Anda di halaman 1dari 2

Kevin Sihar Maranatha Hutajulu / 072011233108 / Jurnal Individu / Week 7

Nasionalitas sebagai Identitas Hubungan Internasional

Dalam mempelajari hubungan internasional pastinya tidak lepas dari mempelajari tentang negara-bangsa.
Negara-bangsa juga sangat erat kaitannya dengan konsep nasionalisme. Nasionalisme turut berperan dalam
pembentukan identitas suatu negara-bangsa. Konsep bangsa (nation) baru muncul di Eropa pada awal abad ke-
18. William Graham Sumner mengartikan bangsa sendiri sebagai suatu kelompok individu yang memiliki
kepentingan nasional yang sama (Knutsen, 1997: 183). Namun, konsep nasionalisme sendiri baru muncul pada
akhir abad ke-18. Nasionalisme memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendukung pemikiran persatuan
bangsa, ras, bahasa, dan budaya. Hal tersebut didukung oleh Jean-Jacques Rousseau dan Johann Gottfried
Herder yang beropini bahwa budaya budaya asli suatu negara-bangsa harus didukung oleh rasa nasionalisme
yang berasal dari rakyat, bukan kalangan penguasa saja (Knutsen, 1997).

Dalam pemahamannya, konsep nasionalisme dibagi menjadi dua macam, yaitu ethnic nationalism dan civic
nationalism. Nasionalisme etnis (ethinic nationalism) ialah suatu klasifikasi kelompok yang didasarkan pada
kesamaan budaya, ras, dan keyakinan. Berbeda dengan ethnic nastionalism, nasionalisme kewarganegaraan
(civic nationalism) tidak memandang hal-hal tersebut. Dalam konsep civic nationalism, suatu bangsa harus
terdiri dari semua individu tanpa memperhatikan ras, warna kulit, kepercayaan, jenis kelamin, bahasa, maupun
etnis tertentu (Breuilly, 2014: 389).

Secara lebih rinci, peran nasionalisme dapat dirumuskan ke dalam tiga hal, yaitu identitas, ideology, pergerakan
(Halliday, 1997). Identitas nasional pada dasarnya bersifat multi-dimensional dan tidak bisa direduksi menjadi
satu hal yang lebih sederhana. Ciri-ciri dasar identitas nasional, antara lain memuat wilayah bersejarah atau
tanah air suatu negara, mitos umum dan ingatan sejarah, hak dan kewajiban umum anggota negara, dan juga
budaya negara yang bersangkutan (Smith, 1991). Kedua, nasionalisme sebagai ideologi, dapat diartikan sebagai
suatu pandangan hidup atau suatu pemahaman masyarakat negara tentang bagaimana dunia itu seharusnya.
Terakhir, nasionalisme sebagai sebuah pergerakan nasional sering mengarah pada penentuan nasib sendiri atau
self- determination. Dalam penentuan nasib sendiri, nasionalisme akan menumbuhkan keinginan dalam diri
masyarakat dunia untuk menentukan nasib atas bangsanya sendiri, baik untuk merdeka, atau untuk bergabung
dengan negara lain.

Seiring berkembangnya zaman, hingga sampai pada periode globalisasi sekarang ini, mulai terjadi banyak
fenomena krisis nasionalisme sebagai identitas (Kennedy, 2001). Globalisasi dapat menghilangkan dan juga
memunculkan beberapa aliran baru dalam nasionalisme, seperti patriotisme, fundamentalisme,
cosmopolitanisme, dan vandalisme. Banyak dampak terhadapnasionalisme yang disebabkan oleh globalisasi
dalam integrasi budaya luar dengan budayalokal. Penguatan identitas lokal berarti penguatan nasionalisme.
Kevin Sihar Maranatha Hutajulu / 072011233108 / Jurnal Individu / Week 7

Banyak yang berubah dan beberapa perbedaan yang nampak dari nasionalisme jaman dahulu dengan jaman
sekarang, sehingga ssering disebut ebagai nasionalisme modern atau nasionalisme kontemporer.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme memiliki peran yang penting dalam Hubungan
Internasional. Tanpa adanya nasionalisme, suatu negara tidak akan dapat berinteraksi dengan negara lain.
Nasionalisme bisa menciptakan persatuan, yang bisa menjadi kekuatan negara. Oleh sebab itu konsep yang
benar dari nasionalisme harus ditanamkan kepada seluruh warga negara, sehingga konflik maupun pertikaian
yang diakibatkan oleh rasa nasionalisme yang berlebihan dapat diminimalisasi.

Referensi:

Breuilly, John. 2014. "Nationalism", in, J. Baylis, S. Smith, & P. Owens (eds.), Globalization of World Politics:
An Introduction to International Relations, (eds.), 6th edition, Oxford University Press, Chapter 25.

Halliday, Fred 1997. “Nationalism” in Baylis, John & Smith, Steve (eds.), The Globalization of World Politics,
2nd edition, Oxford University Press, pp. 440-455.

Kennedy, Paul. 2001. "Introduction: Globalization and the Crisis of National Identities", in, Paul Kennedy &
Catherine J. Danks (eds.), Globalization and National Identities, Palgrave [Chapter 1].

Knutsen, Torbjorn L. 1997. “A History of International Relations Theory”. Manchester: Manchester University
Press, pp. 179-201.

Smith, Anthony D. 1991. “National Identity”, Penguin Books.

Anda mungkin juga menyukai