Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS


DI RUANGAN BEDAH RSUD RADEN MATTAHER

OLEH
ROBIYANTI
PO71202200014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021
A. Konsep Teori Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompokkelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner and Suddarth,
2001).
Diabetes mellitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang
ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. (Riyadi, Sujono,
2008).
Ulkus merupakan luka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah
satu gejala klinik dan perjalanan DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes
merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus.
2. Etiologi
Diabetes Melitus bisa disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel sel
beta pulau langerhans atau ketiadaan absolut insulin. Ketiadaan absolute insulin dapat
terjadi karena keturunan dimana tahap perkembangan anti bodi yang merusak selsel
beta atau degenerasi selsel beta. Sedangkan penurunan produksi insulin dan
resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Usia
b. Gaya hidup stress
c. Pola makan yang salah
d. Obesitas
e. Infeksi
Terjadinya ulkus diabetikum antara lain dipengaruhi oleh:
a. Neuropatik diabetik
b. Angiopati diabetic (penyempitan pembuluh darah)
c. Infeksi
3. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5
P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus “
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
4. Patofisiologi
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang

rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh berfungsi dengan

baik. Energi yang dibutuhkan tubuh berasal dari bahan makanan yang dimakan setiap hari.

Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak, dan protein.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO dan air, 10% menjadi glikogen, dan 20% sampai 40%

diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena

terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya

terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi

darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga

kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan

hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila

terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa

dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan

dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka

sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi

intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga akan merasa haus terus

menerus dan akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke

sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,

maka akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Terlalu banyak lemak dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang

menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis.


Pathway
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah :
a. Pemeriksaan fisik
1) Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
2) Nilon monofilament 10 G
3) Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa
4) Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas (83%).
b. Pemeriksaan vaskuler
1) Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik
betis dengan tekanan sistolik lengan.
2) Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomyelitis
c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan
warna pada urine : hijau ( + ), kuning (++), merah ( +++), dan merah bata ( +
+++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Diet (Tjokroprawiro, 1997)
Diet dilaksanakan dengan menghitung persentase dan Relatif Body Weight
(RBW) atau Berat Badan Relatif (BBR).
BB
x 100%
BBR = ( TB − 100 )
Ket : kurus jika BBR < 90%
Sedang jika BBR 90% - 100%
Gemuk jika BBR > 100%
Macam-macam diet DM :
1) Diet B
Diet ini diberikan kepada pasien yang tidak tahan lapar, kadar kolesterol
darah tinggi, komplikasi penyempitan pembuluh darah, telah mengalami
komplikasi ginjal telah menderita DM > 15 tahun. Komposisi diet B adalah
68% karbohidrat, 12% protein, 20% lemak.
2) Diet B1
Diet ini diberikan pada penderita DM yang tidak tahan lapar, kurus, BBR <
90%, masih muda, memerlukan pertumbuhan, mengalami patah tulang,
menderita gangguan keadaan pasca bedah, menderita tumor, komposisi diet
B1 adalah 60% karbohidrat, 20% lemak, 20% protein.
3) Diet B2
Diet ini diberikan pada penderita DM dengan komplikasi GGK sedang yaitu
nefropati diabetik stadium II. Komposisi diet B2 adalah 68% karbohidrat,
20% lemak, 12 % protein, kaya akan asam amino esensial (AAE), 2100 –
2300 kalori/hari.
4) Diet B3
Diet ini diberikan pada penderita DM dengan komplikasi nefropati diabetik
dengan GGK dengan CCT < 25 ml/mnt. Yaitu 2100 – 2300 kalori/hari,
rendah protein, tinggi akan asam amino esensial dipilih lemak yang tidak
jenuh.
5) Diet Be
Diet ini diberikan pada penderita DM dengan nefropati diabetik stadium
akhir. Penderita boleh minum glukosa dan rasa manis misalnya es krim tapi
harus disuntik insulin. Aturan makan tetap tiga kali sehari. Interval tiga jam
dengan kalori > 2000 kal/hari.
b. Latihan fisik
Latihan fisik dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30
menit, seperti jalan-jalan, berenang, dan bersepeda dalam tempo yang sedang. Hal
ini perlu disiapkan sebelum berolahraga untuk mencegah hipoglikemia adalah
makanan yang cukup dan tes kadar gula darah. Latihan akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pengambilan insulin. Latihan ini berguna untuk meningkatkan
kepekaan terhadap insulin (glukosa uptake ).
c. Obat
Obat berkhasiat hipoglikemia (OAD : Obat Anti Diabetik). Golongan obatnya
sulfonilurea, glipozid, dan gliburide. Obat ini mempunyai efek meningkatkan
jumlah reseptor insulin dan memperbaiki kerusakan kerja insulin post reseptor
insulin.
Indikasi pemberian insulin antara lain :
1) DM dengan berat badan menurun cepat/kurus.
2) Ketoasiolosis diabetik, asiodosis laktat (infeksi sistemik)
3) DM yang mengalami stres berat (operasi)
4) DM yang tidak dikelola dengan obat hipoglikemia oral
5) Diabetes gestasional yang tidak terkendali

7. KOMPLIKASI
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain:
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke
dalam komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah
makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian
mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata
(retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang
mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur
bahkan kebutaan), luka infesi dalam, penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement komplikasi
dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip
steril.
8. Pengertian Debridement
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari
suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan
dapat kering atau basah.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus
dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang
membantu proses penyembuhan luka.
Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan yang mati serta
membantu mempercepat penyembuhan luka. Debridement dapat dilakukan secara
surgical, kimia/ enzimatik, mekanik, atau autolitik. Metode debridement yang dipilih
tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi
luka dan penyakit sistemik.
9. Tujuan Debridement
Debridement memiliki tujuan antara lain (Brunner and Suddart, 2001):
a. Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing,
sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri.
b. Menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft
dan penyembuhan luka.
10. Jenis Debridement
a. Debridement Autolitik
Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement Autolitik
bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak
nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat dilakukan dengan menggunakan
balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak
dengan jaringan nekrotik. Debridement Autolitik dapat dilakukan dengan
hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.
1) Indikasi
Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
2) Keuntungan
a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri
untuk membersihkan luka debris nekrotik .
c) Efektif dan mudah
d) Sedikit atau tanpa nyeri.
3) Kerugian
a) Tidak secepat debridement surgikal.
b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.
b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang
debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik
dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan mekanikal.
Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.
1) Indikasi
a) Untuk luka kronis
b) Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
c) Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a) Kerjanya cepat
b) Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang
tepat
3) Kerugian
a) Mahal
b) Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
c) Memerlukan balutan sekunder
d) Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.
c. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada
luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman.
Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan
diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang
lain viable.
Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat
dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan
untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement
mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.
1) Indikasi
Luka dengan debris nekrotik moderat.
2) Keuntungan
Materialnya murah (misalnya tule)
3) Kerugian
a) Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan
penyembuhan
b) Proses penyembuhan lambat
c) Nyeri
d) Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.

d. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal
merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat
mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien
atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal),
bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi
tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi
habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan
lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
1) Indikasi
a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b) Jaringan terinfeksi.
2) Keuntungan
a) Cepat dan selektif
b) Efektif
3) Kerugian
a) Nyeri
b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya
ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji
meliputi :
a Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh danberbau, adanya nyeri pada luka.
c Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakitlain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satuanggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

2. Pola Kebiasaan
a Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
b Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
e Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan
h Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
i Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan pre operasi:
1) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2) Nyeri akut berhubugan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
daerah luka
b. Diagnosa keperawatan post operasi :
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
4. Intervensi Keperawatan
DiagnosaKeperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil RencanaTindakan Rasional
Pre Operasi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital dapat
Ansietas berhubungan keperawatan selama…x 24 jam menggambarkan kondisi
dengan kurang diharapkan masalah ansietas kecemasan yang dialami pasien
pengetahuan dengan pasien berkurang dengan 2. Bantu pasien untuk 2. Ekspresi yang dikeluarkan oleh
prosedur pembedahan Kriteria Hasil: mengekspresikan rasa pasien merupakam suatu
1) Pasien mengatakan kecemasan kecemasan pasien
kecemasannya berkurang 3. Jelaskan tentang prosedur 3. Penjelaskan yang diberikan
2) Pasien mampu mengenali pembedahan sesuai jenis operasi sebelum tindakan dilakukan
perasaan ansietasnya yang akan dilakukan sangat penting, sehingga
3) Pasien mampu mengurangi kecemasa pasien
mengidentifikasi penyebab 4. Beri lingkungan yang tenang 4. Kondisi lingkungan dapat
atau faktor yang dan suasana yang aman mengurangi kecemasan yang
mempengaruhi ansietas dialami pasien
4) Pasien koopertif terhadap
tindakan yang akan
dilakukan
5) Wajah pasien tampak rileks

Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital dapat
dengan terputusnya keperawatan selama…x 24 jam membantu menggambarkan
kontinuitas jaringan diharapkan masalah nyeri akut konsdisi umum pasien
pasien berkurang dengan 2. Kaji nyeri menggunakan 2. Pengkajian dari frekuensi,skala,
Kriteria Hasil: PQRST meliputi skala, waktu, dapat dipertimbangkan
1) Skala nyeri berkurang (0-10) frekuensi nyeri untuk tindakan selanjutnya
menjadi 4 3. Pertahankan tirah baring dan 3. Tirah baring dan memberi posisi
2) Pasien terlihat rileks atau posisi yang nyaman yang nyaman akan membantu
nyaman mengurangi nyeri yang dirasakan
3) Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi dan 4. Teknik distraksi dan relaksasi
nyeri relaksasi memberikan ketenangan sehingga
dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Golongan obat pengurang rasa
obat analgetik nyeri

Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan 1. Observasi luka : perkembangan, 1. proses penyembuhan luka dapat
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam tanda – tanda infeksi, terkontrol
faktor mekanik, luka diharapkan masalah kerusakan kemerahan,perdarahan, jaringan
diabetic integritas kulit teratasi dengan nekrotik, jaringan granulasi
Kriteria Hasil: 2. Monitor perkembangan kulit 2. Perkembangan pada kulit / luka
1) Integritas kulit yang baik pada luka post debridement lebih baik
dapat dipertahankan. setiap hari
2) Luka sembuh sesuai kriteria. 3. Lakukan teknik perawatan luka 3. Luka terkontrol dari infeksi
3) Tidak ada luka atau lesi dengan prinsip steril
4) Perfusi jaringan baik 4. Kolaborasi pemberian diit 4. Glukosa darah pasien terkontrol
5) Menunjukkan proses kepada penderita ulkus dm. 1.
penyembuhan luka

Post Operasi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Kemampuan mobilisasi pasien
Hambatan mobilitas fisik keperawatan selama …x 24 jam mobilisasi yang baik menunjukkan bahwa
berhubungan dengan efek diharapkan masalah hambatan efek anastesi mulai berkurang
pemberian anastesi mobilitas fisik teratasi dengan 2. Ajarkan pasien menggerakkan 2. Gerakkan jari kaki merupakan
Kriteria Hasil: jari-jari dan kakinya gerakan sederhana yang dapat
1) Pergerakan / aktivitas pasien dilakukan pada pasien dengan
bertambah dan tidak post anastesi
terbatasi. 3. Ajarkan pasien miring kanan 3. Gerakkan mobilitas miring kanan
2) Pasien mampu dan miring kiri dan miring kiring biasa dilakukan
menggerakkan jari-jari dan oleh pasien dengan post anastesi
kakinya
3) Pasien mampu mengangkat
kedua kakinya
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital dapat
dengan diskontinuitas keperawatn selama …x 24 jam membantu menggambarkan
jaringan diharapkan masalah nyeri akut konsdisi umum pasien
berkurang dengan 2. Kaji nyeri menggunakan 2. Pengkajian dari frekuensi,skala,
Kriteria Hasil: PQRST meliputi skala, waktu, dapat dipertimbangkan
1) Skala nyeri berkurang (0- frekuensi nyeri untuk tindakan selanjutnya
10) menjadi 4 3. Pertahankan tirah baring dan 3. Tirah baring dan memberi posisi
2) Pasien terlihat rileks atau posisi yang nyaman yang nyaman akan membantu
nyaman mengurangi nyeri yang dirasakan
3) Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi dan 4. Teknik distraksi dan relaksasi
nyeri relaksasi memberikan ketenangan sehingga
dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Golongan obat pengurang rasa
obat analgetik nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Lebrun E, Tomic-Canic M, Kirsner RS. (2010). The Role of Surgical Debridement in Healing
of Diabetic Foot Ulcers. Wound Repai and Regeneration.
Alexiadou K, Doupis J. (2012). Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther.
Brunner and Sudarth.(2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Riyadi, Sujono. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.
NANDA.(2018). Diagnosis Keperawatan (Edisi 11). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai