Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL

NAILA HANANDHIRA

1506745150

KELOMPOK: 3

LABORATORIUM METALURGI FISIK


DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2017
MODUL 1
LIQUID PENETRANT TESTING

I. Tujuan
1. Mengetahui metode pengujian tidak merusak liquid penetrant
2. Mengetahui indikasi-indikasi cacat yang tidak terbentuk dalam
pengujian liquid penetrant
3. Mengetahui jenis cacat yang terbentuk pada permukaan material dan
penyebabnya
4. Mengetahui indikasi-indikasi cacat relevan sesuai standar yang ada

II. Dasar Teori


LPT (Liquid penetrant testing) merupakan jenis NDT yang sangat
mudah untuk digunakan dan relatif murah. LPT dapat digunakan pada
hampir seluruh bentuk sampel/material dengan hanya menggunakan
peralatan yang cukup sederhana. Untuk melakukan LT tidak dibutuhkan
keahlian yang khusus.
Prinsip dasar dari LPT adalah material yang hendak diuji disemprotkan
suatu cairan, dimana cairan ini akan menembus masuk kedalam retakan
akibat adanya gaya kapiler (capillary action). Kemudian cairan yang sudah
ada di dalam retakan itu diberi developer guna menarik cairan dan
menyisakan secukupnya agar cacat dapat terindikasi. Untuk melakukannya
proses ini sangat bergantung pada gaya kapiler dan tidak bergantung pada
viskositas cairan
Penggunaan developer ini dilakukan agar penetran tidak menutupi
indikasi-indikasi yang muncul di permukaan benda uji. Selain dari metode
pengamatan yang dihasilkan penetran, penetran juga diklasifikasikan
berdasarkan metode yang digunakan untuk menghapus penetran berlebih
dari permukaan material, diantaranya:

1. Metode A – Water Washable yang bisa dihapus dengan cara


membilas permukaan benda uji dengan air.
2. Metode B – Post Emulsification, lipophilic yang bisa dihapus
dengan menggunakan emulsifier berbasis minyak. Emulsifier ini
merupakan zat yang dapat bercampur dengan penetran sehingga
penetran lebih mudah dibersihkan dari permukaan logam.
3. Metode C – Solvent Removable yang memerlukan pelarut khusus
untuk membilas penetran dari permukaan benda uji.
4. Metode D – Post Emulsification, hydrophilic yang bisa dihapus
dengan menggunakan emulsifier berbasis air.

Selain itu, untuk bisa mengangkat peenetran keluar dari celah celah
cacat yang ada dalam material digunakan developer. Dimana developer
adalah zat yang digunakan untuk menarik keluar penetran yang terdapat di
dalam cacat ke permukaan material sehingga indikasi cacat lebih mudah
diamati. Secara garis besar, terdapat empat macam developer yang
digunakan, yaitu:
1. Dry developer digunakan dalam wujud powder. Powder akan
menempel pada bagian lokasi adanya penetran yang meresap.
Penggunaan dry developer sebaiknya dilakukan dalam keadaan
permukaan kering.
2. Aqueous wet developer digunakan dalam pelarut air. Developer ini
ada dalam wujud powder yang larut dalam air, powder yang tidak
larut dalam air, serta liquid developer.
3. Non-aqueous wet developer igunakan dalam pelarut yang mudah
menguap. Developer ini dapat membantu pengeringan permukaan
ketika diaplikasikan pada permukaan benda uji.
4. Film developer yang akan menarik keluar penetran membentuk
lapisan film di permukaan material sebagai indikasi.

Jenis cacat yang bisa dideteksi dengan metode LPT, antara lain
diskontinyuitas yang terbuka ke permukaan, porositas, lipatan, dan cacat-
cacat kecil lain yang berada di permukaan.
LPT biasanya digunakan untuk monitoring produksi, mencari serta
mengisolasi cacat sebelum masuk ke proses selanjutnya, dan mengecek
ulang kualitas sebelum diedarkan. Proses LPT dapat diaplikasikan pada
material yang bersifat magnetic dan non-magnetik, homogen (tidak poros),
hasil castings, forging, pemesinan, dan cutting tools, serta pengaplikasian
dalam inspeksi lapangan untuk mencari retak permukaan.
Keterbatasan pada proses LPT antara lain adalah cacat material tersebut
haruslah terletak di permukaan atau terbuka ke permukaan. Selain itu
permukaan harus bersih dan tidak poros.
Terdapat 2 jenis penetran yang dapat digunakan dalam pengujian ini,
antara lain:
• Visible Dye Penetrant berisi cairan penetrant biasanya berwarna
merah. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra
violet, tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk
pengamatan. Intensitas penjujian ini adalah sebesar 1x 2ftc
(mengacu pada standar ASME VIII)
• Fluorescent Penetrant berupa cairan berwarna hijau muda terang
(dengan bantuan cahaya ultraviolet). LPT jenisini bergantung
pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultra
violet yang lemah pada ruangan yang gelap.
Penetran digunakan dalam pengujian dikarenakan penetran
memiliki kemampuan untuk melakukan capillary action. Capillary action
ini merupakan kemampuan suatu liquid untuk mengalir melewati ruangan
atau saluran yang sempit tanpa dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar, seperti
gaya gravitasi dan lain sebagainya. Standar pengujian yang digunakan pada
pengujian LPT ini adalah ASME VIII. Melalui metode ini, diskontinuitas
akan terdeteksi dengan mengamati liquid yang muncul pada permukaan dari
dalam cacat. Sifat-sifat yang dimiliki oleh penetran ini diantaranya:
• Memiliki kestabilan kimia dan komposisinya seragam.
• Bersifat inert terhadap material yang diuji.
• Wettability yang tinggi.
• Viskositas rendah.
• Bisa melakukan penetrasi dengan cepat .
• Tidak beracun dan membahayakan kesehatan.
Tahapan dalam melakukan pengujian liquid penetrant adalah sebagai
berikut:
1. Persiapkan permukaan sehingga harus bebas dari minyak, oli,
gemuk, air, atau kotoran lainnya
2. Aplikasikan cairan penetrant dengan cara menyemprotkan atau
merendam sampel
3. Tunggu seklitar 5-10 menit hingga cairan benar-benras masuk ke
dalam celah retakan
4. Bersihkan cairan penetrant dari permukaan dengan hati-hati dengan
menggnakan air atau pelarut khusus hingga tidak ada sisanya
5. Aplikasikan developer dengan menaburkan bubuk kering/
menyemprotkan/ merendamkan sampel. Tunggu sekitar 10 menit
agar developer dapat bereaksi dengan cairan secara maksimal

Indikasi-indikasi yang muncul pada pengujian harus diinterpretasi


kembali untuk mengetahui penyebab munculnya indikasi. Hal ini
dikarenakan indikasi yang muncul tidak hanya berasal dari cacat dalam
material, namun juga dapat diakibatkan faktor-faktor lain. Indikasi yang
muncul pada pengujian ini adalah:
1. Indikasi salah. Indikasi ini tidak muncul karena adanya cacat,
melainkan karena adanya partikel-partikel, seperti kotoran-
kotoran, karat dan lain sebagainya.
2. Indikasi tidak relevan. Indikasi dihasilkan oleh adanya fitur-fitur
pada permukaan material yang bukan merupakan cacat
3. Indikasi relevan. Indikasi dihasilkan oleh adanya cacat pada
material. Indikasi inilah yang diinspeksi pada pengujian ini.
Klasifikasi indikasi relevan menurut ASME VIII adalah:
a. Indikasi linear ketika panjang cacat lebih dari 3x lebar
cacat 

b. Indikasi bulat ketika panjang cacat ≤ 3x lebar cacat 

c. Suatu benda uji dikatakan tidak memenuhi standar yang
ada apabila:
i. Memiliki indikasi linear
ii. Terdapat indikasi bulat dengan panjang cacat lebih
dari 5 mm 

iii. Terdapat empat indikasi bulat yang terbentuk
dalam baris yang sama 
dengan jarak ≤ 1,5 mm 


III. Alat dan Bahan


1. Sampe Uji
2. Lap Kain
3. Penetran
4. Cleaner
5. Developer
IV. Skema Praktikum

Bersihkan permukaan Tunggu beberapa saat


Semprotkan penetran
benda uji dari pengotor agar penetrant masuk ke
secara merata di seluruh
dengan menggunakan dalam cacat pada benda
permukaan benda uji
bantuan cleaner uji

Hapus penetran berlebih


dengan menggunakan lap Keringkan permukaan Tunggu kira-kira sepuluh
kain yg dibasahi oleh benda uji sampai lima belas menit
cleaner

Gunakan developer pada Lakukan pengamatan Catat hasil pengamatan


permukaan benda uji pada hasil pengujian pada lembar laporan

Anda mungkin juga menyukai