Anda di halaman 1dari 4

Keputihan

Dr. Keven P.M.Tali, Sp.OG

Keputihan adalah keluarnya cairan/sekret berwarna putih dari vagina . Keputihan


merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembaban organ kewanitaan.
Ketika seorang wanita mengalami keputihan, cairan yang diproduksi oleh kelenjar vagina
dan leher rahim akan keluar membawa sel mati dan bakteri, sehingga vagina tetap
terlindung dari infeksi.
Keputihan normal terjadi pada wanita yang masih mengalami menstruasi. Ibu hamil
mungkin akan lebih sering mengalami keputihan akibat perubahan hormon. Ketika wanita
mulai memasuki masa menopause, barulah keputihan akan berkurang.
Keputihan yang normal tidak berbahaya walaupun terkadang menimbulkan iritasi, rasa gatal
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan malu pada penderita. Tetapi ada juga
keputihan yang merupakan gejala awal dari infeksi, keganasan atau tumor jinak reproduksi.
Terutama bila cairan keputihan mengalami perubahan warna, tekstur dan berbau.

Gejala Keputihan
Keputihan yang fisiologis (normal) terjadi apabila mendekati masa ovulasi, karena
rangsangan seksual, menjelang dan sesudah menstruasi atau karena pengaruh hormon
pada kehamilan. Keputihan yang normal akan terlihat dari cairan yang keluar dengan tanda-
tanda sebagai berikut:

 Tidak berwarna atau berwarna putih.


 Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat.
 Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam.
 Tesktur cairan keputihan dapat berubah tergantung siklus menstruasi.

Sedangkan keputihan yang patologis (abnormal) dapat terjadi karena infeksi vaginal, infeksi
trikomonas vaginalis, infeksi jamur candida albicans, keganasan reproduksi ataupun adanya
benda asing dalam jalan lahir. Untuk keputihan yang tidak normal dapat ditandai dengan:

 Cairan keputihan berbeda warna, berbau, atau tekstur berbeda dari biasanya.
 Cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya.
 Keluar darah setelah berhubungan seksual atau di luar jadwal haid.

Keputihan yang abnormal ini juga dapat disertai dengan keluhan seperti gatal pada area
kewanitaan, nyeri di panggul atau ketika buang air kecil atau rasa terbakar di sekitar vagina.

Penyebab Keputihan
Keputihan yang dialami setiap wanita berbeda-beda, baik dari jumlah cairan yang keluar
hingga warna dan tekstur cairan. Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan sebelum
seorang wanita mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
perubahan hormon di dalam tubuh. Selain karena perubahan hormon, keputihan juga akan
normal keluar saat wanita mendapatkan rangsangan seksual, sedang menyusui, atau stres.
Sementara itu, keputihan yang abnormal disebabkan oleh infeksi, baik karena jamur, bakteri
(vaginosis bakterialis, gonore, chlamydia), atau parasit (trikomoniasis). Selain infeksi,
keputihan juga dapat menjadi tanda dari kanker rahim atau leher rahim.
Beberapa faktor yang membuat seorang wanita rentan mengalami infeksi vagina dan
menimbulkan keputihan, antara lain:

 Mengkonsumsi obat kontrasepsi (Pil KB) dan obat kortikosteroid.


 Menderita penyakit diabetes.
 Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan sering berganti pasangan.
 Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya penyakit HIV.
 Terdapat iritasi di dalam atau sekitar vagina.
 Menipisnya dinding vagina akibat menopause.
 Terlalu sering membersihkan area kewanitaan dengan semprotan air.
 Menggunakan sabun atau losion yang mengandung parfum atau pewangi.
 Adanya benda asing seperti possarium, rambut kemaluan, rambut wol, kain atau
kapas
 Adanya Fistula (fistula vesicovaginalis, fistula fectovaginalis)

Jenis Keputihan Abnormal

Jenis keputihan yang abnormal yang sering ditemukan, antara lain:

1. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV), disebabkan oleh candida albicans atau kadang


oleh candida sp. Gejalanya antara lain: gatal pada vulva dan vagina;
lendir berwarna putih seperti susu dan mungkin bergumpal, tidak berbau dan
timbul nyeri pada saat berhubungan seksual.
2. Trikomoniasis, disebabkan oleh parasit Trikomonas vaginalis. Gejalanya antara lain:
lendir berbau dengan konsistensi bermacam-macam (cairan ecer, berwarna kuning
kehijauan dan bahkan berbusa/ berbuih), dapat disertai gatal pada vagina, dan
kadang-kadang terdapat rasa tidak enak di perut bagian bawah.
3. Vaginosis bacterial, gejala yang timbul antara lain: lendir berwarna putih homogen,
melekat pada dinding vagina dan sekitar area kewanitaan, pH cairan vagina > 4,5,
terciumnya bau amis.
4. Infeksi genital non spesifik, dengan keluhan berupa adanya lendir yang keluar dari
vagina, perdarahan antar menstruasi, perdarahan setelah berhubungan seksual,
nyeri saat buang air kecil.

Diagnosis Keputihan
Untuk menentukan apakah keputihan bersifat normal atau abnormal, dokter akan
melakukan anamnesa dengan menanyakan gejala yang dialami, siklus menstruasi, dan
riwayat hubungan seksual. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap
kondisi organ reproduksi wanita seperti vagina, serviks dan rahim. Dokter juga akan
melakukan pemeriksaan terhadap cairan dari keputihan itu sendiri. Perubahan warna pada
cairan keputihan ini dapat menentukan penyebab dari keputihannya.
Perubahan warna keputihan dan penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

 Cairan berwarna coklat atau disertai bercak darah. Keputihan ini disebabkan oleh
siklus menstruasi yang tidak teratur. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini bisa juga
merupakan tanda dari kanker rahim atau leher rahim.
 Cairan berwarna hijau atau kuning dan berbuih. Keputihan ini disebabkan oleh
penyakit trikomoniasis.
 Cairan berwarna kelabu atau kuning. Keputihan ini dapat disebabkan oleh
penyakit gonore.
 Cairan berwarna putih dan kental. Keputihan ini disebabkan oleh infeksi jamur pada
vagina.
 Cairan berwarna putih, abu-abu, atau kuning, disertai bau amis. Keputihan ini
disebabkan oleh penyakit vaginosis bakterialis.
 Cairan berwarna merah muda. Keputihan yang terjadi setelah melahirkan.

Tanda keputihan yang abnormal umumnya sudah dapat terdeteksi pada pemeriksaan awal.
Untuk memastikan penyebabnya maka diperlukan pemeriksaan tambahan, seperti:

 Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman lendir atau cairan dan mendeteksi
tanda-tanda infeksi pada vagina.
 Tes sampel cairan vagina, yaitu pemeriksaan laboratorium terhadap sampel cairan
atau lendir keputihan untuk mendeteksi keberadaan jamur, bakteri, atau parasit
yang menyebabkan keputihan.
 Tes infeksi menular seksual, untuk mendeteksi tanda atau gejala dari infeksi menular
seksual, seperti gonore, chlamydia, dan trikomoniasis.
 Pap smear, yaitu pemeriksaan terhadap sampel jaringan serviks untuk mendeteksi
kelainan yang terjadi pada jaringan serviks.

Pengobatan Keputihan
Keputihan yang tergolong normal tidak memerlukan penanganan medis secara khusus
karena dapat ditangani dengan membersihkan area kewanitaan secara rutin untuk
menghilangkan lendir atau cairan. Tetapi untuk mengatasi keputihan yang tergolong
abnormal maka pengobatan yang diberikan berdasarkan penyebab dari keputihan tersebut,
seperti obat antibiotik untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan parasit, obat anti
jamur untuk keputihan yang disebabkan oleh jamur.

Pencegahan Keputihan
Yang paling penting untuk mencegah keputihan abnormal adalah menjaga kebersihan area
kewanitaan agar terhindar dari risiko infeksi. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu:

 Membersihkan vagina dengan sabun dan air hangat setelah buang air kecil atau
besar, kemudian dikeringkan. Hal ini untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina
melalui anus/ dubur.
 Hindari menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air. Karena cara ini
berisiko menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi.
 Gunakan celana dalam berbahan katun untuk menjaga kelembaban pada area
kewanitaan dan hindari menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
 Hindari menggunakan sabun atau produk kewanitaan yang mengandung parfum,
karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik pada vagina.
 Jagalah kebersihan vagina selama menstruasi dengan mengganti pembalut
setidaknya setiap 3-5 jam sekali.
 Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari
risiko infeksi menular seksual.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada dokter kandungan Anda.

Anda mungkin juga menyukai