Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan program malaria


1. Penemuan kasus malaria adalah kegiatan rutin maupun khusus dalam
penemuankasus malaria dengan gejala klinis antara lain demam, menggigil,
berkeringat, sakitkepala, mual atau muntah dan gejala khas daerah setempat, melalui
pengambilansediaan darah (SD) dan pemeriksaan lainnya

BENTUK KEGIATAN
a. Active case detection (ACD) Penemuan kasus secara aktif (ACD) adalah petugas/
kader menemukan kasusdengan mencari kasus secara aktif dengan mendatangi
rumah penduduk secara rutin dalam siklus waktu tertentu berdasarkan tingkat
insiden kasusmalaria di daerah tersebut
Metode dan sasaran : pengambilan sediaan darah (SD) pada semua kasus suspek
malaria yang ditemukan.
b. Passive case detection (PCD)Penemuan kasus secara pasif (PCD) adalah upaya
menemukan kasus yang dating berobat di unit pelayanan kesehatan (UPK) dnegan
pengambilan SD tebal terhadap semua kasus malaria suspek dan kasus gagal
pengobatan.
Rincian Kegiatan :
1. Semua kasus suspek malaria dan gagal pengobatan yang dating ke
puskesmas diambil sediaan darahnya. Bila hasilnya positif diberikan
pengobatan sesuai jenis plasmodiumnya. Kasus gagal pengobatan apabila
SDnya masih positif diberi pengobatan lini berikutnya.
2. Di daerah endemis malaria, dilakukan pemeriksaan limpa untuk semua kasus
umur 2-9 tahun yang dating ke puskesmas untuk mengumpulkan data
jumlahkasus dengan pembesaran limpa per desa dalam rangka skrining
lokasi desa indeks malariometric survey (MS) dasar.
3. Setiap puskesmas di daerah endemis malaria harus mempunyai
fasilitaslaboratorium mikroskopdan petugas mikroskop malaria.
4. Apabila di wilayah tersebut tidak ada JMD maka jumlah SD
yangdikumpulkan melalui kagiatan PCD tidak boleh < 5% dari penduduk
cakupanpukesmas per tahun
c. Mass fever survey (MFS)Merupakan kegiatan pengambilan sediaan darah
(mikroskopis atau RDT) pada semua orang yang menunjukkan gejala demam
disuatu wilayah yang diikuti dengan pemberian obat malaria terhadap kasus
yang positif (Mass Fever Treatment/MFT), sesuai dengan jenis plasmodium yang
ditemukan.

14
15

Tujuan :

1. Memastikan bahwa desa yang kasusnya nol atau rendah, memang benar-
benar telah mempunyai tingkat transmisi yang rendah

2. Mengintensifkan pencarian dan pengobatan kasus agar reservoir parasit


dilapangan dapat dikurangi. Hal ini dilakukan bila ACD, PCD
danpenyelidikan epidemiologi tidak berhasil menurnkan kasus.

Criteria pelaksanaan :

 MFS konfirmasiDilakukan pada saat puncak fluktuasi kasus malaria


dan bila hasilpemantauan SKD menunjukkan tidak ada kecenderungan
kenaikan kasusdi daerah.

 MFS khususDilakukan sebelum puncak fluktuasi untuk mencegah KLB


(SKD KLB)dan bila pemantauan SKD bulanan ada kecenderungan
kenaikan kasus didesa focus.

d. Malariometric Survey (MS)Adalah kegiatan untuk mengukur endemisitas dan


prevalensi malaria di suatuwilayah.

Tujuan :

1. Menentukan prevalensi malaria di suatu daerah.

2. Mendapatkan data dasar dan stratifikasi masalah malaria di suatu


wilayah,yaitu dengan membandingkan endemisitas dan prevalensi
malaria dibeberapa daerah yang masing-masing mewakili suatu
daerah kesatuan epidemiologi yang berbeda sehingga dapat dibuat peta
endemisitas bagi wilayah tersebut.

3. Menilai hasil kegiatan dari program pemberantasan malaria di suatu


wilayah.

Cara pemeriksaan malariometric survey :

1. Survey limpa

2. Survey darahe
16

e. Mass Blood Survey (MBS) atau survey darah missal (SDM)Adalah upaya
pencarian dan penemuan kasus malaria secara missal melalui survey di
daerah :

1. Endemis dan daerah yang diduga endemis malaria.

2. Endemis tinggi dimana kasus tidak lagi menunjukkan gejala klinis yangspesifik.

3. Yang belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.

4. Yang sedang terjadi peningkatan kasus.

Tujuan :

 Menemukan dan mengobati semua kasus positif malaria pada waktu


dantempat tertentu.

 Meningkatkan cakupan pengobatan kasus malaria dengan


konfirmasilaboratorium secara rapid diagnostic (RDT) dan mikroskopik

 Membantu memutuskan rantai penularan malaria.

Metode penentuan lokasi :

1. Dipilih desa dengan kasus malaria tertinggi berdasarkan hasil


analisisdata kasus puskesmas per-desa 3-5 tahun terakhir.

2. Banyak ditemukan kasus demam yang dicurigai malaria


berdasarkanlaporan masyarakat.

3. Di daerah yang sedang terjadi KLB.

Waktu :

Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan pada beberapa kondisi :

 dealnya dilaksanakan pada saat puncak kasus.

 Pada keadaan tertentu (survey khusus)

f. Surveilans migrasi Adalah kegiatan pengambilan SD pada orang-orang yang


menunjukkan suspekmalaria yang dating dari daerah endemis malaria.
Merupakan bagian dariprogram surveilans malaria, yaitu suatu strategi
program peningkatankewaspadaan terhadap timbulnya malaria.

g. Survey kontak (kontak survey)Adalah kegiatan pengambilan SD pada orang-


orang yang tinggal serummahdengan kasus positif malaria dan atau orang-
17

orang yang berdiam di dekat tempattinggal kasus malaria (berjarak kurang


lebih 5 rumah disekitar rumah kasusmalaria).

2.Diagnosis Malaria

Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan malaria berat.Diagnosis
malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan
penunjang laboratoriuma.

a. Anamnesis

Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,mual, muntah,
diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria

Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria

Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.

Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakanriwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.

b. Pemeriksaan fisik

1. Suhu tubuh aksiler > 37,50 C9

2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

3. Sclera mata ikterik

4. Pembesaran limpa (splenomegali)

5. Pembesaran hati (hepatomegali)

c. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan mikroskopisPemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk


menentukan :

Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negative)

 Spesies dan stadium plasmodium

 Kepadatan parasit.

2. Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)Pemeriksan


dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.

3. Pengobatan malaria Pengobatan


18

malaria yang dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan ACT(Artemisinin Based
Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untukmeningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobatidengan ACT oral. Malaria berat
diobati dengan injeksi Artesunat atau Artemeterkemudian dilanjutkan dengan ACT oral.
Disamping itu diberikan primakuin sebagaigametosidal dan hipnozoidal.

a. Malaria falciparum dan malaria vivaxPengobatan malaria falciparum dan malaria


vivax saat ini menggunakan ACTditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria
falciparum sama dengan malariavivax, untuk malaria falciparum primakuin hanya
diberikan pada hari pertamasaja dengan dosis 0,75 mg/kg BB, dan untuk malaria
vivax selama 14 hari dengandosis 0,25 mg/kg BB.

 Pengobatan malaria vivaks yang relapsPengobatan kasus malaria vivaks


yang relaps (kambuh) di berikan denganregimen ACT yang sama tapi
dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,,5mg/kgbb/hari.

b. Pengobatan malaria ovalePengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT


yaitu DHP atau kombinasiartesunat + amodiakun.dosis pemberian obatnya
sama dengan untuk malariavivaks.

c. Pengobatan malaria malariaePengobatan P.malariae cukup di berikan ACT 1 kali


perhari selama 3 hari,dengandosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak di berikan primakuin.

d. Pengobatan infeksi campur P.FALCIPARUM + P.VIVAKS/P.OVALE Pada kasus


dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari sertaprimakindengan
dosis 0,25 mg/kg/BB/hari selama 14 hari.

e. Pengobatan malaria pada ibu hamilPada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu
hamil sama dengan pengobatanpada orangdewasa umumnya, perbedaannya adalah
pada pemberian obat malariaberdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak
diberikan primakuin. Semuaobat anti malaria tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong karenabersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu kasus harus
makan dahulu setiap akanminum obat anti malaria.

Pengobatan Malaria Berat

Semua kasus malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit atau di


Puskesmasperawatan. Bila fasilitas atau tenaga kurang memadai, maka kasus harus
dirujuk keRumah Sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat
tergantung kecepatan atau ketepatan diagnosis serta pengobatan.
19

1. Pengobatan malaria di puskesmas/klinik non perawatan.Jika


puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria beratharus
langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
berikanartemeter intramuscular dosis awal (3,2 mg/kg BB)

2. Pengobatan malaria di puskesmas/klinik perawatan atau RS.

Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia


dapatdiberikan artemeter intramuskuler atau kina drip. Bila kasus sudah bisa
minumobat (per oral), setelah pemberian Artesunat intravena atau
artemeterintramuskuler atau kina drip maka pengobatan dilakukan dengan
regimen DHP +primakuin selama 3 hari atau artesunat + Amodiakuin + primakuin
selama 3 hari.

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obatini
diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intravena/artemeterintramuskuler dan pada ibu hamil trimester pertama.Dikemas
dalam bentuk ampul kina dihiroklorida 25 %. Satu ampul berisi 500mg/2 ml.
setelah pemberian kina drip maka pengobatan dilanjutkan dengan kinatablet per
oral dengan dosis 10 mg/kg BB/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oraldiebrikan
bersama doksisiklin, atau tertasiklin pada orang dewasa atauklindamisin
pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung
sejakpemberian kina perinfus yang pertama.

Catatan :

 Kina tidak boleh diberikan secara bolus intravena , karena toksik


bagijantung dan dapat menimbulkan kematian.

 Dosis kina maksimun untuk dewasa : 2.000 mg/hari.

d. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil.

Pengobatan malaria berat pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan kinaHCL drip
intravena pada trimester pertama dan artesunat/artemeter injeksi untuktrimester 2 dan 3.

4. Pemantauan pengobatan.

a. Rawat jalan

Pada kasus rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari 4, 7, 14, 21 dan28
dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabilaterdapat
perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, kasussegera dianjurkan
dating kembali tanpa menunggu jadwal tersebut diatas.
20

b. Rawat inapPada kasus rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari hingga
tidakditemukan parasit dalam sediaan darah selama 3 hari berturut-turut,
dansetelahnya dievaluasi seperti pada kasus rawat jalan.

5. Pengendalian vector

Malaria merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang dipengaruhioleh lingkungan
fisik, biologi dan social budaya. Jenis intervensi pengendalian vectormalaria yang dapat
dilakukan berdasarkan hasil analisis situasi :

a. Melakukan penyemprotan rumah dengan insektisida.Penyemprotan rumah dengan


insektisida adalah suatu cara pengendalian vectordengan menempelkan racun serangga
dengan dosis tertentu secar merata padapermukaan dinding yang disemprot.

Tujuan : memutuskan rantai penularan dengan memperpendek umur populasi,sehingga


nyamuk yang muncul adalah populasi nyamuk muda atau belum infektif(belum
menghasilkan sporozoid di dalam kelenjar ludahnya).

b. Memakai kelambu.Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya


penularan (kontaklangsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang
hinggap padakelambu. Saat ini upaya pengendalian malaria menggunakan
kelambu berinsektisida (long lasting insectisidal nets/LLINs) yang umur residu
infektifnyarelative lama yaitu lebih dari 3 tahun.

c. Malakukan larvicidingKegiatan ini dilakukan antara lain dengan menggunakan jasad renik
yang bersifatpathogen terhadap larva nyamuk sebagai biosida seperti : Bacillus
thuringiensissubsp. Israelensis (Bti) dan larvisida Insect growth regulator (IGR)

d. Melakukan penebaran ikan pemakan larvaPenebaran ikan merupakan upaya


pengendalian larva secara biologi yangmenggunakan predator/pemangsa larva
nyamuk. Pengendalian vector jenis inimerupakan kegiatan yang ramah lingkungan.

e. Mengelola lingkungan (pengendalian secara fisik)Mengelola lingkungan dapat dilakukan


dengan cara modifikasi dan manipulasilingkungan untuk pengendalian larva nyamuk :

 Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara permanenbertujuan


mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukannyamuk dengan
cara penimbunan, pengeringan, pembuatan tanggul, dll

 Manipulasi lingkungan yaitu mengubah lingkungan bersifat


sementarasehingga tidak menguntungkan bagi vector untuk berkembang biak
sepertipembersihan tanaman air yang mengapung (ganggang atau lumut)
dilagun, pengubahan kadar garam, pengaturan pengairan sawah
secarberkala, dll
21

6. Pencegahan penularan malaria

Upaya pencegahan agar terhindar dari penularan malaria, antara lain :

a. Penggunaan kelambu biasa.

b. Penggunaan insektisida rumah tangga

c. Pemasangan kawat kasad

d. Penggunaan repelane

e. Penutup badan

7. Perencanaan dan pembiayaan

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas


prosespenyusunan perencanaan dan penganggaran, namun hingga saat ini
belumsepenuhnya dapat terlaksana sesuai harapan. Oleh sebab itu perlu
dilakukanperencanaan secara optimal dengan pendekatan pemecahan masalah
melaluipembahasan secara lintas program dan lintas sector pada lokakarya mini
puskesmas.

8. Pelaporan dan evaluasi

Secara berkala dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan


yangberhubungan dengan upaya percepatan eliminasi malaria. Beberapa hal yang
dapatdigunakan sebgai panduan dalam melakukan monitoring dan evaluasi adalah :

 Rumusan masalah pengendalian malaria

 Pemecahan masalah yang dihadapi

 Keterlibatan dan kontribusi aktif lintas program, lintas sector, swasta


danmasyarakat terkait dalam pemecahan masalah.

 Hasil yang sudah dicapai.

B. Metode Program malaria


Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggung jawab dalam
mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerima manfaat.
Metode yang dimaksud disini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik
pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh sebab
22

itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus
dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi
(termasuk sosal budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah
ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi
tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh
tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu sangat singkat, tidak akan
efektif jika dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang.

C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan
a. Mengevaluasi kesenjangan dari pencapaian target tahun kemarin
b. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor
terkait
c. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-
masing sektor untuk kegiatan terintegrasi

2. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat
kecamatan dan pihak lain yang terkait
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan tingkat kecamatan dan desa.
3. Pelaksanaan
a. Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait
b. Melakukan kegiatan promosi kesehatan dalam dan ruang gedung
c. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai
dengan jadwal yang telah disusun
4. Monitoring evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan upaya promosi kesehatan didalam maupun diluar
gedung
b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan upaya promosi kesehatan didalam maupun
diluar gedung

Anda mungkin juga menyukai