Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alievia Robiatul Muvidah

NIM : 18520070
Kelas : Akuntansi Sektor Publik D

RANGKUMAN
( Regulasi Dan Standar di Sektor Publik )

Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang
harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,partai politik, yayasan dan lain sebagainya.
A. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik
Setiap aktivitas dari Organisasi Sektor Publik mempengaruhi hajat hidup orang
banyak, maka dari itu untuk mencegah penyalahgunaan yang akan merugikan masyarakat
banyak, organisasi sektor publik diatur dengan peraturan-peraturan. Yang mana regulasinya
bersifat lebih detail dibandingkan dengan regulasi yang mengatur sektor komersial yang mana
mengingat sifatnya yang mencakup hajat hidup orang banyak.
Dalam konteks organisasi sektor publik, sebuah paket standar akuntansi tersendiri
diperlukan karena kekhususan yang signifikan antara organisasi sektor publik dengan
perusahaan komersial, diantaranya adanya kewajiban pertanggungjawaban yang lebih besar
kepada publik atas penggunaan dana-dana yang dimiliki.

B. Perkembangan Regulasi di Sektor Publik


1. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
a. Regulasi Tentang Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai banyak anggota
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah undang-undang RI Nomor 16
tahun 2001 tentang yayasan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjamin
kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud
dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat.
Selain pada untang-undang no 16 tahun 2001 peraturan juga diperbarui dalam
beberapa aspek dengan undang-undang no 28 tahun 2004. Untuk lebih menjamin
kepastian hukum pemeribtah juga mengeluarkan peraturan pemerintah no 63 tahun
2008 tentang pelaksanaan undang-undang tentang yayasan yang memberikan
penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari ketentuan yang telah ada sebelumnya.
b. Regulasi tentang Partai Politik
Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama dan
mengalami beberpa perkembangan yang pesat, dimana undang-undang pertama di era
reformasi yaitu UU No 2 Tahun 1999, yang kemudian diperbarui dalam UU No 31
Tahun 2002 dimana belum memiliki ketentuan mengenai kewajiban partai politik
untuk menyusun laporan pertanggung jawaban keuangan, yang kemudian diperbarui
lagi dalam UU No 2 tahun 2008 yang sudah mengatur bahwa rekening kas umum
partai politik dan kewajiban pengurus pada setiap tingkatan organisasi untuk
menyususn laporan pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan
setelah satu tahun anggaran berakhir dan bersifat terbuka untuk diketahui masyarakat.
Hal ini sejalan dengan semakin tingginya tuntutan akuntabilitas dan transparasi
keuangan partai politik dan masyarakat.
c. Regulasi Tentang Badan Hukum Milik Negara dan badan hukum Pendidikan
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan hukum
di Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam
rangka privarisasi lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik sendiri, khususnya
sifat non- profit meski berstatus sebaai badan usaha. Penetapan universitas dilakukan
berdasarkan peraruran pemerintah. Setiap Universitas yang memiliki status BHMN
memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan status universitas lainnya, diantaranya
yaitu:
1. Memiliki Majelis Wali Amanat (MWA)
2. Memiliki Senat Akademik (SA)
3. Memiliki Otonomi Manajemen Dana dan akademik
Pada tanun 2008 aanya pengesahan undang-undahng Badan Hukum
Pendidikan (BHP), dimana BHP sebagai badan hukum penyelenggara pendidikan
formal dengan prisip nirlaba yang memiliki kemandirian dalam pengelolaannya
dengan tujuan memajukan satuan pendidikan, dalam pengelolaannya BHP meiliki
beberapa prinsip diantaranya
1. Nirlaba, dimana setiap kegiatan dilakukan tidak dengan tujuan mencari laba,
sehingga kelebihan hasil usaha di investasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Otonom, dimana kewenangan dan kemampuan untuk menjalankan kegiatan secara
mandiri baik dalam bidng akademik maupun non-akademik
3. Akuntabel, artinya kemampuan dalam komitmen untuk mempertanggung jawabkan
semua kegiatan yang dijalankan pada seluruh pihak-pihak yang berkepentingan
4. Transparan, artinya kemampuan menyajikan informasi yang relevan secara tepat
waktu sesuai dengan peraturan perundanggan yang berlaku.
5. Penjaminan Mutu, Kegiatan sistematis yang bertujuan meningkatkan mutu
pelayanan pendiddikan ssecara berkesinambungan.
6. Layanan Prima, artinya orientasi dan komitmen untuk memberikan layanan
pendidikan yang terbaik bagi peserta didik.
7. Akses yang berkeadilan, memberikan pelayanan pendidikan tanpa memandang
latar belakang, agama, ras, etnis, gender, status sosial, serta kemampuan ekonomi
8. Keberagaman,
9, Keberlanjutan, kemampuan untk memberikan layanan pendidikan secara terus-
menerus
10. Partisipasi atas tanggung jawab negara, artinya keterlibatan pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan formal untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
d. Regulasi Tentang Badan Layanan Umum
badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
unuk memberikan layanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang
dijual tanpa mengutamakan keuantungan, diantaranya yang menjadi BLU adalah
layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan dan lain-lain. BLU dibentuk
untuk mempromosikan peningkatan layanan publik melalui fleksibilitas pengolaan
keuangan yang dikelola secara profesional dengan menonjolkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.
Dalam tatanan regulasi BLU diatur oleh Direktorat Pembinaan Pengelolaan
Keuangan BLU yang ada dibawah direktorat Jendral Pembendaharaan yang ada di di
diperemen keuangan. Wacana tentang BLU dalam rgulasi di level undang-undang
disebut dalam undang-undang No 1 tahun 2004 tentang pembendaharaan negara.
Level regulasi di bawahnya yang secara khusus menjelaskan tentang BLU adalah
perauran pemerintah No 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
2. Perkembangan Regulasi Terkait Keuangan Negara
a. Undang -Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Ada beberapa hal penting yang diantur dalam undang-undang ini, diantaranya
yaitu:
1. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
2. Penyusunan dan penetapan APBN
3. Penyususnan dan penetapan APBD
4. Hubungan keuangan antara pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, Serta Pemerintah/Lambaga Asing.
5. Hubungan Keuangan antara Pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan
daerah, perusahaan swasta, serta Badan Pengelolaan dana masyarakat.
6. Penanggungjawaban pelaksanaan APBD dan APBN.
b. Undang-Undang No 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara
Pembendaharaan negara dalam UU ini adalah pengelolaan dan
pertangungjawaban keuangan negara, termasuk investasi, dan kekayaan yang
dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Fungsi pembendaharaan
tersebut terutama meliputi perencanaan kas yang baik, pencegahan agar sampai
terjadi kebocoran dan penyimpangan pencarian sumber pembiayaan yang paling
murah dan pemanfaatan dana yang menganggur untuk meningkatkan nilai tambah
sumber daya keuangan.
c. Undang-undang No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Pemerikasaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas
laporan keuangan. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonoi dan efisisensi sert serta
pemeriksaan aspek efektivitas. Dan Pemeriksaan degan Tujuan tertentu.

C. Perkembangan standar di Sektor Publik


1. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik (IPAS)
Banyak entits di suatu negara yang tergolong organisasi sektor pubik, namun dalam
pelaksaannya banyak perbedaan terutama dalam pelaporan keuangan, hal ini sangat
dimungkinkan karena belum banyaknya pemerintah suatu negara yang menerbitkan
standar buku akuntansi untuk mengatur praktek akuntansi bagi sektor publik. Maka dari
itu IFAC membentuk komite khusus utuk menyususn standar akuntansi sektor publik
yang kemudiaan disebut IPAS, yang mana dalam penyusunannya didasarkan pada IFRS,
peraturan perundang undangan, asosiasi profesi, dan organisasi lain dalam sektor publik.
IPAS adalah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlku secara
internasional dan dapat dijadikan acuan negara-negar di selruh dunia untuk
mengembangkan standar akuntansi khusus sektor publik negaranya. Cakupan yang diatur
dlam IPAS meliputi seluruh organisasi sektor publik, termasuk lembaga pemerintah.
2. PSAK 45 tentang Nirlaba
Dikarenakan sampai saat selain PSAK 45 indonesia baru memiliki standar akuntansi
pemerintah (SAP) yang ditujukan untuk instansi pemerintah sehingga belum memiliki
standar khusus untuk organisasi nirlaba non-instansi yang dimiliki pemerintah. Oleh
karena itu menggunakan PSAK 45 digunakan sebgai acuan untuk seluruh jenis organisasi
nirlaba, kecuali pemerintah dan instansi pemeritah.
Dalam PSAK 45 dijelaskan bahwa pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan
yang disajikan oleh organisasi nirlaba yang memenuhi karakteristik berikut:
a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah
sumber daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan menumpuk laba. Kalau
suatu entitas menghasulkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan lazimnya pada organisasi bisnis.
PSAK 45 sendiri mengatur tentang:
1. Tujuan Utama Laporan Keuangan
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
3. Contoh bentuk laporan keuangan organisasi nirlaba
3. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Setelah dibentuknya Komite SAP, maka KSAP bertugas mempersiapkan
penyusunan konsep rancangan peraturan pemerintah tentang SAP sebagai prinsip -prinsip
akunansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. Pengembagan SAP mengacu pada praktik-
praktik terbaik di tigkat internasional dengan tetap mempertimbangkan kondisi indonesia,
baik peraturan perundng undangan dan prakti-praktik yang berlaku, maupun kondisi
sumber daya manusia.
Proses penyusunan SAP terdiri dari; indentifikasi topik, konsultasi topik kepada
kmite pengarah, pembentukan kelompok kerja, riset terbatas oleh kelompok kerja, draf
awal dari kelompok kerja, pembahasan draf awal oleh komite kerja, pengambilan
keputusan oleh komite kerja, pelaporan kepada komite pengarah dan persetujuan atas draf
publikasi, peluncuran draf publikasian, dengar pendapat publik dan dengar pendapat
terbatas, pembahsan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dan dengar
pendapatnya, permintaan pertimbangan kepada BPK, pembahasan tanggapan BPK,
finalisasi standar, pemberlakuan standar, sosialisasi awal standar.
SAP terdiri dari sebuah kerangka konseptual dan sebelas pernyataan berikut:
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan realisasi Anggaran
PSAP 03 Laporan Aliran Kas
PSAP 04 CALK
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Kontruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalah
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian.
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Badan Perikasa Keuangan (BPK) mengembangkan sebuah standar penting yang menjadi
panduan dalam proses audit di indonesia, yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN). SPKN memuat persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh setiap
pemerika/auditor. SPKN berlaku untuk:
a. Badan Pemeriksa Keuangan RI
b. Akuntan Publim atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara dan atas nama BPK-RI
c. Aparat pengwas Internasional Pemeritah
d. Pihak-Pihak lain yang ingin menggunakan SPKN
SPKN membagi audit pemeriksaan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Pemeriksaan Keuangan
2. Pemeriksaan Kinerja
3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.
Standar Umum SPKN:
a. Persyaratan kemampuan/keahlian
b. Persyaratan Independensi
c. Penggunaan Kemahiran profesional Secara Cermat dan Seksama
d. Pengendalian Mutu

Anda mungkin juga menyukai