04
Ekonomi dan Bisnis Manajemen– S1 F041700013 Yusman,SE., MM.
Abstract Kompetensi
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1996 Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifi-kasi
diawali dengan penutupan 16 bank swasta oleh Mentri dan menjelaskan pengertian Krisis moneter yang
Keuangan, karena berbagai masalah yang dihadapi oleh terjadi di Indonesia sejak tahun 1996 diawali dengan
beberapa bank swasta pada saat itu. Misalnya, penutupan 16 bank swasta oleh Mentri Keuangan,
pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (BMPK), karena berbagai masalah yang dihadapi oleh beberapa
rendahnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio bank swasta pada saat itu. Misalnya, pelanggaran batas
= CAR), besarnya kredit macet (non performing loan = maksimum pemberian kredit (BMPK), rendahnya rasio
NPL) dan lain sebagainya. Penutupan 16 bank swasta di kecukupan modal (capital adequacy ratio = CAR),
atas menimbulkan dampak psikologis bagi deposan besarnya kredit macet (non performing loan = NPL) dan
lainnya, sehingga mereka beramai-ramai melakukan lain sebagainya. Penutupan 16 bank swasta di atas
penaikan tabungan atau deposito mereka dalam jumlah menimbulkan dampak psikologis bagi deposan lainnya,
besar, karena mereka takut kalau bank tempat mereka sehingga mereka beramai-ramai melakukan penaikan
menabung atau deposito juga akan ditutup. Tindakan tabungan atau deposito mereka dalam jumlah
para deposan ini mengakibatkan bank-bank mengalami besar.karena mereka takut kalau bank tempat mereka
rush. menabung atau deposito juga akan ditutup.
A. Krisis Moneter
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1996 diawali dengan
penutupan 16 bank swasta oleh Mentri Keuangan, karena berbagai masalah yang
dihadapi oleh beberapa bank swasta pada saat itu. Misalnya, pelanggaran batas
maksimum pemberian kredit (BMPK), rendahnya rasio kecukupan modal (capital
adequacy ratio = CAR), besarnya kredit macet (non performing loan = NPL) dan lain
sebagainya. Penutupan 16 bank swasta di atas menimbulkan dampak psikologis bagi
deposan lainnya, sehingga mereka beramai-ramai melakukan penaikan tabungan atau
deposito mereka dalam jumlah besar, karena mereka takut kalau bank tempat mereka
menabung atau deposito juga akan ditutup. Tindakan para deposan ini mengakibatkan
bank-bank mengalami rush (penarikan uang oleh nasabah secara besar-besaran) yang
pada gilirannya menyebabkan bank mengalami kesulitan likuiditas.
Upaya pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) untuk mengatasi kesulitan
likuiditas perbankan dilakukan dengan mengucurkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) satu dan dua. KLBI1 dengan tempo pengembalian oleh bank tiga sampai tujuh
hari, sedangkan KLBI2 dengan jangka waktu pengembalian dua sampai tiga minggu.
Namun karena rush yang terjadi sudah sedemikian tak terkendali, maka pemerintah
mengeluarkan Keppres yang tujuannya adalah untuk mengatasi krisis likuiditas yang
dialami perbankan dengan memberikan Bantuan Liuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang
totalnya berjumlah 650 triliun. Rush yang dihadapi perbankan sedemikian besar itu
ternyata diperparah oleh tindakan para pemilik bank yang ikut-ikutan melakukan
penarikan uang dalam jumlah besar, sehingga member kesan bahwa banknya sedang di
rush oleh para nasabahnya.
Kekisruhan sektor keuangan ini sebenarnya juga disebabkan oleh lemahnya
paran pengawasan dari BI terhadap sektor perbankan, di samping adanya sinyalemen
terdapatnya permainan antara oknum aparatur BI dengan para pengelola bank yang
berujung pada tidak optimalnya fungsi pengawasan dari BI terhadap operasional
perbankan.
Krisis moneter yang terjadi pada masa itu juga diperparah dengan deficit neraca
pembayaran yang dialami Indonesia, sehingga mengakibatkan kurs rupiah melemah
terhadap USD. Jika padaawal 1996 kurs rupiah terhadap USD masih pada kisaran Rp.
2.500 sampai Rp. 2.750 per USD, tetapi setelah krisis perbankan yang terjadi kurs
rupiah terhadap USD menembus angka Rp. 16.500,- per USD.
Kondisi seperti ini menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergantung kepada
bahan baku impor tidak dapat lagi melakukan produksi, dikarenakan harga bahan baku
SBY memerintah selama dua periode (2004 -2009 dan 2009 – 2014). Selama
pemerintahan SBY, Indonesia dilanda berbagai bencana, mulai dari Tsunami di Aceh,
gempa di Yogyakarta dan sekitarnya dan masih banyak lagi bencana yang melanda
Indonesia.
3. Bagaimana titik berat pembangunan yang dijalan pemerintahan pada setiap Pelita?
4. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan khususnya beras,
sehingga Presiden Soeharto mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilan ini.
Namun sayang pada tahun 1990-an Indonesia berbalik menjadi Negara importer beras
terbesar di ASEAN. Coba saudara jelaskan kenapa bisa terjadi demikian?
5. Di akhir pemerintahan Soeharto ditandai dengan terjadinya krisis moneter dan krisis
ekonomi. Bagaimana analisis saudara berkenaan hal itu?
6. Gus Dur dimakzulkan karena patut diduga terkait dengan kasus Brunai Gate.
Bagaimana analisis saudara sehubungan dengan peristiwa tersebut?
7. Di era presiden Megawati, “atas desakan IMF” pemerintah banyak melakukan kebijakan
privatisasi dan memeberikan pengampunan terhadap para obligor BLBI. Jelaskan
dampak privatisasi dan pengampunan tersebut terhadap perekonomian Indonesia.
8. Dimasa pemerintahan SBY relatif tidak banyak kebijaksanaan pemerintah yang mampu
memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia, kecuali pelunasan hutang terhadap IMF
namun meningkatkan hutang domestic dengan cara penjualan obligasi pemerintah (ORI
dan SUN). Bagaimana penilaian saudara terhadap kebijakan pemerintahan SBY ini?