Anda di halaman 1dari 16

Liquid Penetrant - Langkah-langkah penggunaan Penetrant

Langkah-langkah penggunaan Penetrant

Berikut adalah langkah-langkah utama Inspeksi penetran cair / "dye penetrant inspection" - cara
kerja penetrant test:
1. Bersihkan permukaan material

Permukaan uji dibersihkan terlebih dahulu agar kotoran, cat, minyak, atau gemuk tidak
menimbulkan indikasi yang tidak relevan atau palsu. Metode pembersihan dapat menggunakan
cairan pembersihnya (Cleaner/Remover), untuk pembersihan redusi alkali, atau uap degreasing.
Tujuan akhir dari langkah ini adalah permukaan yang bersih di mana setiap cacat terlihat dan
terbentuk ke permukaan, kering, dan bebas dari kontaminasi.

2. Semprotkan penetrant ke area yang akan di inspeksi:

Penetran test ini kemudian diterapkan pada permukaan material bahan yang diuji. Penetran
sebaiknya diberikan "waktu tunggu" untuk meresap ke dalam setiap kemungkinan-kemungkinan
cacat yang ada (biasanya 5 sampai 30 menit). Waktu tunggu terutama tergantung pada penetran
yang digunakan, bahan yang diuji dan ukuran kekurangan dicari. Seperti yang diharapkan,
kekurangan kecil membutuhkan waktu lebih lama dalam penetrasinya. Karena sifat yang tidak
kompatibel mereka harus berhati-hati untuk tidak menerapkan pelarut berbasis penetran ke
permukaan yang akan diperiksa dengan penetran yang telah dicuci.

3. Bersihkan sisa penetrant:

Sisa-sisa penetran kemudian dihapus dari permukaan. Metode penghapusan dikendalikan oleh
jenis penetran digunakan. Air-dicuci, pelarut-removable, lipofilik pasca-diemulsikan, atau
hidrofilik pasca-diemulsikan adalah pilihan umum. Pengemulsi merupakan tingkat sensitivitas
tertinggi, dan kimia berinteraksi dengan penetran berminyak untuk membuatnya dilepas dengan
semprotan air. Bila menggunakan remover pelarut dan kain adalah penting untuk tidak
menyemprot pelarut pada permukaan tes langsung, karena ini dapat menghapus penetran dari
kekurangan. Jika penetran berlebih tidak benar dihapus, setelah pengembang diterapkan, hal itu
mungkin meninggalkan latar belakang di daerah maju yang dapat menutupi indikasi atau cacat.
Selain itu, ini juga dapat menghasilkan indikasi palsu sangat menghambat kemampuan Anda
untuk melakukan pemeriksaan yang tepat.

4. Penerapan Pengembang:
Setelah penetran berlebih telah dihapus pengembang putih diterapkan pada sampel. Jenis
pengembang tersedia beberapa, termasuk: non-berair pengembang basah , bubuk kering, air
suspendable, dan larut dalam air. Pilihan pengembang diatur oleh kompatibilitas penetran (satu
tidak dapat menggunakan pengembang yang larut dalam air atau suspendable dengan air-dicuci
penetran), dan oleh kondisi inspeksi. Bila menggunakan non-berair pengembang basah (NAWD)
atau bubuk kering, sampel harus dikeringkan sebelum aplikasi, sedangkan pengembang larut dan
suspendable diterapkan dengan bagian masih basah dari langkah sebelumnya. NAWD tersedia
secara komersial dalam kaleng semprot aerosol, dan dapat menggunakan aseton , alkohol isopropil
, atau propelan yang merupakan kombinasi dari dua. Pengembang harus membentuk semi-
transparan, bahkan lapisan pada permukaan.
Pengembang menarik penetran dari cacat keluar ke permukaan untuk membentuk indikasi yang
terlihat, umumnya dikenal sebagai berdarah-out. Setiap daerah yang berdarah-out dapat
menunjukkan lokasi, orientasi dan jenis kemungkinan cacat pada permukaan. Menafsirkan hasil
dan karakterisasi cacat dari indikasi yang ditemukan mungkin memerlukan beberapa pelatihan dan
/ atau pengalaman [ukuran indikasi bukanlah ukuran sebenarnya dari cacat]

5. Inspeksi:

Inspektur akan menggunakan cahaya tampak dengan intensitas yang memadai (100 kaki-lilin atau
1100 lux khas) untuk dye penetrant terlihat. Ultraviolet (UV-A) radiasi intensitas yang memadai
(1.000 mikro-watt per sentimeter kuadrat umum), bersama dengan rendah tingkat cahaya ambient
(kurang dari 2 foot-candle) untuk pemeriksaan penetran neon. Inspeksi permukaan uji harus
dilakukan setelah 10 sampai 30 menit waktu pengembangan, tergantung jenis produk.
Ini penundaan waktu memungkinkan tindakan blotting terjadi. Inspektur dapat mengamati sampel
untuk pembentukan indikasi kapan menggunakan pewarna terlihat. Ini juga kebiasaan yang baik
untuk mengamati indikasi karena mereka terbentuk karena karakteristik berdarah keluar adalah
bagian penting dari karakterisasi penafsiran kekurangan.

6. Posting Pembersihan:

Permukaan uji sering dibersihkan setelah pemeriksaan dan pencatatan cacat, terutama jika pasca-
pemeriksaan proses pelapisan dijadwalkan.

PEMERIKSAAN CRACK PADA MATERIAL DENGAN METODE NDT DYE PENETRAN


TESTING
PDF | Cetak | E-mail
Inspeksi atau pemeriksaan suatu hasil atau produk biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga kualitas produk agar sesuai dengan standar yang ditetapkan. Inspeksi yang dilakukan
terhadap suatu produk diantaranya berupa pemeriksaan bentuk, cacat, dsb. Pemeriksaan cacat
suatu material dilakukan dengan metode uji tanpa merusak (Non Destructive Test). Metode uji
tanpa merusak untuk material logam dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya metode
penetrant cair, magnetik partikel, ultrasonik dan sebagainya.

Metode penetran cair digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan seperti retak, porositas,
laminasi, dan cacat—cacat yang lain karena proses welding, forging, manufaktur dsb. Prinsip
kerjanya adalah fenomena kapilaritas. Karena fenomena inilah memungkinkan cairan yang
tertinggal dalam lubang yang sempit tertarik dan muncul ke permukaan. Metode ini merupakan
salah satu metode yang paling sedehana, luas penggunannya dan merupakan uji tanpa merusak
tertua. Beberapa peralatan yang dipakai adalah bahan penetran, cleaner, developer dan kain atau
majun. Langkah pertama yang dilakukan adalah precleaning yang merupakan pembersihan awal
material dari sesuatu yang menutup permukaan benda uji seperti debu, cat, kerak dsb. Beberapa
bahan yang direkomendasikan untuk melakukan precleaning seperti detergen, solvent, uap air dan
bahan pelarut lainnya. Setelah material tersebut kering dari cairan pembersih, langkah selanjutnya
adalah melakukan aplikasi penetran dengan menyemprotkan pada area material yang disinyalir
adanya retak. Setelah itu dibiarkan beberapa menit sampai cairan penetran masuk ke celah retak
tersebut. Waktu tunggunya sekitar 5 sampai 30 menit. Pembersihan penetran berlebih yang tidak
masuk ke celah cacat dilakukan setelah dwell time terpenuhi.

Proses pembersihan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan air, emulsifier, atau solvent.
Setelah pembersihan penetran permukaan obyek uji perlu dikeringkan terutama jika menggunakan
developer bubuk kering. Pengeringan berlebih dapat merugikan karena penetran dalam celah retak
menjadi kering dan sulit untuk tertarik keluar. Pengeringan untuk air dan emulsifier dilakukan
dengan ditiriskan secara natural, dilap dengan kain bersih, dan dianginkan mengunakan blower.
Sedangkan pengeringan solvent biasanya dilap dengan kain bersih yang kering dan dikeringkan
secara natural. Ketika developer digunakan pada benda uji, maka permukaannya harus kering dan
tidak lengket serta menggumpal. Developer harus berwarna terang dan kontras dengan penetran
untuk memudahkan pengamatan. Penggunaan developer dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya dibenamkan (Dipping), soft bush, Hand powder bulb, dan sebagainya. Dwell time
developer adalah waktu yang dibutuhkan untuk development, mulai dari pemberian developer
sampai dibolehkan untuk evaluasi. Menurut ASTM E-165 dan ASME V art 6 maka dwell time
developer adalah 7 menit. Tahap interpretasi dilakukan jika dwell time developer telah terpenuhi
dengan mengamati bentuk, ukuran dan lokasi indikasi. Jika indikasi cacat terlihat berwarna merah
tua, maka indikasi telah benar dan tidak ada kesalahan dalam pemberian developer. Sebaliknya
Jika indikasi berwarna merah muda dan warna background tidak ada, maka hal ini menunjukkan
terjadinya over wash atau developer terlalu tebal. Setelah obyek uji selesai diperiksa, maka
permukaannya harus dibersihkan untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh sisa cairan
penetran dan developer. Metode dan teknik yang digunakan yaitu dilap dengan kain yang dibasahi
air untuk penetran waterwashable, atau lap kain yang dibasahi solvent

Liquid Penetrant testing adalah suatu metode NDT yang cepat dan handal untuk mendeteksi cacat
pada permkaan yang terbuka dari suatu part yang terbuat dari material yang nonporous dan yang
mempunyai cacat yang terlalu kecil untuk dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual yang biasa.
Tujuan dasar dari penetrant tes adalah untuk meningkatkan kejelesalan/keterangan pandangan
antara suatu diskontinuitas dengan latar belakangnya. Hal ini dapat diperoleh dengan memberikan
area yang diinspeksi dengan cairan pencari yang sesuai dan kekuatan penetrasi yang tinggi(yang
dapat memasuki diskontinuitas permukaan yang terbuka. Metoda liquid penetran sudah dikenal
dari dahulu sebelum diterapkan pada pesawat terbang. Hanya saja, dahulu metoda ini dengan
menggunakan alat and bahan yang seadanya saja. Berdasarkan sejarah, metode liquid penetrant
pada awalnya digunakan untuk merawat/menginspeksi rel kereta api di akhir tahun 1800-an.
Teknik yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan cara mencelupkan part ke dalam oli bekas,
kemudian diangkat dan oli yang masih menempel di permukaan part dibersihkan.
Setelah itu, part dilapisi dengan serbuk kapur atau kapur yang di suspensikan dengan alkohol. Oli
yang terperangkap dalam celah retak akan tertarik keluar dan memperlihatkan noda pada lapisan
kapur. Pada tahun 1930, metode ini digantikan dengan magnetic particle inspection untuk baja dan
ferrous material. Sedangkan non ferromagnetik masih menggunakan metode liquid penetrant yang
lebih maju dengan menambahkan bahan yang bersifat fluoresence ke dalam oli yang berdaya
tembus tinggi sebagai penetrant. Sejak saat itu, banyak berbagai jenis penetrant bermunculan dan
berkembang.
Tujuh langkah dalam proses inspeksi dengan menggunakan penetrant test yaitu:
Pembersihan (cleaning) permukan past yang akan diinspeksi
Pengeringan (pengeringan)
Pemberian penetran (penetrant application)
Pembersihan penetran (penetrant removal)
Pemberian developer (developer application)
Evaluasi subjek yang diinspeksi
Pembersihan akhir dari subjek yang diinspeksi
Langkah langkah kerja dalam metode liquid penetrant
Pada dasarnya metode ini menggunakan beberapa bahan bantu yaitu cairan penetrant, cleaner, dan
developer. Adapun langkah kerjanya secara umum adalah sebagai berikut :
Benda yang akan diperiksa terlebih dahulu dibersihkan dengan cairan cleaner dari kotoran sisa
sisa oli, debu atau kotoran lainnya yang dapat menutupi retak. Jika benda yang ingin diperiksa
ternyata dilapisi cat, maka cat harus terlebih dahulu dibersihkan.
Celupkan benda kedalam cairan penetrant atau untuk lokasi tertentu saja dapat menggunakan
penetrant dalam bentuk spray. Setelah itu angkat dan diamkan beberapa saat agar penetrant dapat
masuk kedalam celah retak secara optimal. Lamanya bergantung dari material benda yang di uji.
Untuk Al Alloys antara 10-15 menit.
Bersihkan cairan penetrant berlebih yang menempel pada permuakan benda uji. Cara pembersihan
tergantung dari jenis penetrant yang digunakan. Untuk penetrant yang waterwashable dapat
langsung dibersihkan dengan air bertekanan, sedangkan untuk post-emulsifiable harus
menggunakan emulsifier dan air bertekanan. Yang perlu diperhatikan adalah cara penyemprotan
air tidak boleh tegak lurus pada permukaan benda yang akan diperiksa karena akan
menghilangkan penetrant yang terdapat dalam celah retak.
Untuk mengeringkan sisa air setelah proses pencucian maka benda di lap dan dimasukkan ke
dalam pemanas dengan temperatur dan waktu yang telah ditentukan.
Setelah kering, permukaan benda yang akan dites disemprotkan cairan developer agar cairan
penetrant dalam retak dapat tertarik keluar. Untuk penetrant jenis fluoresence, dapat dilihat dengan
alat bantu ultraviolet sehingga penetrant yang tertarik oleh developer akan tertarik dengan jelas.
Untuk memastikan bahwa penetrant yang terlihat adalah berasal dari retak maka penetrant yang
keluar harus dibersihkan dengan cleaner dan pada permukaan tersebut disemprotkan lagi cairan
developer. Bila terlihat masih ada cairan penetrant yang keluar dari permukaan tersebut, maka
dapat dipastikan bahwa terdapat retak pada permukaan tersebut.
Liquid Penetrant Test

Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini
digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam
maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material
akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada
permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskousitas
yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang
tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna
penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal
dibersihkan dengan penerapan developer.

Liquid penetrant test

Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan pada
permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar,
berpelapis, atau berpori.

UJI PENETRANT (PENETRAN TEST)

I. TUJUAN
Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak merusak(Non
Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori. Pengujian penetran ini
dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas yang terbuka pada permukaan.
Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada
benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi
pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.

II. DASAR TEORI


Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak
kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant.
Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk
kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang
paling dalam.
Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat
bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori.
Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukanunuk cacat permukaan ( caca retak) dan dapat
digunakan untuk material metal atau non metal (keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat
yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak dapat dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam kotoran, minyak,
olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran tersebut akan menutupi cacat yang
diperiksa
2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous)
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas gosok.
Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapatdigunakan
minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa denganbahan pebersih diatas.
Sedangkan bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel
pada benda yang diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set
dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone
atau cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat)
dan tidak beracun.

Diskontinuitas dapat dikelommpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:


1. INHERENT (Bawaan)

o They are usually related to discontinuities found in the molen metal.


ü Biasanya berhubungan dengan diskontinuitas yang ditemukan dalam logam cair. Contoh:
porocity

2. INHERENT WROUGHT DISCONTINUITIES


o Relate to the meling and solidification of the original ingot before it is formed into slabs,
blooms and billets.
ü Disconinuitas wrough bawaan, berhubungan dengan peleburan dan pembekuan ingot sebelum
dibentuk menjadi slab, bloom, dan billet.
3. INHERENT CAST DISCONTINUITIES
o Relate to the melting, casting, and solidification of a cast article. Usually caused by inherent
variables such as inadequate feeding, gating, exessive pouring temperature and entrapped gases.
ü Discontinuitas tuangan bawaan, berhubungan dengan peleburan, pengecoran, dan pembekuan
benda cor. Biasanya disebabkan karena variabel bawaan seperti kurang pengisian, gating, suhu
tuang berlebihan, dan gas yang terperangkap.
4. PROCESSING DISCONTINUITIES
o They are usually related to the various manufacturing processes such as machining, forming,
exruding, rolling, welding, heat treating and plaing
ü Biasanya berhubungan dengan aneka proses manufakur seperti permesinan, pembentukan,
extruding, pengerolan, pengelasan , laku panas, dan pelapisan.
5. SERVICE DISCONTINUITIES
o They are related to the various service condiions such as stress corrosion, faigue and erosion.
6. Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi, tegangan, kelelahan
dan erosi.
III. PROSEDUR PENETRANT TEST
1. Surface preparation / persiapan permukaan
2. Pre cleaning/ melakuakan pembersihan terhadap material yang akan di uji
3. Aplikasi pentrant + dwell time = waktu yang dibutuhkan untuk meresap dengan sempurna
4. Pembersihan penetrant yang berlebih secara berkala
5. Aplikasi developer = cairan untuk memunculkan sebuah indikasi
6. Evaluasi
7. Post cleaning

IV. KRITERIA PENERIMAAN

1. Indikasi linear relevant


2. Indikasi rounded relevant yang ukurannya >3/16 Inchi (5mm)
3. 4 atau harus lebih indikasi rounded relevanyang jaraknya kurang dari 1/16 Inchi (1.5mm)
Dimana:
1. Indikasi linear relevan adalah indikasi

V. ALAT DAN BAHAN

1. Spesimen uji atau benda uji


2. Cairan penetran ada yang bewarna (merah 0 atau berpendar (fluerseent ) pada cahaya lampu
ulra violet
3. Cleaner (pembersih)
4. Developer, berbentuk serbuk atau cairan.

VI. ANALISA DATA


Setelah melakukan test uji penetrant, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
test uji penetrant. Diantaranya adalah prosedur pelaksanaan dan accepted criteria (kriteria
penerimaan)
Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji penetrant test, persiapan alat dan
bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan benda kerja juga sangat perlu untuk
diperhatikan, karena jika suatu benda kerja yang hendak dilakukan test uji pentrant pada
permukaanya masih terdapat kotoran seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan
mempengaruhi hasil uji penetrant.
Pada saat proses uji penetrant, kita juga perlu memperhatikan teknik penyemprotan cairan
penetrant, karena jika terlalu banyak volume cairan yang disemprokan ke benda uji, maka hal ini
akan dapat memperboros cairan penetrant. Selain itu, teknik pembersihan sisa penetrant
menggunakan cairan cleaner harus benar-benar bersih, karena jika masih terdapat sisa penetrant
yang menempel di benda uji, maka saat disemprotkan developer akan menimbulkan indikasi
palsu.
Pengaplikasian developer saat pengujian Penetrant Test juga harus diperhatikan. Karena jika
volume developer yang disemprotkan ke benda uji terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan
cairan penetrant yang seharusnya memunculkan indikasi akan tidak nampak karena sisa penetrant
tidak sampai muncul ke permukaan developer.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil penetran test terhadap material tipe SA -36, Kami tarik kesimpulan bahwa uji penetran
test hanya bisa mendeteksi diskoninuitas dipermukaan saja seperti crack dan porosity.
Uji penetran ini, bisa digunakan untuk menguji material yang permukaannya tidak berpori. Teknik
pengujian menggunakan penetrant test ini meliputi 3 cara, yaitu solvent removable, water-
washable dan post emulsifer yang mana kita bisa memilih metode itu berdasarkan keperluan
bagian-bagian mana saja yang perlu diuji.

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK DENGAN METODE PENETRANT TEST


Proses penguian tidak merusak dengan menggunakan metode penetrant test adalah salah satu
langkah yang biasa di gunakan oleh lembaga penjamin dan pemastian mutu. metode penetran
digunakan untuk mencari cacat - cacat yang terdapat pada permukaan las. Berikut adalah prosedur
pengujian penetran yang di lakukakan.

1. pembersihan awal
proses ini dilakukan untuk membersihkan permukaan lasan dari kotoran yang masih menempel,
cara pembersihannya dengan menggunakan sikat kawat atau brushing. berikut adalah gambar
orang yang sedang membersihkan permukaan lasan

2. penyemprotan cairan penetran


jika permukaan lasan telah dibersihkan, selanjutnya dilakukan proses penyemprotan cairan
penetran pada hasil lasan tersebut. berikut adalah gambar orang yang sedang menyemprotkan
cairan penetran.

3. pembersihan cairan penetran


setelah cairan penetran didiamkan selama kurang lebih 5 menit, maka proses selanjutnya adalah
membersihkan cairan penetran tersebut.

4. penyemprotan caiaran developer


penyemprotan cairan developer adalah langkah akhir yang dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat cacat pada lasan tersebut atau tidak

setelah cairan developer disemprotkan maka akan tampak cacat pada permukaan lasan, berikut
adalah gambar cacat porosity yang ditemukan pada permukaan lasan

Pengujian NDT Dengan Metode Dye Penetrant

Dye Penetrant (penetran cair) merupakan inspeksi pada cacat yang menggunakan prinsip
kapilaritas pada cairan. Prinsip kerjanya adalah dengan menetrasi cacat terbuka pada permukaan
benda. Uji Tak Rusak dengan menggunakan cairan penetran dapat digunakan pada benda ferro dan
non ferro, konduktor dan non konduktor, magnetik dan non magnetik, serta semua bahan alloy dan
plastik. Kelemahan pengujian tak rusak dengan metode ini adalah pendeteksian cacat hanya bisa
dilakukan pada permukaan benda uji.

Prosedur umum yang dilakukan pada pengujian ini antara lain :


a) Pembersihan awal (pre cleaning)
Permukaan bahan uji harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan menghalangi
masuknya cairan penetran masuk ke dalam cacat. Permukaan harus bebas dari cat, kotoran, kerak,
pernis, minyak, tambalan, pelumas, oksida, lilin, karat, cairan pemesinan, dan sisa dari inspeksi
penetran sebelumnya.

Suatu prosedur pembersihan yang baik akan menghilangkan semua kontaminan dari benda uji
dan tidak meninggalkan sisa-sisa yang dapat mengganggu proses inspeksi. Cara yang digunakan
untuk pre cleaning antara lain:
- Deterjen (detergent)
- Uap penghilang lemak (vapor degreasing)
- Uap pembersih (steam cleaning)
- Zat pelarut pembersih (solvent cleaning)
- Pembersih dengan ultrasonic (ultrasonic cleaning)
- Di etsa (etching)

b) Penggunaan cairan penetran


Setelah permukaan telah dibersihkan dengan seksama dan dikeringkan, bahan penetran digunakan
dengan cara penyemprotan, pengolesan, atau pencelupan benda uji ke suatu bak berisi penetran.

Setelah penggunaan penetran, maka dibutuhkan waktu beberapa saat agar cairan penetran benar-
benar meresap ke dalam cacat. Waktu yang dibutuhkan cairan penetran agar dapat meresap ke
dalam cacat disebut penetrant time/penetrant dwell time. Waktu yang dibutuhkan biasanya
berkisar antara 5-60 menit.

c) Menghilangkan sisa penetran


Kelebihan sisa penetran yang ada di permukaan benda uji, haruslah dihilangkan sampai sekecil
mungkin. Pembersihan dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada jenis penetran yang
digunakan.

Jenis-jenis penggunaan cairan penetran dapat dikategorikan berdasar pada jenis pembersih yang
digunakan, yaitu yang dapat dibersihkan dengan pelarut dan yang dapat dibersihkan dengan air.
Jenis pembersih penetran diantaranya Water-washable, Solvent-removable, Lipophilic post-
emulsifiable, dan hydrophilic post-emulsifiable.

d) Pengeringan
Setelah proses menghilangkan cairan penetran dilakukan, proses pengeringan harus dilakukan
dengan udara panas yang ditiup dengan blower dimana suhunya tidak boleh melebihi 225º F.

e) Penggunaan zat pengembang (developer)


Untuk menarik cairan penetran agar muncul ke permukaan digunakan cairan pengembang. Jenis
pengembang ada dua jenis yakni bentuk cair dan jenis kering. Pengembang jenis cair terbuat dari
bahan bubuk yang dilarutkan pada air dan volatile solvent. Zat pengembang harus berwarna putih
agar dapat memberikan kontras warna terhadap cairan penetran, dengan begitu cacat akan terlihat
jelas.

Zat pengembang jenis kering umumnya digunakan untuk cairan penetran jenis fluorescent
sedangkan pengembang cair digunakan pada cairan penetran kontras warna. Penggunaan cairan
pengembang diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

f) Interpretasi cacat
Interpretasi cacat yang timbul harus dilakukan sesegera mungkin setelah terlihat adanya indikasi
pada zat pengembang. Untuk mendapatkan hasil interpretasi yang baik pada pemeriksaan dengan
metode penetran cair jenis fluorescent harus dilakukan pda ruangan yang gelap dengan bantuan
lampu ultraviolet (black light).

PENETRAN TEST
Die Penetran Test atau Color check
Dari berbagai macam pengujian tidak merusak salah satunya adalah dengan penetran test. Cara
pengujian yang tanpa menggunakan alat bantu electronic ataupun semacamnya namun
menggunakan media chemical penetran dan defeloper.
Prinsip kerja
Prinsip kerja penetran test adalah memanfaatkan metoda sifat kapilaritas cairan. Apabila terdapat
celah kecil apabila diberi cairan maka celah tersebut akan menyedot cairan sehingga celah tersebut
akan berisi cairan. Dengan memanfaatkan cara inilah penetran test sebagai metoda pengujian
dilakukan.
Color check banyak digunakan untuk memeriksa material stenlles steel, besi, carbon steel dan lain
sebagainya.
Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan penetran test, yaitu:

1. Penetran fluoresen yaitu pengujian penetran test yang dilakukan dengan bantuan sinar
ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang akan berfluorensi bila disinari dengan sinar
ultraviolet. Sama halnya dengan phosphor apabila kena cahaya makan bersinar atau menimbulkan
cahaya yang akan menunjukan letak retakkan material. Cara ini biasanya digunakan untuk
material atau barang-barang yang lebih membutuhkan sensitifitas lebih tinggi, missal: baling-
baling pesawat.

2. Penetran non Fluoresen yaitu pengujian ini dapat dilakukan langsung secara visual langsung
tanpa bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang memiliki sifat kontras yang
tinggi pada ruangan terang. Dan cara kedua ini yang paling banyak digunakan karena dalam
pemakaiannya paling mudah dan efisien.

Metode ini biasanya digunakan untuk mendeteksi permukaan terbuka di non-ferromagnetic


material.
I. Chemically cleaned
Untuk membersihkan permukaan dari material tersisa misal, gemuk, kotoran dll. Dari permukaan
yang akan diuji.
I. Penetrant
Dengan sistem capillarity pentrant akan masuk ke celah yang terbuka (crack)
I. Bersihkan kelebihan Penetrant
II. Developer powder

Untuk mengaplikasikan penetrant bisa digunakan dengan cara:


Disemprot (spray)
Dikuas
Dicelup
Jika kita akan menggunakan teknik semprot sebaiknya jarak penyemprotan adalah 25 – 30 cm
dari benda kerja. Lamanya waktu penetrasi harus sesuai dengan tabel T-672

Pembersihan cairan penetrant


Setelah waktu pentrasi telah cukup, kemudian penetrant dibersihkan. Cara-cara pembersihannya
bisa dengan menyeka dengan kertas penyerap secara berulang-ulang, atau dengan menyeka
menggunakan majun yang telah diolesi solvent (cleaner). Untuk menjaga agar penetrant yang
masuk ke dalam crack tidak ikut terbawa cleaner maka perlu kehati-hatian saat membersihkan sisa
penetrant. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan adalah menguras benda kerja dengan cleaner untuk
membersihkan sisa penetrant. Tunggu sampai kering untuk kemudian dilakukan penyemprotan
developer.
Aplikasi developer
Setelah sisa penetrant bersih dan kering kemudian dilakukan penyemprotan developer dari jarak
25-30 cm. Hal ini dimaksudkan agar indikasi crack tetap bisa terbaca, jika terlalu dekat
kemungkinan indikasi crack bisa tertutupi oleh warna dari developer. Jangan melakukan evaluasi
saat developer masih basah karena indikasi crack masih kurang jelas, tunggulah sampai developer
kering baru kemudian melakukan evaluasi. Waktu yang dibutuhkan untuk evaluasi setelah
diaplikasikan developer bisa dilihat pada tabel T-672.
Evaluasi
Crack bisa teridentifikasi dari perbedaan warna, biasanya warna merah akan keluar dari dalam
crack ketika setelah diangkat oleh developer. Bentuk crack yang biasanya memanjang. Jika
penerangan selama pengetesan kurang memadai maka hal tersebut bisa menyebabkan indikasi
crack tidak terbaca, tingkat keterangan cahaya minimal adalah 100 fc. Apabila ada permukaan
yang tidak sempurna dari machining dan permukaan benda kerja yang kurang bersih bisa
menimbulkan indikasi palsu, pengalaman dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam pengetesan ini

Ket :
A > Pada gambar A terlihat bahwa material yang sudah dibersihkan disemprot secara merata
dengan penetran dipermukaan materian tersebut, biarkan penetran masuk kedalam celah material
biarkan selama 5 -10 menit (Dwell Time).
B > Setelah itu bersihkan penetran dengan kain, namun semprotkan terlebih dahulu cleaner pada
kain agar penetran yang menempel pada permukaan lebih bersih. Jadi penetran yang tersisa hanya
pada celah apabila terdapat retak.
C > Kemudian setelah itu semprotkan developer pada permukaan material tersebut dan diamkan
beberapa saat.
D > Apabila terdapat indikasi keretakan maka cairan penetran yang yang masuk kedalam celah
tersebut akan terlihat dikarenakan daya kapilaritas, dalam hal ini berat jenis developer lebih ringan
dari pada penetran jadi cairan developer akan mengisi pada celah tersebut sedangkan cairan
penetran akan naik keatas permukaan.
PROSEDUR ASME V
ARTICLE 6
- T-621 – Written Procedure Requirements ðTable T-621
- T-642 – Surface Preparation / Cleaning
- T-643 – Drying after Cleaning
- T-671 – Penetrant Application ð T-672 – Dwell Time ð Table T-672
- T-673 – Excess Penetrant Removal
- T-674 – Drying after Excess Penetrant Removal
- T-675 – Developing
- T-676 – Interpretation
- T-680 – Evaluation
- T-690 – Documentation
- T-652 – Technique Standard Temperature
- T-653 - Technique Standard Temperature
- T-654 – Restriction
Kelebihan
- Pengoperasiannya mudah
- Metode terbaik untuk surface breaking cracks di non-ferrous metals.
- Quantative.
Kekurangan
- Terbatas hanya untuk cacat permukaan terbuka.
- Kurang sensitivity

NOTE :
Tingkat kebersihan dari permukaan benda kerja berpengaruh terhadap daya desak penetrant.
Untuk permukaan yang kasar seperti pada casting bisa terlebih dahulu digerinda agar rata. Area
permukaan benda kerja kurang lebih sejauh 25.4 mm dari tempat pengetesan harus bebas dari
semua kotoran, grease, sisa benang kain, scale, welding flux, spatter las, cat, oli, dan bahan-bahan
lain yang dapat mempengaruhi indikasi adanya crack

I. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Memahami teknik inspeksi menggungakan metode penetrant test (PT)
2. Mampu memlakukan pendeteksian cacat permukaan/terbuka dengan metode PT.
3. Mampu membandingkan metode penetrant test dengan metode NDT lain.

II. Landasan Teori


Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak merusak (Non
Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori. Pengujian penetran ini
dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas yang terbuka pada permukaan.
Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada
benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi
pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.
Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak
kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant.
Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk
kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang
paling dalam.

Gambar 1. Proses Kapilaritas pada spesimen uji

Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat
bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori. Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukan
untuk cacat permukaan (cacat retak) dan dapat digunakan untuk material metal atau non metal
(keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak dapat
dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam kotoran, minyak,
olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran tersebut akan menutupi cacat yang
diperiksa
2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous)
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas gosok.

Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapat digunakan
minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa dengan bahan pebersih diatas.
Sedangkan bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel
pada benda yang diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set
dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone
atau cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat)
dan tidak beracun.

III. Alat dan Bahan


1. Penetrant
2. Developer
3. Cleaner/Remover
4. Lampu Penerangan
5. Alat Ukur Itensitas Cahaya
6. Penggaris
7. Majun (Kain Pembersih)
8. Benda Kerja

IV. Langkah Kerja


Sebelum Praktikum
1. Memeriksa kelengkapan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mencatat semua data yang diperlukan pada lembar kerja ASME.

Saat Praktikum
1. Melakukan pembersihan pada permukaan benda (specimen uji) yang akan dilakukan PT
dengan menggunakan bahan maupun peralatan yang sesuai dengan kondisi permukaan benda.
2. Melakukan pemberian penetrant pada permukaan yang akan dievaluasi kondisi cacatnya
dengan cara menyemprotkan penetrant secukupnya secara merata.
3. Membiarkan penetrant pada permukaan uji selama 10 menit.
4. Membersihkan penetrant dari permukaan benda uji dengan cara yang sesuai dengan jenis
penetrant yang digunakan. (dalam hal ini adalah jenis solvent base penetrant, sehingga dapat
langsung dibersihkan dengan menggunakan kain pembersih dan cleaner/remover secukupnya bila
perlu)
5. Memberikan waktu sebentar agar kemungkinan cleaner/remover yang ada dapat mongering.
6. Menyemprotkan developer secara merata ke seluruh permukaan benda uji secukupnya dan
biarkan selama 10 menit.
7. Melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap semua indikasi yang ada.
Selesai Praktikum
1. Membersihkan permukaan benda uji dari bahan-bahan PT yang menemperl dengan
menggunakan majun maupun cleaner/remover bila perlu.
2. Membersihkan semua peralatan dan tempat praktek, menyimpan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan.
3. Mengisi worksheet.

V. Hasil Pengamatan
(Gambar dan lembar kerja terlampir)

VI. Analisa Data


Non Destructive Test (NDT) metode penetrant test (PT) dapat mendeteksi cacat yang ada di
permukaan. Pada specimen uji yang kami test, maka diindikasi terdapat dua buah crack dengan
panjang sekitar 0,625 inchi dan 0,5 inchi. Dua buah crack ini terdapat di salah satu permukaan.
Dikarenakan keterbatasan waktu, maka kami hanya dapat menguji di satu permukaan saja.
Dalam metode penetrant test ini semua langkah kerja tidak bisa diabaikan begitu saja dan harus
berurutan. Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji penetrant test,
persiapan alat dan bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan benda kerja juga sangat
perlu untuk diperhatikan, karena jika suatu benda kerja yang hendak dilakukan test uji pentrant
pada permukaanya masih terdapat kotoran seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan
mempengaruhi hasil uji penetrant.
Untuk jarak penyemprotan pun tidak bisa sembarangan yaitu sekitar 30 cm. Ketika membersihkan
penetrant dengan cleaner/remover tidak boleh disemprotkan secara langsung karena dapat
menghilangkan penetrant yang ada didalam cacat, tetapi disemprotkan kepada majun/kain
pembersih kemudian majun/kain pembersih itulah yang digun akan untuk membersihkan penetrant
pada specimen uji. Pembersihannya dilakukan secara searah agar penetrant yang ada didalam
cacat tidak terbawa. Dan perlu diperhatikan bahwa harus benar-benar terlihat bersih tidak
menimbulkan indikasi palsu. Pada penyemprotan developer pun harus merata, agar semua cacat
yang ada dapat diketahui.

VII. Kesimpulan
Non Destructive Test (NDT) metode penetrant test dapat mendeteksi cacat pada permukaan
berdasarkan kapilaritas yang dimana material yang akan di uji tidak berpori. Semua metode dalam
NDT memiliki perbedaan dalam penggunaannya, sehingga memiliki kekurangan dan kelebihan.
Disini akan diuraikan perbedaan itu :
No.
Spesifikasi
Non Destructive Test (NDT)
Penetrant Test
Ultrasonic Test
Magnetic Test
1.
Prinsip yang digunakan
Sifat Kapilaritas
Gelombang Ultrasonic
Perbedaan Medan Magnet
2.
Material yang dapat dideteksi
Semua benda yang tidak berpori
Semua benda yang tidak berpori
Baja, Steel
3.
Tempat cacat
Permukaan
di permukaan dan di dalam benda
di permukaan dan di dalam benda
4.
Dimensi
Panjang indikasi cacat
Panjang indikasi cacat dan kedalaman
Panjang indikasi cacat
5.
Kecepatan menemukan cacat
Dapat dengan cepat terlihat
Sulit terlihat dikarenakan harus ditelusuri dengan hati-hati
Kecepatan medium tergantung dengan besar fluks magnet dan specimen uji

Anda mungkin juga menyukai