Pengujian adalah untuk menentukan Pemeriksaan hasil las adalah untuk menentukan
kualitas produk-produk atau spesimen apakah hasil pengujian itu relatif dapat diterima
tertentu. menurut standar-standar kualitas tertentu atau tidak
Peralatan Visual Test
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Cacat Las
o Cuaca lingkungan pengelasan
o Kesalahan teknik pengelasan (tukang las)
o Kondisi pengelasan (posisi pengelasan yang sulit)
o Serangan karat (korosi)
o Stress atau regangan (thermal, displacement, residual)
o Kesalahan hal-hal lain
A. Toe crack
B. Root crack
C. Hell crack
D. Lameliar tear
E. Underbead crack
F. Deformation crack
G. HAZ microcrack
H. Weld metal microcrack
Kegiatan 2.
Melakukan inspeksi visual hasil dan laporan hasil pengelasan
Pada pengujian dan pemeriksaan hasil las secara visual test terdapat beberapa hal penting di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Tampak las biasanya ditunjukkan pada manik las (kampuh las). Penampakan yang tidak
menarik juga memberikan keraguan terhadap mutu lasan.
2. Dalam hal las tembus satu sisi, kepastian tampak las sangat penting.
3. Cacat permukaan disamping diperiksa dengan serbuk magnet dan zat penembus
(penetran) berwarna diperiksa juga dengan amatan.
4. Perlakuan las seperti pembersihan terak, pembersihan percikan dan perlakuan lainnya
harus dapat dipastikan dengan pengujian amatan.
Inspeksi Visual Setelah pengelasan
Setelah pengelasan selesai di kerjakan oleh tukang las, maka selanjutnya hasil lasan tersebut
dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk mengetahui kualitas mutunya
Adapun pengujian dan pemeriksaan secara visual atau amatan dapat dilihat seperti tabel di
samping ini.
Tabel ini dapat dikonfirmasikan dengan tabel standar ukuran kampuh dan kondisi cacat las yang
ditolak oleh inspektur las dan tabel ukuran batas penyimpangan ukuran kampuh yang sudah di
standarkan
Tindakan Inspektor Pengelasan Setelah Selesai Proses Pengelasan
1. Memeriksa kualitas permukaan las / Identifikasi hasil las
2. Cek dimensi menjamin jika ada perubahan
3. Mengecek dimensi hasil las dan membandingkan dengan standar
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melakukan visual test and
dye-penetrant test for Welding.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi ini guna memfasilitasi peserta
sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan dalam melakukan inspeksi visual hasil
lasan dan membuat laporan hasil inspeksi visual pengelasan
Tahapan dalam menggunakan dye penetrant
Portable ada 2
Visible
Fluorescent
4. Aplikasi Developer
• Developer berfungsi menyedot cairan yang terdapat dalam celah sehingga akan timbul
indikasi pada lapisan developer. Indikasi ini akan menunjukkan adanya cacat.
• Tiga macam developer :
1. Developer basah
2. Developer kering
3. Developer Basah non aquaeos
5. Inspeksi Visual
Inspeksi hasil uji penetran flourenscent :
• Panjang indikasi menunjukkan panjang cacat
• Lubang kecil akan menghasilkan indikasi berupa titik
• Retakan akan menghasilkan indikasi garis
Bersihkan daerah yang dicheck, semprotkan cleaner, dan ditunggu sampai kering dengan
sendirinya, pengeringan kurang lebih 5 menit.
Semprotkan penetrant pada bagian yang di check, pada jarak sekitar 20 cm. Bersihkan
penetrant yang meluber diluar daerah pengecekan (+/- 25 mm kiri-kanan).
Biarkan penetrant meresap pada daerah yang diperiksa selama +/- 10 menit atau sesuai
petunjuk pabrik pembuatanya.
Kegiatan 4.1. Melakukan Interpretasi Dan Mencatat Hasil-Hasil Uji Dye Penetrant
Jenis Indikasi
Indikasi Relevan
Merupakan indikasi sebenarnya yang mengarah pada diskontinuitas pada
permukaan benda uji.
Indikasi Palsu
Penyebab indikasi palsu yang paling umum adalah pembersihan yang buruk, kondisi
pemrosesan yang buruk, bilik pemeriksaan yang kurang bersih, atau aspek lain dari
proses penetrant
Indikasi Non Relevan
Penyebabnya adalah ketidak teraturan permukaan atau konfigurasi benda yang
pada kebanyakan kasus akibat disain. Contoh; press fitted, alur, splined, atau
kelingan
Evaluasi Cacat
Suatu Indikasi dengan dimensi lebih dari 1/16 inch (1,6 mm) dikategorikan sebagai indikasi
yang relevant.
Linear Indication, bila P > 3 L; ......... (mis P = 6 mm dan L =2,5 mm)..... maka
Rounded Indication, bila P < 3 L .........(6 < 7,5)
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier dan akan direject apabila pada cacat
tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya dan yang besarnya lebih dari 1/16 inc.
(1,6 mm).
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada cacat tersebut
memiliki panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
Material tersebut akan di reject apabila memiliki panjang atau lebar indikasi lingkaran
lebih dari 3/16 inc (4,8 mm).
Material tersebut akan di reject apabila memiliki 4 atau lebih indikasi lingkaran yang
tersusun dalam satu baris, dengan jarak antara indikasi lingkaran kurang dari 1,6 mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi yang telah
disebutkan di atas, material tersebut dapat diterima.
Penetrant Test
Pendahuluan, dalam dunia pengujian material, kita biasa mengenal ada dua klasifikasi pengujian,
yaitu Destructive Test dan Non Destructive Test. Destructive test merupakan pengujian merusak,
biasa dilakukan menggunakan specimen uji yang kemudian dilakukan pengujian dan dilakukan
analisa hasil. Sedangkan Non Destruvtive Test merupakan pengujian tidak merusak, dapat
dilakukan di specimen uji maupun di produk jadi ketika memasuki tahap Quality Control.
Liquid Penetrant Test merupakan salah satu uji tidak merusak (Non Destructive Test) yang
bertujuan untuk mengetahui cacat yang terjadi pada bagian surface (permukaan) benda uji.
Pengujian ini biasa dilakukan pada material setelah dilakukan pengelasan. Metode pengujian
penetrant ini menggunakan pinsip kapilaritas, dimana kapilaritas ini lah yang nantinya akan
menunjukkan letak-letak discontinuitas yang terjadi.
Penetrant Test
@wikipedia
Sejarah Penetrant Test
Apabila kita melihat ke belakang, sejarah uji penetrant ini bermula ketika awal tahun 1900 an
metode kapilaritas digunakan dalam industri perkeretaapian untuk memeriksa komponen mesin
pada lokomotip, ketika itu uji penetrant masih disebut dengan metoda “minyak dan kapur”, hal ini
dikarenakan untuk pengaplikasiannya menggunakan minyak lumas hitam dan bubuk kapur.
Minyak lumas hitam yang sudah diencerkan menggunakan minyak tanah diaplikasikan sebagai
penetrant, yang kemudian dibersihkan lalu dilanjutkan dengan pengaplikasian bubuk kapur
sebagai developer, selanjutnya oli yang masih tersisa dan masuk di sela-sela cacat material akan
muncul ke permukaan dan menunjukan indikasi cacat. Pada tahun 1940an, penetrant berkembang
kembali dengan adanya zat pewarna merah dan fluorescent yang dicampurkan ke dalam oli
sebagai bahan pengujian.
Klasifikasi Prosedur
Berdasarkan ASME section V artikel 6 yang menjelaskan mengenai Liquid Penetrant Test,
dijelaskan bahwasannya klasifikasi prosedur Liquid Penetrant Test adalah sebagai berikut :
Material Uji
Penetrant
Cleaner/Remover
Developer
Sedangkan peralatan yang kita gunakan dalam melakukan uji penetrant antara lain adalah
sebagai berikut :
Lampu Tambahan (jika diperlukan)
Lap Pembersih/Tisu
Light Meter
Note : Sebuah light meter yang terkalibrasi harus dipakai untuk memeriksa intensitas cahaya pada
permukaan benda uji. Light meter harus dikalibrasi minimum setahun sekali atau apabila light
meter tersebut selesai di perbaiki. Jika light meter tidak dipakai selama setahun atau lebih kalibrasi
harus dilakukan sebelum light meter tersebut digunakan (ASME Sec V article 6 T – 660
Calibration).
Klasifikasi Penetrant Test
Cairan penetrant yang digunnakan dalam pengujian penetrant ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis zat pewarna yang ditambahkan, yaitu :
Water-washable penetrants : dapat dibilas langsung dengan air, karena sudah mengandung zat
pengemulsi.
Post-emulsifiable penetrants : memerlukan pengemulsi terpisah untuk menjadikan penetrant dapat
dibilas dengan air.
Solvent removable penetrants : memerlukan pembersihan dengan solven khusus jika
menggunakan penetrant visible dalam kaleng bertekanan.
Apabila dituliskan dalam tabel, maka klasifikasi keseluruhan pada pengujian penetrant dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Berhati-hatilah ketika melaksanakan langkah ini, jangan sampai terkena material penetrant secara
langsung, karena material penetrant mudah terbakar dan cenderung beracun.
Selalu menggunakan sarung tangan dan masker pernapasan selama pengujian, untuk
menghindari kontak langsung dengan material penetrant dan menghirup debu developer secara
berlebihan.
Pengaplikasian Penetrant:
Berikut merupakan flow chart untuk pengaplikasian uji penetrant sesuain dengan klasifikasi dari
penetrant yang digunakan :
PEMBERSIHAN AWAL
Permukaan yang akan diuji dan daerah sekitarnya (minimum lebar 25 mm) yang sebelumnya
sudah dilakukan pembersihan kotoran menggunakan sikat baja harus dibersihkan memakai
solvent pembersih / cleaner. Pengaplikasian cleaner dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Penyemprotan cleaner untuk pembersihan awal bisa langsung dilakukan pada daerah yang akan
dilakukan pengujian.
Setelah dilakukan pembersihan awal, biarkan permukaan material yang akan diuji selama minimal
1 menit, hal ini dilakukan agar cleaner yang ada di dalam diskontinuitas menguap.
Prosedur Penetrant
@Laporan Uji Bahan PPNS
PENGAPLIKASIAN PENETRANT
Setelah material yang diuji sudah melalui tahap-tahap yang ditentukan tadi, maka tahap
selanjutnya adalah pengaplikasian developer. Sebelum pengaplikasian developer, kaleng
developer harus dikocok terlebih dahulu, hal ini bertujuan supaya terjadi pencampuran yang
sempurna dari developer yang akan dilakukan untuk pengujian tersebut. Kemudian, developer
harus disemprotkan sampai terbentuk lapisan tipis yang rata. Jarak penyemprotan developer ke
benda kerja ini minimal antara 15-20 cm.
Suhu
Suhu permukaan dari material yang akan dilakukan pengujian dan suhu material penetrant harus
diantara 20oC hingga 50oC selama pengujian berlangsung.
Metoda pengaplikasian
Penetrant diaplikasikan dengan cara dioleskan menggunakan kuas, maupun dengan
disemprotkan (menyesuaikan dengan klasifikasi penetrant yang digunakan pada pengujian
tersebut).
Waktu Penetrasi / Waktu Diam
Waktu penetrasi dilakukan selama minimal 5 (lima) menit dan diiperbolehkan melakukan
penambahan penetrant di daerah yang diperiksa selama pengujian, supaya pada daerah tersebut
tetap basah oleh penetrant sepanjang waktu penetrasi.
PEMBERSIHAN PENETRANT SISA
Setelah waktu penetrasi (waktu diam) yang sudah dtentukan tercapai, sisa-sisa penetrant yang
berada di permukaan benda uji harus dibersihkan dengan cara mengelap permukaan material
dengan majun/lap/tisu yang kering dan bersih sampai semua sisa penetrant hilang. Kemudian
dilakukan pembersihan kembali menggunakan majun/lap/tisu bersih yang sudah dilembabkan
menggunakan cleaner/remover. Pada tahap ini, jangan sampai majun/lap/tisu terlalu basah, untuk
meminimalisir hilangnya penetrant yang ada di dalam diskontinuitas/cacat pada material yang
sedang dilakukan pengujian tersebut.
Setelah pembersihan selesai, maka biarkan material uji selama minimal 1 menit dan maksimal 10
menit, hal ini bertujuan untuk mengeringkan bagian permukaan material yang akan dilakukan
pengaplikasian developer.
PENGAPLIKASIAN DEVELOPER
Setelah material yang diuji sudah melalui tahap-tahap yang ditentukan tadi, maka tahap
selanjutnya adalah pengaplikasian developer. Sebelum pengaplikasian developer, kaleng
developer harus dikocok terlebih dahulu, hal ini bertujuan supaya terjadi pencampuran yang
sempurna dari developer yang akan dilakukan untuk pengujian tersebut. Kemudian, developer
harus disemprotkan sampai terbentuk lapisan tipis yang rata. Jarak penyemprotan developer ke
benda kerja ini minimal antara 15-20 cm.
CATATAN PENGUJIAN
Pencahayaan.
Pecahayaan pada saat pengujian harus dilakukan di bawah cahaya langsung dengan intensitas
minimal sebesar 1000 Lux (100 fc), di ukur pada permukaan yang sedang dilaukan pengujian.
Sumber cahaya dan verifikasi intensitas cahayanya harus didemonstrasikan dan dicatat dalam
laporan.
Pengamatan.
Pengamatan terhadap indikasi yang terbentuk dapat dilakukan selama dan setelah pengaplikasian
developer, waktu untuk interpretasi akhir dilakukan yaitu antara 10 hingga 30 menit, dihitung
setelah developer mongering pada benda kerja yang dilakukan pengujian.
Pembersihan Akhir.
Pembersihan akhir dilakukan setelah pengujian selesai dilakukan, pembersihan akhir harus
dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang tidak merusak material uji.
MACAM-MACAM INDIKASI Uji Penetrant
Setelah dilakukan tahapan pengujian sesuai prosedur, masuklah kita ke tahapan pengamatan
indikasi yang terjadi, indikasi diskontinuitas bisa jadi lebih besar daripada diskontinuitas yang
terjadi, tetapi ukuran indikasi inilah yang dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi
keberterimaan. Adapun indikasi-indikasi yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi :
Indikasi Relevan
Merupakan indikasi yang disebabkan oleh adanya cacat/diskontinuitas yang muncul ke
permukaan dengan ukuran > 1.5 mm.
Indikasi Non-Relevan
Merupakan indikasi yang disebabkan selain karena diskontinuitas, seperti ketidakteraturan
permukaan akibat permesinan, penggerindaan, atau pengelasan.
Indikasi Linier
Merupakan indikasi yang memiliki panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya (L > 3W).
Indikasi Rounded
Merupakan indikasi yang memiliki bentuk bundar atau elips dengan panjang kurang dari atau
sama dengan tiga kali lebarnya (L ≤ 3W).
Catatan : Tidak diijinkan adanya latar belakang atau warna yang timbul sesuai warna penetrant di
daerah yang diperiksa, karena dikhawatirkan dapat menutup indikasi diskontinuitas yang ada,
apabila terjadi hal ini maka harus dilakukan pengujian ulang.