Penetrant
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan dari pengujian dye penetrant adalah untuk mengetahui cacat permukaan dari suatu material.
1.2. Peralatan
Adapun peralatan yang diperlukan untuk pengujian pada praktikum ini yaitu :
a. Spesimen/material yang akan diuji.
b. Kapas
c. Cairan cleaner
d. Cairan developer
e. Cairan penetrant
f. Penggaris
BAB II
TEORI PENUNJANG
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Visible Penetrant
Visible penetrant adalah zat pewarna merah yang tampak jelas di bawah kondisi pencahayaan normal. Pada
umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan pada penampilannya yang contrast terhadap latar belakang
warna developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disinar UV. Fluorescent penetrant bergantung pada
kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan yang gelap.
Dalam salah satu contoh kasus untuk proses pengelasan, indikasi akan dinyatakan oleh retensi penetrant pertikel.
Semua indikasi seperti itu tidak selalu sempurna, tetapi bila permukaan yang kasar sangat banyak, penetran akan merembes
ke HAZ, dll. Hanya indikasi yang memiliki dimensi yang lebih besar dari 1/16 inchi akan dianggap relevan. Indikasi apapun
yang dipertanyakan atau meragukan akan dikaji ulang untuk menentukan apakah relevan atau tidak.
Dalam pengujian penetrant dapat dinyatakan bahwa material tersebut dapat diterima apabila permukaannya bebas
dari :
1. Relevant Linear Indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linear dan akan direject apabila pada cacat tersebut memiliki panjang lebih
dari tiga kali lebarnya dan yang besarnya lebih dari 1/16 in (1,6 mm).
2. Relevant Rounded Indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada cacat tersebut memiliki panjang kurang dari 3 kali
lebarnya.
a. Material tersebut akan direject apabila memiliki panjang atau lebar indikasi lingkaran lebih dari 3/16 in (4,8 mm).
b. Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau lebih indikasi lingkaran yang tersusun dalam satu baris,
dengan jarak antara indikasi lingkaran < 1,6 mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi yang telah disebutkan di atas, material tersebut dapat
diterima.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Daftar referensi :
1. http://wendisukma.blogspot.co.id/2012/06/uji-penetrant-penetran-test.html
II. DASAR TEORI
Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak kental dan
mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup
atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau
pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam.
Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat bekas yang
jelas pada retakan, celah atu pori-pori.
Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukanunuk cacat permukaan ( caca retak) dan dapat digunakan
untuk material metal atau non metal (keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai
kepermukaan cara ini tidak dapat dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam kotoran, minyak, olie,
parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran tersebut akan menutupi cacat yang diperiksa
2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous)
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas gosok.
Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapatdigunakan minyak
bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa denganbahan pebersih diatas. Sedangkan
bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel pada benda yang
diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set dengan penetran dan
developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone atau cairan lain yang murah
harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak beracun.
Diskontinuitas dapat dikelommpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. INHERENT (Bawaan)
o They are usually related to discontinuities found in the molen metal.
ü Biasanya berhubungan dengan diskontinuitas yang ditemukan dalam logam cair. Contoh: porocity
2. INHERENT WROUGHT DISCONTINUITIES
o Relate to the meling and solidification of the original ingot before it is formed into slabs, blooms and
billets.
ü Disconinuitas wrough bawaan, berhubungan dengan peleburan dan pembekuan ingot sebelum dibentuk
menjadi slab, bloom, dan billet.
3. INHERENT CAST DISCONTINUITIES
o Relate to the melting, casting, and solidification of a cast article. Usually caused by inherent variables
such as inadequate feeding, gating, exessive pouring temperature and entrapped gases.
ü Discontinuitas tuangan bawaan, berhubungan dengan peleburan, pengecoran, dan pembekuan benda
cor. Biasanya disebabkan karena variabel bawaan seperti kurang pengisian, gating, suhu tuang berlebihan,
dan gas yang terperangkap.
4. PROCESSING DISCONTINUITIES
o They are usually related to the various manufacturing processes such as machining, forming, exruding,
rolling, welding, heat treating and plaing
ü Biasanya berhubungan dengan aneka proses manufakur seperti permesinan, pembentukan, extruding,
pengerolan, pengelasan , laku panas, dan pelapisan.
5. SERVICE DISCONTINUITIES
o They are related to the various service condiions such as stress corrosion, faigue and erosion.
6. Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi, tegangan, kelelahan dan erosi.
IV. KRITERIA PENERIMAAN
1. Indikasi linear relevant
2. Indikasi rounded relevant yang ukurannya >3/16 Inchi (5mm)
3. 4 atau harus lebih indikasi rounded relevanyang jaraknya kurang dari 1/16 Inchi (1.5mm)
Dimana:
1. Indikasi linear relevan adalah indikasi
VI. ANALISA DATA
Setelah melakukan test uji penetrant, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan test uji
penetrant. Diantaranya adalah prosedur pelaksanaan dan accepted criteria (kriteria penerimaan)
Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji penetrant test, persiapan alat dan bahan
harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan benda kerja juga sangat perlu untuk diperhatikan, karena
jika suatu benda kerja yang hendak dilakukan test uji pentrant pada permukaanya masih terdapat kotoran
seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan mempengaruhi hasil uji penetrant.
Pada saat proses uji penetrant, kita juga perlu memperhatikan teknik penyemprotan cairan penetrant,
karena jika terlalu banyak volume cairan yang disemprokan ke benda uji, maka hal ini akan dapat
memperboros cairan penetrant. Selain itu, teknik pembersihan sisa penetrant menggunakan cairan cleaner
harus benar-benar bersih, karena jika masih terdapat sisa penetrant yang menempel di benda uji, maka
saat disemprotkan developer akan menimbulkan indikasi palsu.
Pengaplikasian developer saat pengujian Penetrant Test juga harus diperhatikan. Karena jika volume
developer yang disemprotkan ke benda uji terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan cairan
penetrant yang seharusnya memunculkan indikasi akan tidak nampak karena sisa penetrant tidak sampai
muncul ke permukaan developer.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil penetran test terhadap material tipe SA -36, Kami tarik kesimpulan bahwa uji penetran test
hanya bisa mendeteksi diskoninuitas dipermukaan saja seperti crack dan porosity.
Uji penetran ini, bisa digunakan untuk menguji material yang permukaannya tidak berpori. Teknik pengujian
menggunakan penetrant test ini meliputi 3 cara, yaitu solvent removable, water-washable dan post
emulsifer yang mana kita bisa memilih metode itu berdasarkan keperluan bagian-bagian mana saja yang
perlu diuji.
IX. DAFTAR PUSTAKA
ASME V / Artikel 6 tentang uji penetrant.
M.Munir, Moh, dan Moh horiq. 2000. Modul Praktek Uji Bahan.
Berikut adalah contoh inspeksi dengan menggunakan metode PT untuk melihat ada tidaknya cacat permukaan pada hasil
pengelasan ¾” tracer condensate injection (TCI) port. ¾” tracer condensate injection (TCI) port ini akan dipasangkan
di well hook-up piping-nya sumur injeksi (well injection) untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik sumur injeksi ini di
bawah permukaan bumi terhadap kandungan uap (steam) di sekitarnya.
1. Hasil pengelasan yang masih panas dimana masih banyak percik lasan (spatter) dan kotoran lainnya disekitar
daerah lasan, tunggu sampai material tersebut dingin karena temperature yang diizinkan untuk melakukan PT
adalah 10-50 derajat Celcius.
2. Setelah material dingin, bersihkan permukaan hasil pengelasan dengan menggunakan sikat kawat (wire brush)
dan majun, kemudian semprotkan cleaner/remover secara merata ke permukaan hasil lasan. Kemudian
pastikan permukaan daerah lasan yang mau diinspeksi benar-benar bersih dari kotoran. Tunggu sampai 5
menit (minimum time), sampai benar-benar permukaan daerah lasan yang mau diispeksi sudah kering.
3. Semprotkan red penetrant secara merata ke permukaan hasil lasan. Kemudian biarkan selama ± 10 menit
(minimum time) agar red penetrant meresap ke permukaan hasil lasan.
4. Setelah red penetrant meresap kemudian bersihkan permukaan hasil lasan dengan menggunakan kembali
cleaner/remover. Kemudian semprotkan developer secara merata ke permukaan hasil lasan.Biarkan selama 7
menit (minimum time) sampai kelihatan developer tersebut benar-benar kering dipermukaan lasan yang
diinspeksi.
Note: Apabila ada cacat, maka si developer akan menarik red penetrant tersebut untuk menunjukkan adanya
indikasi cacat permukaan, sehingga akan terlihat dimana lokasi cacat tersebut dan jenis cacat apa yang terjadi.
5. Setelah 10 menit (developer sudah kering , lakukan inspeksi apakah hasil pengelasan-nya diterima atau tidak..
Diterima (accepted) dalam arti tidak ada cacat permukaan yang terjadi di sepanjang daeran lasan, tidak
diterima (rejected) dalam arti ada cacat permukaan yang terjadi di sepanjang daeran lasan. Note: Jangan lupa
tuliskan tanggal inspeksi tersebut dilakukan.
@indianmart
Pengujian penetrant (PT) merupakan jenis pengujian tidak merusak. Dalam pelaksanaannya pengujian ini
menggunakan sistem kapilaritas yaitu system merambatnya carian ke permukaan melalui celah celah kecil.
Untuk prosedur pelaksanaan pengujian penetran dapat dilihat pada ASME sec VIII. Pada Code tersebut
dijelaskan langkah pengujian dan syarat keberterimaannya.
Uji penetran mampu mendeteksi cacat yang berada di permukaan. Kekurangannya dari penetrant
test adalah tidak cocok untuk material yang berpori seperti kayu, karena akan menimbulkan banyak indikasi
palsu.
Pengujian pengelasan tidak merusak selanjutnya adalah uji serbuk magnet. Jenis uji yang menggunakan
serbuk magnet yang disemprotkan pada benda uji, selanjutnya benda uji yang diberi white contras paint
dialiri medan magnet menggunakan Yoke. Untuk lokasi cacat yang mampu dideteksi adalah bagian surface
dan subsurface serta yang tegak lurus dengan arah Yoke.
Setelah dialiri maka Serbuk magnet akan masuk ke daerah yang terdapat cacat las atau material. Jenis uji
ini cocok untuk mendeteksi material atau hasil lasan yang diindikasikan terdapat retak atau crack. Namun
kelemahan uji ini hanya dapat digunakan untuk jenis material yang mempunyai sifat magnetic.
3. Ultrasonic Test.
Jenis pengujian tidak merusak yang memanfaatkan gelombang ultrasonic. Pada peralatan atau pesawat
UT terdapat probe yang berfungsi untuk memancarkan gelombang, hasil pantulan gelombang akan mampu
mendeteksi adanya ketidaksempurnaan sambungan atau perbedaan dimensi dan densitas material. Untuk
mengetahui dimensi dan lokasi cacat Anda dapat melihatnya pada layar pesawat ultrasonik test. Karena
salah satu keunggulan UT adalah mampu mendeteksi dimensi dan lokasi cacat atau kedalamannya.
4. Radiography Test.
Uji radiografi termasuk dalam Non Destructive Test atau NDT, pengujian ini memanfaatkan radiasi sinar
gamma dan sinar x yang mampu menembus suatu material. Bayangan yang dihasilkan dari ketidak
sempurnaan lasan dan material dapat terekam oleh film radiografi yang diletakkan pada material. Uji ini
mampu mendeteksi cacat yang ada dalam lasan atau material, namun tidak mampu mendeteksi kedalaman
cacat.
Pengujian las destruktif dan tidak di atas mempunyai tujuan, kekurangan dan kelebihan yang berbeda
beda. Saat aplikasi di lapangan disesuaikan dengan standard atau code yang digunakan oleh pelanggan,
untuk UT, RT, PT dan MT mempunyai sertifikat kompetensi bagi operatornya.
Metode Pengujian Hasil Pengelasan
Setiap materi atau komponen yang dilas maka harus diuji kualitas hasil pengelasannya, apakah
sudah sesuai dengan standar yang ditentukan atau belum. Proses penguji dilakukan secara
bertahap yaitu sebelum pengelasan, ketika pengelasan berlangsung dan juga pada saat
pengeleasan selesai dilakukan.
Proses Pengelasan
Pemeriksaan Ketika Pengelasan Berlangsung
Pemeriksaan ini dilakukan agar proses pengelesan dapat berjalan sesuai ketentuan dan arahan
yang sudah dibuat. Melakukan setiap jalur las dan menganalisis apakah ada potensi distorsi pada
hasil lasan.
Pemeriksaan seperti ini dilakukan dengan pengawasan secara langsung, apakah ada bagian yang
berlubang, bentuk manik las, kedalaman peneterasi las, dan juga tingkat kesempurnaan fusi pada
las.
Setelah semuanya diamati dengan baik selanjutnya melakukan pengujian hasil pengelasan yang
sudah dilakukan.
Pengujian Destruktif
Disebut sebagai penguji destruktif atau merusak karena memang proses penguji dapat merusak
hasil pengelesannya. Namun, yang diuji hanya materi yang dilas dalam skala kecil bukan
total. Adapun beberapa jenis penguji destruktif di antaranya:
Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non Destruktif dilakukan tanpa merusak material atau komponen industri sehingga tetap
dapat digunakan. Berikut ini beberapa jenis penguji NDT untuk pengelasan:
Jika terjadi cacat maka akan terlihat adanya perbedaan hasil pantulan frekuensi pada layar
monitor. Nantinya, hasil pengamatan ini akan menganalisis sejauh mana tingkat kerusakan atau
cacat pada hasil pengelasan.
Tes Penetran
Pengujian ini menggunakan cairan berwarana merah untuk menunjukan lokasi yang cacat pada
hasil pengelasan seperti celah yang terbuka, goresan yang tidak rata dan lainnya. Apabali ada
indikasi cacat maka cairan berwarna merah akan masuk ke celah. Nantinya, cairan tersebut akan
mengembang dan muncul ke permukaan sehingga bisa dilihat secara langsung bahwa ada bagian
lasan yang cacat.
Dengan melakukan penguji pada hasil pengelasan maka jika ada cacat indikasi bisa langsung atau
diulangi kembali proses pengelasannya sehinga kemudian hasil pengelasan menjadi lebih
sempurna. Jika Anda tidak memiliki pengalaman dalam melakukan pengujian NDT maka Anda bisa
menggunakan layanan atau jasa NDT yang ada di Testindo.com
1. Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik, aksesoris yang
diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
2. Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan digunakan sudah sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS, termasuk memastikan kesesuaian gas selubung
yang akan digunakan pada proses pengelasan apabila akan melakukan pengelasan
menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas selubung.
3. Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening, root face), kebersihan atau kehalusan
permukaan benda kerja, welding fitup.
4. Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti pemanasan mula, pemanasan akhir,
dan perlakuan panas setelah las yang akan dilakukan.
5. Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan melakukan proses pengelasan. Pemeriksaan
ini termasuk pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman juru las.
Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah dengan pemeriksaan visual
(VT).
Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengobservasi hasil tampilan dan bentuk lasan.
Pemeriksaan tersebut diantaranya pada bentuk manik las, bentuk dan kedalaman penetrasi las, cacat yang
mungkin terbentuk, dan kesempurnaan fusi.
2. Pengujian Non-Destruktif.
Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa “merusak”
produk hasil lasan.
Pengujian partikel magnetik dilakukan dengan melihat garis gaya dari serbuk kering atau cairan suspensi
magnetik yang terbentuk dari medan magnet yang ditimbulkan pada permukaan produk lasan. Metode ini
dapat mendeteksi cacat seperti retakan dan porositas dari bentuk garis gaya magnetnya.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cairan berpendar atau cairan merah untuk
memvisualisasikan kecacatan seperti retakan atau celah yang terbuka pada area lasan. Apabila terdapat
cacat, cairan akan meresap ke dalam celah. Cairan pengembang digunakan pada permukaan yang telah
diberi cairan penguji. Pada posisi dimana cairan meresap, cairan tersebut akan muncul ke permukaan.
Proses pengujian ini dapat dilakukan segera setelah proses pengelasan dilakukan karena tidak
mengganggu pada struktur lasan.
.
Jenis Cacat Las dan Penyebabnya Serta Cara Mengatasinya:
1. Cacat Las Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk cacat ini seperti
cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada
semua sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan edge joint.
2. Porosity (Porositas)
Porositas
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang lubang kecil pada weld
metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya.
Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
3. Slag Inclusion
Slag Inclusion
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil lasan. Cacat ini berupa
slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan
berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus melakukan pengujian radiografi atau
bending.
4. Tungsten Inclusion
Tungsten Inclusion
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh mencairnya tungsten pada
saat proses pengelasan yang kemudian melebur menjadi satu dengan weld metal, cacat ini hampir sama
dengan slag inclusion namun saat diuji radiografi tungsten inclusion berwana sangat terang. Untuk jenis
cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan GTAW.
Penyebab Tungsten Inclusion:
Tungsten sudah tumpul saat proses pengelasan.
Jarak tungsten terlalu dekat.
Ampere terlalu tinggi.
5. Incomplete Penetration
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada daerah root atau akar las,
sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah root tidak tembus atau reinforcemen pada
akar las berbentuk cekung.
Incomplete Fusion
Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah hasil pengelasan yang tidak dikehendaki karena
ketidaksempurnaan proses penyambungan antara logam las dan logam induk. Cacat ini biasanya terjadi
pada bagian samping lasan.
7. Over Spatter
Spatter adalah percikan las, sebenarnya jika spater dapat dibersihkan maka tidak termasuk cacat. Namun
jika jumlahnya berlebih dan tidak dapat dibersihkan maka dikategorikan dalam cacat visual.
Penyebab Spater atau percikan las berlebih:
Ampere terlalu tinggi.
Jarak elektroda dengan base metal terlalu jauh.
Elektroda lembab.
8. Hot Crack
Hot Crack (leniran.blogspot.co.id)
Hot Crack (retak panas) adalah sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi setelah proses
pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan.
9. Cold Cracking.
Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan setelah beberapa waktu
(memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari) proses pengelasan selesai.
10. Distorsi
Distorsi (SlideShare)
Pengertian distorsi pada pengelasan adalah sebuah perubahan bentuk material yang diakibatkan panas
yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung. Distorsi ini terjadi saat proses pendinginan, karena
adanya panas yang berlebih maka material dapat mengalami penyusutan atau pengembangan sehingga
akan tarik menarik dan membuat material tersebut melengkung.
Jenis jenis cacat pengelasan dan penyebabnya di atas dapat terjadi pada las listrik (SMAW), GMAW,
GTAW, SAW, FCAW, OAW. Namun untuk tungsten inclusion hanya terjadi pada GTAW, karena hanya
pengelasan tersebut yang menggunakan logam tungsten.
Proses pengelasan memanfaatkan panas dari nyala busur listriknya untuk penyambungan
logam. Penggunaan panas sebagai cara penyambungan logam tersebut tidak akan lepas dari
efek distorsi saat pengelasan. Distorsi pada pengelasan yaitu perubahan bentuk yang terjadi
pada bagian-bagian yang disambung sehingga akan merubah bentuk ataupun sudutnya.
Perubahan sudut yang terjadi disebabkan karena distorsi yang tidak terkontrol pada saat
melakukan pengelasan atau kurangnya persiapan dan perhitungan distorsi yang kurang matang
oleh operator lasnya.
Distorsi dapat terjadi karena disebabkan panas yang dihasilkan terlalu besar sehingga akan
membuat peluang benda kerja yang dilas melengkung atau berubah sudut menjadi besar.
Rumus pertambahan panjang adalah = panjang awal x koefisien muai panjang x perubahan
temperatur.
Sehingga operator atau pekerja las dapat menyiasati terjadinya koefisien muai logam untuk cara
mencegah distorsi las.
Keterangan gambar :
Balok biru = ukuran awal benda kerja
Garis biru = pertambahan Panjang
Jika sebuah benda kerja ditahan atau dijepit pada ragun kemudian dipanaskan, maka benda kerja las tidak akan
memuai atau bertambah panjang secara teratur ke suluruh arah. Sehingga pertambahan ke arah ragum akan
tertahan, di mana dengan pertambahan termperatur akan menambah kekenyalan, bahan menjadi mudah
dibentuk. Jika kondisi logam tersebut tertahan sampai benda dingin kembali, maka logam akan
mengambang atau bertambah panjang ke arah yang tidak ada tahanan dan perubahan bentuk yang
bersifat permanen.
Ø Distorsi Arah Memanjang, Apabila Hasil Las Berkontraksi Dan Kemudian Memendek Sepanjang
Garis Pengelasan Setelah Pendinginan.
Ø Distorsi Menyudut, Jika Sudut Dari Benda Yang Dilas Berubah Akibat Kontraksi Lebih Besar Pada
Permukaan Pengelasan Karena Jumlah Hasil Pengelasan Yang Lebih Banyak.
C. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan pelat punggung atau backing bar
Sebelum melakukan pengelasan logam secara penuh, pasangkan terlebih dahulu pelat
pengganjal pada bagian sisi-sisinya. Pelat punggung ini pada umumnya terbuat dari bahan
tembaga.
Jarak
mata dari permukaan lasan yang dilakukan inspeksi sejauh 600 mm dengan posisi sudut minimal 30 derajat, untuk
lebih jelasnya Anda dapat melihat gambar cara inspeksi Uji Visual di atas.
Setelah prosedur dan peralatan di atas sudah lengkap, maka Anda sudah dapat melakukan Visual Inspection. Untuk
syarat keberterimaan atau Acceptance Criteria setiap Standar mempunyai syarat keberterimaan cacat las yang
berbeda beda, untuk ASME dapat Anda lihat di ASME Sec IX, untuk ISO di ISO 17637, tergantung standar atau Code
yang Anda gunakan dalam produk tersebut.
Bagian Las
Butt Weld
Bagian Bagian Las – Setiap proses pengelasan menghasilkan beberapa bagian atau daerah yang mempunyai sifat
mekanik (kekuatan Tarik, kekerasan dan ketangguhan) yang berbeda-beda. Namun sebelum mengarah kesana, Anda
harus terlebih dahulu mengetahui bagian bagian dari hasil pengelasan.
Pada umumnya yang diketahui hanya bagian logam induk, logam lasan, HAZ, weld face dan root face. Sebenarnya
masih ada beberapa bagian las yang perlu Anda ketahui, namun pada aplikasinya terkadang perlu
dilakukan pengujian las berupa uji makro Etsa untuk melihat bagian tersebut. Berikut ini bagian bagian hasil
pengelasan.
Bagian Bagian
Las Fillet
Bagian Bagian dari Hasil Pengelasan:
Daftar Isi
1. Logam Induk (Base Metal).
Logam yang disambung dengan menggunakan metode pengelasan atau Brazing.
3. Filler Metal.
Logam yang ditambahkan saat proses pengelasan atau brasing, yang nantinya melebur menjadi satu dengan logam
induk dan membeku menjadi logam las.
9. Toe.
Toe adalah batas dari daerah permukaan lasan dengan logam induk atau batas antar pass. Bagian ini merupakan
salah satu bagian las yang sangat penting, karena di sini juga tempat stress concentration. Oleh karena itu toe harus
dihaluskan agar tidak terjadi konsentrasi tegangan.
10. Tinggi Weld Metal (Excess Weld Metal).
Bagian lasan yang berada di atas atau di permukaan, setiap standard mempunyai kriteria masing masing dalam
mengatur maksimal ketinggiannya. Karena jika terjadi excess weld metal atau overfill dapat menyebabkan konsentrasi
tegangan.
INSPEKSI LAS
Inspeksi las adalah kegiatan inspeksi pada sambungan las baik pada peralatan yang masih
dalam tahap instalasi ( pemasangan ) , konstruksi ( pembuatan ) maupun fabrikasi
( perakitan ) , atau peralatan yang telah purna instalasi / konstruksi / fabrikasi namun belum
pernah dioperasikan , maupun pada sambungan las dari peralatan yang sedang atau telah
pernah dioperasikan atau peralatan lama yang diperbaiki atau dirubah , untuk menentukan
apakah suatu tingkat mutu atau kondisi suatu sambungan las telah memenuhi persyaratan
spesifikasi , desain dan standard yang diacu .
Judul diatas terdiri dari dua suku kata Inspeksi dan las yang masing masing artinya dapat
dirinci dibawah ini .
INSPEKSI
Adalah langkah langkah untuk menentukan apakah suatu tingkat mutu atau kondisi bahan ,
peralatan , instalasi , konstruksi dan fabrikasi telah memenuhi persyaratan spesifikasi ,
desain , atau standard yang diacu .
Pengujian terdiri dari : 1) uji merusak , 2) uji tanpa merusak dan 3) uji hydrostatis g)
pelaporan ( reporting ) , dan h) pengarsipan dan penyimpanan data ( recording ).
LAS
Adalah cara penyambungan dua benda padat melalui pencairan dan perpaduan dengan
menggunakan panas .
Berdasarkan terminologi tersebut diatas , maka berlaku dua syarat yang menentukan dalam
pengelasan , yakni :
1) bahan yang disambung harus dapat mencair oleh panas
2) bahan yang disambung harus cocok ( compatible ) satu dengan lainnya .
3) penyambungan dua buah bahan yang tidak cocok harus menggunakan bahan
antara yang cocok bagi kedua bahan yang akan disambung tersebut .
Sumber panas diambil antara lain dari : busur listrik , campuran gas bakar (hydro carbon)
dan oksigen, tahanan listrik, sinar laser, gabungan busur listrik dan gas lindung (Argon,
Helium), getaran ultra, gesekan (friction), pengeboman electron (electron bombardment),
ledakan thermal , getaran ultrasonic , dll.
Dari jenis sumber panas tersebut diciptakan jenis jenis las antara lain seperti :
OAW (oxy acetylene weld) atau lazim disebut las karbid ,
SMAW (shielded metal arc welding) atau las listrik busur terlindung
GTAW (gas tungsten arc welding) atau tungsten inert gas welding (TIG) atau lazim
disebut las Argon karena menggunakan gas pelindung berupa gas Argon atau
Helium
GMAW (gas metal arc welding) atau MIG (metal inert gas welding) / MAG (metal
active gas welding)
SAW (submerged arc welding) atau disebut las listrik busur terpendam
ERW (electric resistance weld) atau las tahanan listrik
EBW ( electron bombardment weld )
EW (explosion weld) atau lazim disebut CAD weld ,
PAW (plasma arc welding) , dan lain lain.
Cacat las/welding defect itu bisa terjadi pada bagian luar yang bisa dilihat mata/visual dan juga ada
cacat las dalam/internal defect atau yang terjadi di dalam hasil las.
Bagus atau tidaknya kualitas sambungan las itu tergantung dari ada atau tidaknya cacat las pada
material. Khusus untuk cacat las dalam hanya bisa dideteksi menggunakan alat seperti x-
Ray dan ultrasonic flaw detector testing.
Gambar
slag inclusion
SMAW
Penyebab cacat las slag inclusion pada SMAW adalah penggunaan ampere yang rendah, kurang bersih
ketika menghilangkan terak sebelum proses penyambungan.
GMAW
Silica menyerupai terak pada SMAW, warnanya bening. Jika melakukan tumpukkan las dan silica tidak
dibersihkan terlebih dahulu, maka kemungkinan slag akan terjadi. Setting mesin las juga sangat
penting untuk menentukan jenis pengelasan GMAW, terutama kesesuaian antara voltase dan
kecepatan kawat las.
FCAW
Slag inclusion kemungkinan akan terjadi karena tipe kawat las berbentuk flux core, tapi kemungkinan
itu kecil karena tipe las FCAW menggunakan ampere yang sangat besar.
GTAW
Tidak ada.
2. Cacat Las Tungsten Inclusion (ti)
Tungsten inclusion adalah sebuah cacat las yang hanya ada di proses las GTAW saja. Tungsten
Inclusion disebabkan oleh patahnya ujung tungsten saat pengelasan GTAW dan tertinggal didalam
deposit hasil las.
Tungsten GTAW memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibanding material besi baja, jadi ketika dia patah
maka tungsten tidak akan ikut lebur, dia tertinggal didalam desposit las menjadi tungsten inclusion.
Gambar
Tungsten inclusion
Penyebabnya adalah setting ampere sangat tinggi dibarengi dengan pengasahan tungsten yang terlalu
runcing. Sedikit saja menyentuh base material, maka akan patah ujung tungstennya. Teknik pengelasan
yang benar jadi solusi kunci utama.
Bukan hanya karena faktor pengelasan yang salah, tetapi model mesin TIG yang tidak
menggunakan high frekuensi juga berperan menjadi penyebab. Karena harus menggores tungsten untuk
menyalakan mesin las.
3. Cacat Las Porosity (p)
Bentuk dari cacat las porosity adalah lubang-lubang kecil pada deposit hasil lasan di base material
yang menyerupai kropos atau sarang semut.
Gambar
porosity
Penyebab utama cacat las porosity pada las SMAW berbeda dengan Las argon/CO. Berikut
penjelasannya
SMAW
Banyak faktor yang menyebabkan porosity di SMAW, diantaranya adalah
1. Banyaknya kadar air didalam elektroda atau elektroda lembab.
2. Rusak/hilangnya sebagian lapisan flux karena buruknya penyimpanan elektroda.
3. penggunaan ampere yang sangat rendah.
4. Arc length yang terlalu jauh saat pengelasan.
GMAW, FCAW dan GTAW
Pada ketiga proses ini, penyebab terjadinya porosity paling utama adalah hilangnya gas pelindung
karena pengaruh gangguan angin, human eror lupa membuka gas pelindung dan jenis gas pelindung
yang tidak sesuai.
4. Cacat Las Cluster Porosity (cp)
Penyebabnya sama seperti cacat las porosity diatas, tetapi bentuk cluster porosity adalah lebih dari satu
lubang dalam satu area.
Gambar
cluster porosity
Cacat las porosity/cluster porosity bisa terjadi di bagian root ataupun di bagian capping. Termasuk ke
dalam cacat las yang tidak bisa di tolerir.
Cara mengatasi cacat cluster porosity adalah selain kawat las dan gas yang harus diperhatikan, anda
harus pastikan material terbebas dari kotoran minyak atau oli saat proses pengelasan terjadi.
5. Cacat Las Crack/retak (c)
Terjadinya retak pada daerah lasan atau pada daerah HAZ. Umumnya dikarenakan oleh pendinginan
cepat setelah dilas. Pada baja karbon, kelebihan unsur karbon juga bisa menjadi penyebab.
Umumnya di semua proses pengelasan bisa terjadi crack. Cacat pengelasan cracking terbagi menjadi
2 jenis yaitu
6. Cacat Las Underfill (uf)
Underfill merupakan jenis cacat pengelasan karena kurangnya pengisian logam las pada jalur lasan.
Penyebab dari underfill terjadi karena ampere terlalu rendah dibarengi dengan travel speed terlalu tinggi
dan wide bead tidak sesuai sehingga jalur lasan belum cukup terisi.
Solusinya adalah melakukan pengelasan yang sesuai dengan WPS atau petunjuk welding engineer.
Besarnya ampere disesuaikan dengan ukuran elektroda atau petunjuk WPS bisa juga disesuaikan
dengan jenis dan ketebalan plat.
Akibatnya pinggir jalur las base material tergerus berbentuk coakan. Nah, jika coakan ini berbentuk
tajam dan tergerus dalam, maka tidak ada toleransi kecuali di repair.
Tapi kalau tidak dalam dan tajam maka itu masih dalam batas toleransi.
Bentuknya bisa berbentuk lubang besar atau berbentuk tetesan air yang membeku (icicles).
Jika terjadi disisi root atau capping maka akan terlihat, tapi jika berada didalam logam las, hanya bisa
di lihat dengan tes radiografi/x-ray. Didalam uji x-ray, burn-through terlihat seperti bintik-bintik gelap
yang dikelilingi oleh kawah berwarna terang.
9. Cacat Las Overlap (ol)
Cacat las overlap dikenal juga dengan nama cold lap adalah kondisi ketika didalam pengelasan logam
pengisi (filler atau elektroda) tidak melebur sempurna pada logam dasar.
Proses terjadinya dimana busur listrik tidak mampu melelehkan logam dasar (base material) sehingga
menyebabkan cairan menggenang diatas logam dasar tanpa ikatan (tidak fusi).
Penyebab dari cacat pada sambungan las ini banyak di karenakan oleh penggunaan ampere rendah
sedangkan suhu metal dalam keadaan dingin.
Apakah cacat ini berbahaya? ya, karena terlalu tinggi surface pengelasan itu akan membuat rawan
terjadi retak/patahan di pangkalnya. Ini biasanya terjadi karena skill welder/juru las yang kurang
berpengalaman dalam teknik pengelasan.
11. Cacat Las Misalignment
Misalignment merupakan jenis cacat las dimana plat mengalami perubahan bentuk/deformasi.
Cacat misalignment terbagi 2 yaitu : distorsi dan hight low.
Distorsi (am)
Cacat las distorsi disebut juga dengan angular misalignment, dimana material mengalami bengkok
akibat panas yang berlebih. Buruknya persiapan awal pada saat fitting menjadi penyebab utamanya.
High Low (lm)
Cacat las hight low disebut juga dengan linier misalignment, keadaan dimana material menjadi tinggi
rendah tidak sejajar. Penyebabnya sama dengan cacat las distorsi yaitu persiapan pengelasan yang
kurang baik terutama di fitting plat.
Solusinya adalah meningkatkan skill teknik pengelasan juru las dan mengecek seluruh aliran listrik
terutama kabel stang holder dan kabel massa pada mesin las.
13. Cacat Las Spatter
Spatter disebut juga dengan percikan las/logam panas yang menempel pada base material. Jika terlalu
banyak maka daerah bekas spatter akan mengalami crack.
Solusinya adalah menyesuaikan setting mesin yaitu antara ampere dan travel speed pengelasan. Untuk
las SMAW kesalahan pemilihan polaritas mesin juga bisa menjadi penyebab banyaknya spatter.
14. Cacat Las Arc Strike (as)
Cacat las arc strike adalah ketika seorang juru las tanpa sengaja menyentuh stang elektroda ke base
metal sehingga terjadi goresan lasan.
Cacat ini nampak sepele tapi efeknya bisa membuat material yang dilas atau yang terkena arc strike
menjadi retak dalam.
Kok bisa? ya kejutan panas terkena pada material yang dingin akan berakibat retak. Cara
memperbaikinya harus di perbaiki sesuai WPS repair.
Proses menggabungkan dua sisi material dengan pengelasan agar menghasilkan penyambungan
yang berkualitas, tentu banyak hal yang harus di persiapkan dengan benar, baik dari peralatan
las, welder yang mempunyai keahlian yang di sesuaikan dengan pekerjaan, pemilihan material,
elektroda yang tepat serta mengikuti prosedur.
Berikut jenis-jenis cacat pengelasan secara umum beserta penyebab dengan solusinya, yaitu;
1. Welding Crack
Cacat retak atau Welding crack adalah retak pada pengelasan dimana retak terjadi pada saat
proses pengelasan atau ketika proses pemadatan logam lasan
Cacat retak terdapat 3 jenis, yakni;
Hot Crack
Retak panas atau hot crack dapat terjadi selama proses pengelasan atau selama proses kristalisasi
sambungan las,
Cold Crack
Retak dingin atau Cold Cracking adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan setelah
beberapa waktu, memerlukan waktu, dalam hitungan menitm jam bahkan hari proses pengelasan
selesai.
Crater Crack
Retak kawah atau crater crack, terjadi pada akhir proses pengelasan sebelum welder
menyelesaikan jalur pada sambungan las. Baisanya terbentuk di ujung lasan, ketika alur las
pengalami pendinginan dan mengeras.
Menggunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang
mempunyai sifat regangan yang tinggi,
Gunakan material yang sesuai,
Gunakan desain sambungan yang tepat,
Melakukan perlakuan panas (PWHT dan Preheat)
Berikan pendinginan yang tepat pada area lasan,
Membersihkan kotoran pada area pengelasan,
Memastikan penanganan elektroda dengan benar,
Kecepatan pengelasan yang tepat dan arus ampere.
Pastikan untuk mengelas area penampang yang cukup,
2. Cacat Porositas
Porosity atau cacat porositi terjadi sebagai akibat dari kontaminasi logam las, -gas yang
terperangkap pada permukaan mau pun di dalam yang berisi gelembung, Tedapat beberapa jenis
porositi yakni; Blow hole, gas poer dan Cluster porosity
3. Incomplate Fusion
Cacat Incomplete Fusion terjadi pada dareah root atau akar las. Proses pengelasan ini di nyatakan
cacat bila pengelasan pada daerah root tidak menembus pada akar las sehingga menciptakan
celah pada sambungan yang tidak terisi penuh.
4. Incomplate Penetration
Cacat Incomplete Penetration pada pengelasan terjadi pada daerah roo atau akar las, penetras
yang tidak lengkap terjadi ketika alur logam tidak terisi sepenuhnya melebar melalui ketebalan
sambungan.
5. UnderCut
Cacat pengelasan UnderCut terjadi pada sambungan butt weld, fillet weld corner dan edge joint,
cacat ini adalah Ketidak sempurnaan pengelasan yaitu pembentukan alur pada ujung las,
mengurangi ketebalan penampang logam dasar, merbentuk cekungan pada base metal.
6. Slag Inclusion
Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil pengelasan, yaitu berupa flux
yang mencair. Fluks merupakan bahan pelindung padat yang digunakan saat pengelasan, meleleh
di area lasan atau di permukaan zona lasan. Slag inclusion sering terjadi pada daerah start and
stop
Persiapan Pengelasan
Persiapan pengelasan sebelum proses pengelasan dilakukan untuk mendapatkan mutu dan hasil
pengelasan yang baik, kelancaran, keselamatan dan pelaksanaan pengelasan. Maka perlu
dilakukan persiapan pengelasan yang matang. Persiapan sebelum pengelasan tersebut antara
lain :
1. Persiapan Pengelasan Secara Teoritis
Persiapan pengelasan secara Teoritis, yang terdiri dari :
Mengetahui dasar-dasar pengelasan. Contohya tentang jenis kampuh las dan segala
ukurannya, mengetahui pengaturan arus pada setiap alur las dan akibatnya, memilih elektroda
atau kawat las yang baik. Misalnya adalah kawat las Edzona adalah kawat las maintenance
dengan kualitas terbaik dan satu-satunya.
Mengetahui segi-segi keselamatan kerja dalam proses pengelasan. Hal ini untuk
menghindari kecelakaan saat proses pengelasan dilakukan.
Mengetahui tentang ilmu bahan yang dibutuhkan untuk pengelasan. Contohnya adalah
mengetahui penyambungan yang benar di antara dua material yang berbeda, mengetahui
pergerakan akibat panas dan penghapusan tegangan sisa, mengetahui elektoda atau
kawat las yang sesuai dengan kebutuhan. Karena jenis kawat las cukup banyak sesuai jenisnya.
Anda akan mendapatkan kawat las maintenance dengan berbagai jenis di CV Jaya Manunggal
Perkasa.
2. Persiapan Pengelasan Secara Praktis
Persiapan pengelasan secara Praktis, persiapan ini merupakan persiapan perlatan, yang terdiri
dari alat-alat utama, alat-alat keselamatan, alat-alat bantu.
Alat-Alat Baku
contohnya adalah las (transformer dan generator), tangkai elektoda, penjepit benda kerja, kabel
las, dan elektoda las atau kawat las Edzona
Alat-Alat Keselamatan Kerja.
Alat keselamatan personal. Contohnya adalah pelindung ada, topeng las, sarung
tangan las, leher tang tertutup, pali, tempat elektroda, sikat baja, kapur las, sikat baja
Alat keselamatan umum. Misalnya blower yang digunakan untuk menghisap asap
las, alat pemadam kebakean, lampu sorot, dan pelindung-pelindung yang lain.
Alat bantu lainnya, contohnya adalah gerinda listrik, sumber listrik, botol oksigen,
dongkrak pipa, dan lainnya.
Setelah semua peralatan harus diperiksa dengan teliti dan hati-hati, seperti pemeriksaan kabel las
dan sambungan kabel las. Kabel las tidak boleh bocor bila menempel pada logamdapat
menimbulkan loncatan busur listrik. Loncatan busur listrik di tempat yang tidak bergeser akan
mencairkan metal dan lama-lama akan menembus metal tersebut.
Persiapan selanjutnya adalah pembersihan tempat kerja, pengaturan peralatan yang
memudahkan pelaksanaan pengelasan. Pemeriksaan daerah tempat bekerja juga tidak kalah
penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan misalnya kebakaran.
Seletah semua persiapan, maka kampuh las dibersihkan dari berbagai jenis kotoran, seperti karat,
cat, air, dan lainnya.
3. Persiapan Kampuh Las
Persiapan kampuh las bisa dilakukan dengan beberapa teknik, sesuai bentuk sambungan dan
kampuh las yang akan dikerjakan.
Kampuh – V dan X ( Single Vee dan Double Vee )
Kampuh U dan J.
4. Desain Bentuk Sambungan Las
Merancang sambungan las, tentukan rencana sambungan dalam bentuk gambar. Pada
pengelasan, retak-retak pada struktur las disebabkan karena material, prosedur pengelasan dan
rencana yang kurang baik. Keretakan karena perencanaan yang kurang baik dapat disebabkan
perhitungan kekuatan yang salah misalnya perhitungan penentuan muatan dan tegangan, rencana
struktur yang tidak tepat, garis bentuk yang terputus, material yang tidak sesuai. Hal yang dapat
dipertimbangjan dalam perencanaan katika merancang sambungan adalah :
Memilih material yang memiliki sifat mampu las, kekatan tarik baik, desain yang mudah
proses las, dan melakukan pengurangan pada tegangan
Sambungan dengan deformasi yang kecil dan tegangan sisa minimun, dapat melakukan
dengan mengurangi jumlah titik las dan endapan las
Melakukan minimalisasi bending momen pada daerah las
Menghindari desain sambungan las yang mengkinkan terjadi konsentrasi garis las
berdekatan atau berpotongan.
Mencegah konsentrasi tegangan dengan menghindari struktur yang terpotong, perubahan
tajam pada bentuk tertentu
Memilih metode pemeriksaan dan kriteria cacat las yang dapat ditolerir.
PENDAHULUAN
Suatu prosedur las memberi rincian yang akurat tentang langkah langkah yang harus diambil
apabila pengelasan suatu bentuk sambungan “ weldment “ dilaksanakan . Prosedur ini memuat
rincian yang diperlukan atau cakupan rincian untuk mengendalikan variable yang digunakan
didalam pengelasan dan menentukan jenis material dan desain sambungan yang akan
dipergunakan . Karenanya prosedur las mengendalikan mutu pengelasan dengan cara
menentukan setiap langkah yang diperlukan .
KELAS PEKERJAAN
Banyak kelas pekerjaan yang memerlukan material engineering yang harus disambung
menggunakan las , misalnya : bejana tekan , jembatan , menara bor minyak ( rig ) , peralatan
pemindah tanah ( earth moving equipment ) , dll. Namun demikian persyaratan untuk mutu
sambungan dari masing masing peralatan tersebut jauh berbeda dan oleh karenanya harus
dikendalikan agar dapat memenuhi harapan dibuatnya peralatan tersebut . Bejana tekan akan
memerlukan sambungan las tegangan yang diakibatkan oleh suhu tinggi , tekanan tinggi dan
perbedaan suhu .
Pembangunan jembatan harus mempertimbangkan pengaruh dari berat berbagai jenis kendaraan
yang melewatinya serta pengaruh angin ( wind load ) . Menara bor minyak harus didesain utnuk
tahan terhadap gelombang dan kekuatan angin. Peralatan pemindah tanah harus mampu
mengatasi pengaruh akibat perbedaan permukaan tanah dan kondisi tanah yang harus
dipindahkan . Pengaruh suhu pengelasan yang harus ditanggung oleh juru atau operator las harus
pula diketahui .
Dibawah ini adalah Standard atau Kode Praktis ( Code of Practice ) yang digunakan untuk
merakit berbagai konstruksi menggunakan pengelasan .
Kinerja las yang memuaskan dan berkesinambungan adalah merupakan hasil dari dipenuhinya
persyaratan standard atau kode praktis yang mengatur berbagai panduan khusus yang mencakup
material , desain sambungan , jenis proses las yang digunakan , prosedur las yang harus diikuti ,
dan tehnik inspeksi yang dilaksanakan . Standard dan kode praktis tersebut ditelaah ( review )
secara berkala oleh badan Nasional , dan setiap perubahan yang diperlukan dimasukkan untuk
meyakinkan bahwa kinerja las dilapangan tetap terjaga .
PROSEDUR LAS
Dalam setiap Standard atau Kode Praktis disusun acuan bagaimana seharusnya suatu prosedur
pengelasan digunakan / ditaati dan apakah diperlukan persetujuan untuk hal tersebut . Pada
umumnya pemenuhan persyaratan standard dan kode praktis memerlukan persetujuan
yang merinci jenis pengujian yang dipersyaratkan untuk meyakinkan keterampilan juru atau
operator las yang terlibat . Uji tanpa merusak ( non destructive test ) dan uji merusak ( destructive
test ) juga akan dirinci . Guna menyusun prosedur las , beberapa standard / kode akan mengacu
lebih jauh pada standard Nasional , misalnya BS 5135 “ Process of Arc Welding carbon and
carbon manganese steels “ , yakni dengan merinci langkah langkah yang akurat untuk
melaksanakan pengelasan dengan menyertakan kondisi lapangan ( service condition ) , BS 2633
1987 merinci Pengelasan Listrik Kelas 1 untuk menyambung pipa baja ferritic yang digunakan
untuk mengangkut fluida.
Kalangan industri Amerika cenderung lebih mengutamakan instruksi yang tertera didalam Kode ,
misalnya AWS D1.1 , Kode las struktur bangunan ( structural welding Code ) , ASME IX tentang
kualifikasi pengelasan dan brazing ( solder keras ) .
Sebelum suatu prosedur las disusun , data data tertentu perlu dikumpulkan , dan adalah
merupakan hal yang sangat penting bahwa seseorang yang bertanggung jawab menyusun
prosedur ini mengetahui dari mana data data tersebut diperoleh . Data data ini harus mendapat
persetujuan dari pihak kontraktor pengguna . Beberapa hal perlu mendapat persetujuan terlebih
dahulu tergantung pada persaratan Kode yang diacu . Misalnya profil las , apakah diperlukan
tindak lanjut terhadap sambungan las yang telah selesai . Apabila tidak terdapat standard yang
tepat , maka standard yang diacu untuk pelaksanaan pengelasan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari pihak kontraktor pengguna .
Hal hal yang perlu dicantumkan didalam prosedur las , pada umumnya tercantum didalam
standard atau Kode yang diacu , berikut ini adalah rincian yang penting ( essential ) :
a) Proses las yang digunakan
b) Spesifikasi bahan induk , tebal , pipa termasuk diameter.
c) Pengelasan dishop atau dilapsngan
d) Persiapan sisi ( edge preparation )
e) Metode pembersihan , pembuangan gemuk , dll.
f) Penyetelan sambungan ( sketsa )
g) Apakah jig , tack atau backing digunakan.
h) Posisi pengelasan ( termasuk arah untuk pengelasan vertical ) , misalkan pengelasan vertical naik
atau vertical turun .
i) Pabrik pembuat , jenis merek bahan consumable las.
j) Bahan pengisi ( filler ) komposisi dan ukuran ( diameter ) .
k) Pemanasan awal , suhu antar pass termasuk metoda pengendalaiannya .
l) Kecepatan pengelasan ( apabila pengelasan otomatis )
m)Pengaturan arah pengelasan ( weld run ) dan dimensi pengelasan ( sketsa ) .
n) Urut urutan ( sequence ) pengelasan.
o) Back gouging atau tidak
p) Perlaakuan panas paska las ( PWHT ) , termasuk metoda dan pengendaliannya.
q) Apabila diterapkan , suhu dan waktu yang ditentukan untuk pengeringan , pengovenan elektroda
atau consumable.
r) Hal hal khusus yang penting seperti pengendalian masukan panas ( misalnya panjang run out ) .
Setiap butir variable penting yang tertera didaftar tersebut diatas merupakan factor utama dalam
menyusun prosedur las
Dibawah ini adalah beberapa diantara faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
menyusun
1. PROSES LAS
Pada umumnya proses las yang diterima telah membuktikan bahwa penerapannya telah lulus
uji , Sifat khusus suatu proses las akan mempengaruhi prosedur las , misalnya beberapa aspek
dari masing masing proses las dapat mempengaruhi tingkat kesempurnaan sambungan las .
Sebagai contoh apabila las listrik busur terpendam ( submerged arc welding ) digunakan dibawah
kondisi yang menghasilkan perbandingan yang terlalu besar antara kedalaman dan lebar jalur las
dapat mengakibatkan retak pembekuan ( solidification crack ) .
2. BAHAN DASAR
Pengendalian keseluruhan prosedur las sangat dipengaruhi oleh apakah pengelasan dilaksanakan
dishop atau dilapangan . Kondisi cuaca dilapangan akan merubah secara drastic cara
pengendalian pelaksanaan las .
4. METODA PEMBERSIHAN
Bagaimana permukaan bahan dipersiapkan sebelum dilas merupakan factor yang perlu
diperhatikan seperti misalnya baja mungkin hanya perlu pembersihan menggunakan penyikatan
( brushing ) secara manual atau mekanikal , sedangkan aluminium memerlukan pencucian secara
kimiawi ( chemical cleaning ) seperti solvent untuk menghasilkan permukaan yang siap las. Terkait
dengan hal tersebut diatas , inspeksi pada permukaan bahan sebelum dilas juga diperlukan untuk
meyakinkan bahwa tidak terdapat cacat seperti lap ( lipatan ) atau cacat lainnya yang dapat
mempengaruhi mutu pengelasan .
Penyetelan komponen sambungan las merupakan factor yang sangat menentukan pada
pengelasan sambungan yang hanya dapat dilaksanakan pada satu sisi / pihak saja . Celah
sambungan akan mempengaruhi jumlah fusi pada akar las . Apabila digunakan perangkat perakit
secara mekanis untuk penyetelan komponen rakitan , maka perlu diketahui berapa banyak bahan
las yang akan dideposisikan sebelum perangkat mekanis ini dicabut / dibongkar .
6. POSISI PENGELASAN
Berbagai posisi pengelasan yang cukup banyak jumlahnya memerlukan pengendalian yang ketat
dalam mempersiapkan komponen dan perakitannya . Makin sulit posisi suatu pengelasan makin
banyak flux yang diperlukan untuk mendukung keberadaan kolam las yang asli sehingga
karenanya mengurangi pengendalian komposisi kimiawi . Perubahan posisi pengelasan
menyebabkan perubahan keperluan arus las sehingga menyebabkan makin kurang ( atau lebih )
nya jumlah lajur las ( weld pass ) yang harus dibuat sehingga meningkatkan kemungkinan
terjadinya cacat las .
Ketiga hal tersebut diatas sangat mempengaruhi penyusunan prosedur las . Perlu diingat bahwa
sifat khusus pengelasan tergantung pada prosedur las yang diacu dan komposisi kimiawi metal
yang terdeposisi . Ukuran bahan consumable menentukan keperluan tenaga listrik untuk
mencairkan bahan dasar guna mengendalikan pemanasan dan sifat sambungan las
Komposisi kimiawi dan tebal penampang sambungan las akan menentukan laju pendinginan jalur
las dan lingkungan sekitarnya. Beberapa material , yang mendingin dalam waktu singkat
( quence ) , akan menghasilkan struktur material yang keras. Pemanasan awal diperlukan untuk
mengendalikan laju pendinginan tersebut .
Suhu antar lajur ( inter pass temperature ) kadang kadang dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengendalikan ukuran struktur bahan ( grain ) yang dipersyaratkan untuk mengendalikan keuletan
( toughness ) . Kadang kadang pengendalian suhu pengelasan juga diperlukan untuk mencegah
terjadinya masalah sewaktu tahap pembekuan ( solidification ) .
Laju pendeposisian bahan las akan mempengaruhi profil jalur las . Kecepatan pengelasan yang
tinggi cenderung mendeposisikan lebih sedikit bahan las sehingga mengakibatkan profil las yang
buruk , under cut , dll. Sebaliknya kecepatan las yang rendah ( lambat ) akan menyebabkan
deposisibahan yang berlebihan / tebal yang menyebabkan konsentrasi tegangan dipinggirny
( toe ) . Kecepatan las juga berperan cukup penting pada tingkat masukan panas ( heat input )
dari suatu pengelasan ( dalam kJ / mm ) dan dapat mempengaruhi struktur final jalur las ,
pertumbuhan kristal , yang berpengaruh pada sifat lasan .
Perubahan posisi pengelasan sering menjadi penentu cara mendeposisikan bahan las . Didalam
pengelasan lajur berganda ( multiple pass ) , urut urutan pengelasan menentukan sifat sambungan
las , misalnya penggunaan tehnik ayunan ( weaving ) atau tehnik tarik ( stringer ) .
Kode praktis , jika dipandang perlu , akan memberikan saran bahwa pass pertama harus
dibuang , hal ini untuk menjamin bahwa semua material dibagian akar las yang mungkin
mengandung berbagai cacat las tidak akan mengganggu kegunaan sambungan las ( service
condition ) . BS 5500 dan ASME menyatakan bahwa hal tersebut merupakan keharusan.
Komposisi material mungkin mmerlukan perlakuan panas paska las untuk mencapai sifat
sambungan las yang dikehendaki . Pengaruh tegangan sisa ( residual stress ) dan kondisi
lapangan ( service condition ) dapat sedemikian rupa sehingga suatu tindakan pembebasan
tegangan ( stress relief ) berupa perlakuan panas paska las diperlukan. Metoda pelaksanaan dan
pengendaliannya merupakan hal yang sangat penting , karena kerap terjadi bahwa peningkatan
suhu ( temperature gradient ) justru dapat menghasilkan tegangan .
Hydrogen bersifat sangat merusak terhadap sambungan las baja . Keberadaannya dapat
dikurangi dengan mengeringkan atau mengoven elektroda . Langkah ini berupa gabungan waktu
dan suhu yang harus dikendalikan secara ketat .
BS 5135 menentukan langkah langkah untuk mengendalikan masukan panas dengan menentukan
jumlah metal yang terdeposisi didalam jalur las dalam satuan “ panjang lari ( run out length ) “
yang terukur . Hal ini disebut sebagai special feature
Uji penetrasi sangat efektif untuk mengungkap keberadaan cacat atau non konformasi yang
terbuka dipermukaan , seperti misalnya : lipatan (fold / lap), porositas , lapisan (seam), inklusi
terak / kotoran (slag inclusion), fusi tidak sempurna (incomplete fusion), retak (crack), dll. yang
biasanya berada pada produk pengelasan, tempaan, rolan dan pengecoran .
Khususnya untuk produk pengelasan , PT digunakan pada jenis las fillet baik untuk sambungan
sudut ( corner ) , tumpu ( overlap ) , sambungan T ( T joint ) , dan soket .
Sebagai diketahui jenis sambungan las tersebut diatas tidak dapat diradiografi karena
penetrasinya partial sehingga menghasilkan imagi yang membingungkan.
Kadang kadang , sesuai dengan persyaratan spesifikasi , PT dilaksanakan pula pada las akar
( root bead ) , dan antar lajur ( interpass ).