharar/ pada
tanggal 12 april 2021 pukul 21:38.
69
Dikutip dari https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/448/jual-beli-gharar/ pada
tanggal 12 april 2021 pukul 21:38.
Sedangkan menurut DSN-MUI Taghir (gharar) merupakan upaya
memengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan yang
mengandung kebohongan, agar terdorong untuk melakukan transaksi.
Spekulasi dalam islam sering diidentikkan dengan istilah gharar dan
maisir/qimah. Gharar adalah setiap aktivitas yang di dalamnya mengandung
elemen ketidakpastian, risiko, permainan, informasi yang tidak akurat,
kontrak yang rumit, ketidakjelasan, atau tipu daya.
G. Transaksi Ribawi

Pada sistem margin trading, broker dan investor biasanya membuat


kesepakatan bahwa broker diperbolehkan mengeksekusi sekuritas tanpa harus
minta izin kepada investor dalam keadaan mendesak dan kritis. Itu dilakukan
untuk menghindari kerugian besar karena investor tidak mampu membayar
utangnya. Broker pada umumnya telah mengetahui data historis investor yang
akan berhutang dan sekuritas yang akan dibelinya. Berdasarkan data dan
analisis tersebut broker dapat mengambil keputusan kapan akan melakukan
eksekusi. Transaksi dengan metode on margin merupakan jual beli sekaligus
berutang yang dilarang dalam salam. Rasulullah SAW bersabda, tidak
diperbolehkan pinjaman dan jual beli, tidak juga dua syarat dalam satu jual
beli dan tidak boleh menjual barang yang bukan milikmu (HR. Ahmad ibn
Hanbal, Abu Daud, al Tirmizi, al Nasa’i dan Ibn Majah). Berdasarkan hadis
tersebut jelaslah sistem margin trading diharamkan karena mengandung riba
qardh dan riba jahiliah. Dalam sistem margin trading akad yang terjadi adalah
akad jual beli sekaligus akad utang.70

BAB III

PENUTUP

70
Raymond Dantes, wawasan Pasar Modal Syariah, (Ponorogo, wade grub,2019) hal 62.
A. Kesimpulan
Emite merupakan Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu
penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-
undang yang berlaku. Emiten yang memproduksi barang haram zatnya
yaitu saham yang diperjual belikan merupakan saham perusahaan yang
memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak halal
(contohnya babi, minuman keras/alkohol, darah, bangkai, perjudian,
lembaga keuangan konvensional dan hiburan). Didalam pasar modal
syariah, instrumen yang digunakan berdasarkan pada prinsip syariah dan
mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Sehingga kriteria dan efek syariah yang dapat diperdagangkan
menurut fatwa DSN- MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003.
Short Selling adalah transaksi penjualan efek yang tidak dimiliki
oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. Bisa juga diartikan
sebagai penjualan saham yang dimiliki penjual short, saham yang dijual
secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga. Islam
melarang manipulasi, kecurangan dan penutupan informasi dalam
transaksi perdagangan. Keterbukaan dan transparansi dalam perdagangan
merupakan syarat mutlak terbentuknya harga yang adil. Berdasarkan
uraian diatas jelaslah bahwa bay najasy dan ikhtikar dilakukan untuk
menipu orang lain. disisi lain bay najasy dan ikhtiar dilakukan secara
sengaja untuk merusak dan mempermainkan harga dengan tujuan
mendapatkan keuntungan diatas normal. Jadi, proses jual beli di pasar
modal dengan demaind dan supply semu adalah haram, karena
menyebebkan harga menjadi tidak normal, mengandung unsur penipuan
dan menjebak orang lain karena informasi harga tidak benar
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/ dikutip pada 28 februari 2021.


Adlan dan Mawardi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 2, Juni-Des
2018
Umam, Khaerul. Pasar Modal Syariah. Bandung: Pustaka Setia, 2013.

https://adams.co.id/ dikutip pada 28 februari 2020.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NOMOR: 40/DSN-
MUI/X/2003 Tentang PASAR MODAL DAN PEDOMAN UMUM
PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL, Pasal 5. 28
februari 2021

Yuliana, Indah. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-Maliki Press,


2010.

Munir Fuady, Pasar Modal Modern, Tinjauan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001,
Algifari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: STIE YKPN,
2002,
Samsul Muhammad, pasar modal dan manajemen portofolio, erlangga 2018
Hidayat, Taufik. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Mediakita, 2011

Rahmad Syafe’I, fiqh muamalah, Bandung : Pustaka Setia 2001.

Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 2010.Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar
Modal di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Andri soemitra, Masa depan pasar modal syariah, (jakarta: prenadamedia group,
2014)

Panji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Rineka Cipta,
2001
Hidayat, Fatmah Taufik, and Mohd Izhar Ariff bin Mohd Qasim. "Kaedah
Adat Muhakkamah dalam Pandangan Islam (Sebuah Tinjauan Sosiologi
Hukum)." Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) 2016
Sumantoro, Aspek-aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal di Indonesia,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
E.A. Koentin, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Touriq, Muhammad, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, Jakarta :
Kencana 2014.
Soemitra, Andri, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, Jakarta :
Prenadmedia group, 2014.
Sigit Wibowo, Jurnal Implementasi Transaksi Jual Beli Saham di Pasar
Modal dalam Perspektif Hukum Islam. Vol. XIV No 01 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai