Anda di halaman 1dari 22

PENETRAN TEST

13.11

MECHANICAL ENGINEERING

No comments

Die Penetran Test atau Color check


Dari berbagai macam pengujian tidak merusak salah satunya adalah dengan
penetran test. Cara pengujian yang tanpa menggunakan alat bantu electronic
ataupun semacamnya namun menggunakan media chemical penetran dan
defeloper.
Prinsip kerja
Prinsip kerja penetran test adalah memanfaatkan metoda sifat kapilaritas cairan.
Apabila terdapat celah kecil apabila diberi cairan maka celah tersebut akan
menyedot cairan sehingga celah tersebut akan berisi cairan. Dengan
memanfaatkan cara inilah penetran test sebagai metoda pengujian dilakukan.
Color check banyak digunakan untuk memeriksa material stenlles steel, besi,
carbon steel dan lain sebagainya.
Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan penetran test, yaitu:
1. Penetran fluoresen yaitu pengujian penetran test yang dilakukan dengan
bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang akan
berfluorensi bila disinari dengan sinar ultraviolet. Sama halnya dengan phosphor
apabila kena cahaya makan bersinar atau menimbulkan cahaya yang akan
menunjukan letak retakkan material. Cara ini biasanya digunakan untuk material
atau barang-barang yang lebih membutuhkan sensitifitas lebih tinggi, missal:
baling-baling pesawat.
2. Penetran non Fluoresen yaitu pengujian ini dapat dilakukan langsung secara
visual langsung tanpa bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna
yang memiliki sifat kontras yang tinggi pada ruangan terang. Dan cara kedua ini
yang paling banyak digunakan karena dalam pemakaiannya paling mudah dan
efisien.
Metode ini biasanya digunakan untuk mendeteksi permukaan terbuka di nonferromagnetic material.
I. Chemically cleaned
Untuk membersihkan permukaan dari material tersisa misal, gemuk, kotoran dll.
Dari permukaan yang akan diuji.
I. Penetrant
Dengan sistem capillarity pentrant akan masuk ke celah yang terbuka (crack)
I. Bersihkan kelebihan Penetrant
II. Developer powder
Untuk mengaplikasikan penetrant bisa digunakan dengan cara:
1. Disemprot (spray)

2. Dikuas
3. Dicelup
Jika kita akan menggunakan teknik semprot sebaiknya jarak penyemprotan adalah
25 30 cm dari benda kerja. Lamanya waktu penetrasi harus sesuai dengan tabel
T-672

Pembersihan cairan penetrant

Setelah waktu pentrasi telah cukup, kemudian penetrant dibersihkan. Cara-cara


pembersihannya bisa dengan menyeka dengan kertas penyerap secara berulangulang, atau dengan menyeka menggunakan majun yang telah diolesi solvent
(cleaner). Untuk menjaga agar penetrant yang masuk ke dalam crack tidak ikut
terbawa cleaner maka perlu kehati-hatian saat membersihkan sisa penetrant. Halhal yang tidak boleh dilakukan adalah menguras benda kerja dengan cleaner untuk
membersihkan sisa penetrant. Tunggu sampai kering untuk kemudian dilakukan
penyemprotan developer.

Aplikasi developer

Setelah sisa penetrant bersih dan kering kemudian dilakukan penyemprotan


developer dari jarak 25-30 cm. Hal ini dimaksudkan agar indikasi crack tetap bisa
terbaca, jika terlalu dekat kemungkinan indikasi crack bisa tertutupi oleh warna
dari developer. Jangan melakukan evaluasi saat developer masih basah karena
indikasi crack masih kurang jelas, tunggulah sampai developer kering baru
kemudian melakukan evaluasi. Waktu yang dibutuhkan untuk evaluasi setelah
diaplikasikan developer bisa dilihat pada tabel T-672.

Evaluasi

Crack bisa teridentifikasi dari perbedaan warna, biasanya warna merah akan
keluar dari dalam crack ketika setelah diangkat oleh developer. Bentuk crack yang
biasanya memanjang. Jika penerangan selama pengetesan kurang memadai maka
hal tersebut bisa menyebabkan indikasi crack tidak terbaca, tingkat keterangan
cahaya minimal adalah 100 fc. Apabila ada permukaan yang tidak sempurna dari
machining dan permukaan benda kerja yang kurang bersih bisa menimbulkan
indikasi palsu, pengalaman dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam pengetesan ini

Ket :
A > Pada gambar A terlihat bahwa material yang sudah dibersihkan disemprot
secara merata dengan penetran dipermukaan materian tersebut, biarkan penetran
masuk kedalam celah material biarkan selama 5 -10 menit (Dwell Time).
B > Setelah itu bersihkan penetran dengan kain, namun semprotkan terlebih
dahulu cleaner pada kain agar penetran yang menempel pada permukaan lebih
bersih. Jadi penetran yang tersisa hanya pada celah apabila terdapat retak.
C > Kemudian setelah itu semprotkan developer pada permukaan material
tersebut dan diamkan beberapa saat.
D > Apabila terdapat indikasi keretakan maka cairan penetran yang yang masuk
kedalam celah tersebut akan terlihat dikarenakan daya kapilaritas, dalam hal ini
berat jenis developer lebih ringan dari pada penetran jadi cairan developer akan
mengisi pada celah tersebut sedangkan cairan penetran akan naik keatas
permukaan.
PROSEDUR ASME V
ARTICLE 6
- T-621 Written Procedure Requirements Table T-621
- T-642 Surface Preparation / Cleaning
- T-643 Drying after Cleaning
- T-671 Penetrant Application T-672 Dwell Time Table T-672
- T-673 Excess Penetrant Removal
- T-674 Drying after Excess Penetrant Removal
- T-675 Developing
- T-676 Interpretation
- T-680 Evaluation
- T-690 Documentation
- T-652 Technique Standard Temperature
- T-653 - Technique Standard Temperature
- T-654 Restriction
Kelebihan
- Pengoperasiannya mudah
- Metode terbaik untuk surface breaking cracks di non-ferrous metals.
- Quantative.
Kekurangan
- Terbatas hanya untuk cacat permukaan terbuka.
- Kurang sensitivity

NOTE :
Tingkat kebersihan dari permukaan benda kerja berpengaruh terhadap daya desak
penetrant. Untuk permukaan yang kasar seperti pada casting bisa terlebih dahulu
digerinda agar rata. Area permukaan benda kerja kurang lebih sejauh 25.4 mm
dari tempat pengetesan harus bebas dari semua kotoran, grease, sisa benang kain,
scale, welding flux, spatter las, cat, oli, dan bahan-bahan lain yang dapat
mempengaruhi indikasi adanya crack
http://khairulamriengineering.blogspot.co.id/2012/01/penetran-test.html

Langkah-langkah penggunaan Penetrant


Berikut adalah langkah-langkah utama Inspeksi penetran cair / "dye penetrant
inspection" - cara kerja penetrant test:
1.

Bersihkan

permukaan

material

Permukaan uji dibersihkan terlebih dahulu agar kotoran, cat, minyak, atau
gemuk tidak menimbulkan indikasi yang tidak relevan atau palsu.

Metode

pembersihan dapat menggunakan cairan pembersihnya (Cleaner/Remover), untuk


pembersihan redusi alkali, atau uap degreasing. Tujuan akhir dari langkah ini
adalah permukaan yang bersih di mana setiap cacat terlihat dan terbentuk ke
permukaan,

kering,

dan

bebas

dari

2. Semprotkan penetrant ke area yang akan di inspeksi:

kontaminasi.

Penetran test ini kemudian diterapkan pada permukaan material bahan yang
diuji. Penetran sebaiknya diberikan "waktu tunggu" untuk meresap ke dalam
setiap kemungkinan-kemungkinan cacat yang ada (biasanya 5 sampai 30 menit).
Waktu tunggu terutama tergantung pada penetran yang digunakan, bahan yang
diuji dan ukuran kekurangan dicari. Seperti yang diharapkan, kekurangan kecil
membutuhkan waktu lebih lama dalam penetrasinya. Karena sifat yang tidak
kompatibel mereka harus berhati-hati untuk tidak menerapkan pelarut berbasis
penetran ke permukaan yang akan diperiksa dengan penetran yang telah dicuci.

3.

Bersihkan

Sisa-sisa

penetran

kemudian

sisa

dihapus

penetrant:

dari

permukaan.

Metode

penghapusan dikendalikan oleh jenis penetran digunakan. Air-dicuci, pelarutremovable, lipofilik pasca-diemulsikan, atau hidrofilik pasca-diemulsikan adalah

pilihan umum. Pengemulsi merupakan tingkat sensitivitas tertinggi, dan kimia


berinteraksi dengan penetran berminyak untuk membuatnya dilepas dengan
semprotan air. Bila menggunakan remover pelarut dan kain adalah penting untuk
tidak menyemprot pelarut pada permukaan tes langsung, karena ini dapat
menghapus penetran dari kekurangan. Jika penetran berlebih tidak benar dihapus,
setelah pengembang diterapkan, hal itu mungkin meninggalkan latar belakang di
daerah maju yang dapat menutupi indikasi atau cacat. Selain itu, ini juga dapat
menghasilkan indikasi palsu sangat menghambat kemampuan Anda untuk
melakukan pemeriksaan yang tepat.
4. Penerapan Pengembang:

Setelah penetran berlebih telah dihapus pengembang putih diterapkan pada


sampel. Jenis pengembang tersedia beberapa, termasuk: non-berair pengembang
basah , bubuk kering, air suspendable, dan larut dalam air. Pilihan pengembang
diatur oleh kompatibilitas penetran (satu tidak dapat menggunakan pengembang
yang larut dalam air atau suspendable dengan air-dicuci penetran), dan oleh
kondisi inspeksi. Bila menggunakan non-berair pengembang basah (NAWD) atau
bubuk

kering,

sampel

harus

dikeringkan

sebelum

aplikasi,

sedangkan

pengembang larut dan suspendable diterapkan dengan bagian masih basah dari
langkah sebelumnya. NAWD tersedia secara komersial dalam kaleng semprot
aerosol, dan dapat menggunakan aseton , alkohol isopropil , atau propelan yang
merupakan kombinasi dari dua. Pengembang harus membentuk semi-transparan,
bahkan lapisan pada permukaan.

Pengembang menarik penetran dari cacat keluar ke permukaan untuk


membentuk indikasi yang terlihat, umumnya dikenal sebagai berdarah-out. Setiap
daerah yang berdarah-out dapat menunjukkan lokasi, orientasi dan jenis
kemungkinan cacat pada permukaan. Menafsirkan hasil dan karakterisasi cacat
dari indikasi yang ditemukan mungkin memerlukan beberapa pelatihan dan / atau
pengalaman [ukuran indikasi bukanlah ukuran sebenarnya dari cacat]
5. Inspeksi:

Inspektur akan menggunakan cahaya tampak dengan intensitas yang


memadai (100 kaki-lilin atau 1100 lux khas) untuk dye penetrant terlihat.
Ultraviolet (UV-A) radiasi intensitas yang memadai (1.000 mikro-watt per
sentimeter kuadrat umum), bersama dengan rendah tingkat cahaya ambient
(kurang dari 2 foot-candle) untuk pemeriksaan penetran neon. Inspeksi permukaan
uji harus dilakukan setelah 10 sampai 30 menit waktu pengembangan, tergantung
jenis produk.
Ini penundaan waktu memungkinkan tindakan blotting terjadi. Inspektur
dapat mengamati sampel untuk pembentukan indikasi kapan menggunakan
pewarna terlihat. Ini juga kebiasaan yang baik untuk mengamati indikasi karena
mereka terbentuk karena karakteristik berdarah keluar adalah bagian penting dari
karakterisasi penafsiran kekurangan.
http://nondestes.blogspot.co.id/2013/08/liquid-penetrant-langkah-langkah.html
TUJUAN
Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak
merusak(Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak
berpori. Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau
diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat

luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja, metode
uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada
komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.
II. DASAR TEORI
Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan
adalah cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang
biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan
cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah
atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang paling
dalam.
Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap
penetran , sehingga terlihat bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori.
Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukanunuk cacat permukaan ( caca
retak) dan dapat digunakan untuk material metal atau non metal (keramik dan
plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak
dapat dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam kotoran,
minyak, olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran tersebut akan
menutupi cacat yang diperiksa
2. Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous)
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas gosok.
Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa
dapatdigunakan minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat
serupa denganbahan pebersih diatas. Sedangkan bahan pembersih kedua yang
fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel pada benda yang
diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set
dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin
atau acetone atau cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang
diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak beracun.

1.

Diskontinuitas dapat dikelommpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:


INHERENT (Bawaan)

o They are usually related to discontinuities found in the molen metal.


Biasanya berhubungan dengan diskontinuitas yang ditemukan dalam logam cair.
Contoh: porocity
2.
INHERENT WROUGHT DISCONTINUITIES
o Relate to the meling and solidification of the original ingot before it is formed into
slabs, blooms and billets.
Disconinuitas wrough bawaan, berhubungan dengan peleburan dan pembekuan
ingot sebelum dibentuk menjadi slab, bloom, dan billet.
3.
INHERENT CAST DISCONTINUITIES
o Relate to the melting, casting, and solidification of a cast article. Usually caused
by inherent variables such as inadequate feeding, gating, exessive pouring
temperature and entrapped gases.

Discontinuitas tuangan bawaan, berhubungan dengan peleburan, pengecoran, dan


pembekuan benda cor. Biasanya disebabkan karena variabel bawaan seperti
kurang pengisian, gating, suhu tuang berlebihan, dan gas yang terperangkap.
4.
PROCESSING DISCONTINUITIES
o They are usually related to the various manufacturing processes such as
machining, forming, exruding, rolling, welding, heat treating and plaing
Biasanya berhubungan dengan aneka proses manufakur seperti permesinan,
pembentukan, extruding, pengerolan, pengelasan , laku panas, dan pelapisan.
5.
SERVICE DISCONTINUITIES
o They are related to the various service condiions such as stress corrosion, faigue
and erosion.
6.
Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi, tegangan,
kelelahan dan erosi.

III.

PROSEDUR PENETRANT TEST


1. Surface preparation / persiapan permukaan
2. Pre cleaning/ melakuakan pembersihan terhadap material yang akan di uji
3. Aplikasi pentrant + dwell time = waktu yang dibutuhkan untuk meresap dengan
sempurna
4. Pembersihan penetrant yang berlebih secara berkala
5. Aplikasi developer = cairan untuk memunculkan sebuah indikasi
6. Evaluasi
7. Post cleaning

IV.
1.
2.
3.

V.
2.

VI.

KRITERIA PENERIMAAN
Indikasi linear relevant
Indikasi rounded relevant yang ukurannya >3/16 Inchi (5mm)
4 atau harus lebih indikasi rounded relevanyang jaraknya kurang dari 1/16 Inchi
(1.5mm)
Dimana:
1. Indikasi linear relevan adalah indikasi
ALAT DAN BAHAN
1. Spesimen uji atau benda uji
Cairan penetran ada yang bewarna (merah 0 atau berpendar (fluerseent ) pada
cahaya lampu ulra violet
3. Cleaner (pembersih)
4. Developer, berbentuk serbuk atau cairan.
ANALISA DATA
Setelah melakukan test uji penetrant, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan test uji penetrant. Diantaranya adalah prosedur
pelaksanaan dan accepted criteria (kriteria penerimaan)

Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji penetrant


test, persiapan alat dan bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan
benda kerja juga sangat perlu untuk diperhatikan, karena jika suatu benda kerja
yang hendak dilakukan test uji pentrant pada permukaanya masih terdapat kotoran
seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan mempengaruhi hasil uji
penetrant.
Pada saat proses uji penetrant, kita juga perlu memperhatikan teknik
penyemprotan cairan penetrant, karena jika terlalu banyak volume cairan yang
disemprokan ke benda uji, maka hal ini akan dapat memperboros cairan penetrant.
Selain itu, teknik pembersihan sisa penetrant menggunakan cairan cleaner harus
benar-benar bersih, karena jika masih terdapat sisa penetrant yang menempel di
benda uji, maka saat disemprotkan developer akan menimbulkan indikasi palsu.
Pengaplikasian developer saat pengujian Penetrant Test juga harus
diperhatikan. Karena jika volume developer yang disemprotkan ke benda uji
terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan cairan penetrant yang seharusnya
memunculkan indikasi akan tidak nampak karena sisa penetrant tidak sampai
muncul ke permukaan developer.

VIII.

IX.

KESIMPULAN
Dari hasil penetran test terhadap material tipe SA -36, Kami tarik
kesimpulan bahwa uji penetran test hanya bisa mendeteksi diskoninuitas
dipermukaan saja seperti crack dan porosity.
Uji penetran ini, bisa digunakan untuk menguji material yang
permukaannya tidak berpori. Teknik pengujian menggunakan penetrant test ini
meliputi 3 cara, yaitu solvent removable, water-washable dan post emulsifer yang
mana kita bisa memilih metode itu berdasarkan keperluan bagian-bagian mana
saja yang perlu diuji.

DAFTAR PUSTAKA
ASME V / Artikel 6 tentang uji penetrant.
M.Munir, Moh, dan Moh horiq. 2000. Modul Praktek Uji Bahan.

Pengujian NDT Dengan Metode Dye Penetrant


Dye Penetrant (penetran cair) merupakan inspeksi pada cacat yang
menggunakan prinsip kapilaritas pada cairan. Prinsip kerjanya adalah dengan
menetrasi cacat terbuka pada permukaan benda. Uji Tak Rusak dengan
menggunakan cairan penetran dapat digunakan pada benda ferro dan non ferro,
konduktor dan non konduktor, magnetik dan non magnetik, serta semua bahan
alloy dan plastik. Kelemahan pengujian tak rusak dengan metode ini adalah
pendeteksian cacat hanya bisa dilakukan pada permukaan benda uji.

a)

Prosedur umum yang dilakukan pada pengujian ini antara lain :


Pembersihan awal (pre cleaning)
Permukaan bahan uji harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang
akan menghalangi masuknya cairan penetran masuk ke dalam cacat. Permukaan
harus bebas dari cat, kotoran, kerak, pernis, minyak, tambalan, pelumas, oksida,
lilin, karat, cairan pemesinan, dan sisa dari inspeksi penetran sebelumnya.

Suatu prosedur pembersihan yang baik akan menghilangkan semua


kontaminan dari benda uji dan tidak meninggalkan sisa-sisa yang dapat
mengganggu proses inspeksi. Cara yang digunakan untuk pre cleaning antara lain:
Deterjen (detergent)
Uap penghilang lemak (vapor degreasing)
Uap pembersih (steam cleaning)
Zat pelarut pembersih (solvent cleaning)
Pembersih dengan ultrasonic (ultrasonic cleaning)
Di etsa (etching)

b) Penggunaan cairan penetran


Setelah permukaan telah dibersihkan dengan seksama dan dikeringkan,
bahan penetran digunakan dengan cara penyemprotan, pengolesan, atau
pencelupan benda uji ke suatu bak berisi penetran.

Setelah penggunaan penetran, maka dibutuhkan waktu beberapa saat agar


cairan penetran benar-benar meresap ke dalam cacat. Waktu yang dibutuhkan
cairan penetran agar dapat meresap ke dalam cacat disebut penetrant
time/penetrant dwell time. Waktu yang dibutuhkan biasanya berkisar antara 5-60
menit.
c)

Menghilangkan sisa penetran


Kelebihan sisa penetran yang ada di permukaan benda uji, haruslah
dihilangkan sampai sekecil mungkin. Pembersihan dilakukan dengan cara yang
berbeda tergantung pada jenis penetran yang digunakan.

Jenis-jenis penggunaan cairan penetran dapat dikategorikan berdasar pada


jenis pembersih yang digunakan, yaitu yang dapat dibersihkan dengan pelarut dan
yang dapat dibersihkan dengan air. Jenis pembersih penetran diantaranya Waterwashable, Solvent-removable, Lipophilic post-emulsifiable, dan hydrophilic postemulsifiable.
d) Pengeringan
Setelah proses menghilangkan cairan penetran dilakukan, proses
pengeringan harus dilakukan dengan udara panas yang ditiup dengan blower
dimana suhunya tidak boleh melebihi 225 F.
e)

Penggunaan zat pengembang (developer)


Untuk menarik cairan penetran agar muncul ke permukaan digunakan cairan
pengembang. Jenis pengembang ada dua jenis yakni bentuk cair dan jenis kering.
Pengembang jenis cair terbuat dari bahan bubuk yang dilarutkan pada air dan
volatile solvent. Zat pengembang harus berwarna putih agar dapat memberikan
kontras warna terhadap cairan penetran, dengan begitu cacat akan terlihat jelas.

Zat pengembang jenis kering umumnya digunakan untuk cairan penetran


jenis fluorescent sedangkan pengembang cair digunakan pada cairan penetran
kontras warna. Penggunaan cairan pengembang diperlihatkan pada gambar di
bawah ini :

f)

Interpretasi cacat
Interpretasi cacat yang timbul harus dilakukan sesegera mungkin setelah
terlihat adanya indikasi pada zat pengembang. Untuk mendapatkan hasil
interpretasi yang baik pada pemeriksaan dengan metode penetran cair jenis
fluorescent harus dilakukan pda ruangan yang gelap dengan bantuan lampu
ultraviolet (black light).
Penetrant Test

Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada konstruksi yang


menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah
perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau inspeksi tersebut diperlukan
suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu mendeteksi keberadaan
diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT (Non
Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Uji liquid
penetrant ini dapat digunakan untuk mengetahui diskontinyuitas halus pada
permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran. Pada prinsipnya metoda
pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk kedalam
diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan dari dalam
diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang (developer) yang
warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih). Terdeteksinya diskontinyuitas

adalah dengan timbulnya bercak-bercak merah (liquid penetrant) yang keluar dari
dalam diskontinyuitas
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
Gambar 4.1. Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran,
bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid
penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil.
Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas.
Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface
cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll. Penggunaan uji liquid
penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja tetapi juga pada
ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda hasil powder metalurgi.

Gambar 4.1 Proses kapilaritas pada specimen uji


Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:
1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan
tersebut merembat hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan
yang ada dibawah permukaan benda, tidak akan terdeteksi dengan
menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda
hasil hasil metallurgy yang kurang padat.
Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya:
Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki perbedaan
yang mencolok. Pemilihan salah satu sistem bergantung pada faktor-faktor berikut
ini :

Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki

Karakteristik umum discuntinuity/ keretakan logam

Waktu dan tempat penyelidikan

Ukuran benda kerja

Metoda pengujian liquid penetrant ini diklasifikasikan sesuai dengan cara


pembersihannya, yaitu:
1. Water washable penetrant system
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses pengerjaannya cepat
dan efisien. Pembilasan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetran
dapat terhapus habis dari permukaan diskontinyuitas.
2. Post emulsifible system
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, menggunakan
penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan
dengan oli dan membutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu
pembubuhan emulsifier yang dibiarkan pada permukaan spesimen.
3. Solvent removable system
Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan
penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara
optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan lap
yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan
dengan menggunakan kain kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara
membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent.
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible penetrant
Visible penetrant adalah zat pewarna merah yang tampak jelas di bawah kondisi
pencahayaan normal. Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini
ditunjukkan pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna
developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi
membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent penetrant

Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disinar UV Fluorescent
penetrant bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap
cahaya ultra violet yang lemah pada ruangan yang gelap.
Evaluasi Indikasi
Indikasi akan dinyatakan oleh retensi penetrant partikel. Semua
indikasi seperti itu tidak selalu sempurna, tetapi bila permukaan yang kasar sangat
banyak, penetrant akan merembes ke HAZ, dll. Hal tersebut dapat menghasilkan
indikasi yang serupa. Indikasi yang tidak sempurna mungkin akan menjadi lebih
besar. Namun ukuran indikasi merupakan dasar untuk penerimaan evaluasi. Hanya
indikasi yang memiliki dimensi yang lebih besar dari 1/16 inchi akan dianggap
relevan. Indikasi apapun yang di pertanyakan atau meragukan akan dikaji ulang
untuk menentukan apakah relevan atau tidak relevan.
Standart penerimaan
Dalam pengujian penetrant dapat dinyatakan bahwa material tersebut dapat
diterima apabila permukaannya bebas dari :
1. Relevant linier indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier dan akan direject apabila pada cacat
tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya dan yang besarnya lebih dari
1
/16 in. (1,6 mm).

2. Relevant rounded indication


Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada cacat tersebut
memiliki panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
1. Material tersebut akan direject apabila memiliki panjang atau lebar
indikasi lingkaran lebih dari 3/16 (4,8 mm).
2. Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau lebih indikasi
lingkaran yang tersusun dalam satu baris, dengan jarak antara indikasi
lingkaran kurang dari 1,6 mm.
3. INSPEKSI CAIRAN PERESAP ( LIQUIT PENETRANT INSPECTION )
4. Cacat yang mampu dideteksi dengan uji ini adalah keretakan yang bersifat
mikro. Yaitu keretakan yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Deteksi keretakan dengan cara ini tidak tergantung pada ukuran, bentuk,

arah keretakan, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant


dapat meresap ke dalam celah retakan yang sangat kecil bahkan ke dalam
keretakan yang hanya sedalam 4 mikron (410-6 m). Penyerapan liquid
penetrant ke dalam celah retakan terjadi karena daya kapiler. Proses ini
banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface
cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll. Sedangkan
seberapa dalam keretakan tersebut tidak mampu dideteksi dengan uji ini.
Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non
ferrous saja, tetapi juga pada ceramics, plasik, gelas, dan benda-benda
hasil powder metallurgi.
F Lingkup pemakaian uji liquid penetrant
Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas yakni :
a. Keretakan atau kekeroposan yang diselidiki dapat dideteksi apabila
keretakan tersebut terjadi sampai ke permukaan benda. Keretakan di
bawah permukaan (subsurface cracks) tidak dapat dideteksi dengan cara
ini.
b. Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi yang palsu.
c. Tidak dianjurkan menyelidiki benda-benda hasil powder metallurgi
karena kurang padat (berpori-pori).
F Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya
Ada tiga macam sistem liquid penetrant yang dapat digunakan ketiganya
memiliki perbedaan yang mencolok.
Pemilihan salah satu sistem bergantung pada faktor-faktor :
1) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
2) Karakteristik umum keretakan logam
3) Waktu dan tempat penyelidikan
4) Ukuran benda kerja
5. Ketiga sistem liquid penetrant yang dapat digunakan adalah :
The Water Washable Penetrant System
Direncanakan agar liquid penetrant dapat dibersihkan dari sistem serupa.
Sistem ini dapat berupa flucreacont atau fisibledye. Prosesnya cepat dan
efisien. Pembasuhan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid
penetrant dapat terhapus habis dari permukaan yang retak. Derajat dan
kecepatan pembasuh untuk proses ini tergantung pada karakteristik dari
spray nozzle, tekanan, temperatur air selama pembasuhan, kondisi
permukaan benda kerja, dan karakteristik liquid penetrant sendiri.
6. The Post Emulsifisible System
Untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, digunakan penetrant yang
tidak dapat dibasuh dengan air (not water washable). Hal ini penting agar

tidak ada kemungkinan penetrant terbasuh oleh air. Penetrant jenis ini
dilarutkan dalam oli dan membutuhkan langkah tambahan pada saat
penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier dibiarkan pada permukaan
benda kerja, harus dibatasi waktunya agar penetrant yang berada di dalam
keretakan tidak menjadi water washable agar tidak ikut terbasuh
7. The Solvent Removeable System
Kadang-kadang dibutuhkan penyelidikan pada daerah yang sempit pada
permukaan benda kerja yang penyelidikannya dilakukan di lapangan.
Biasanya benda kerjanya besar atau ongkos pemindahan benda kerja ini
dari lapangan ke tempat penyelidikan adalah relatif mahal. Untuk situasi
seperti ini solvent removable system digunakan pada saat pembersihan
pendahuluan (pracianing) dan pembasuhan penetrant. Proses seperti ini
sesuai dan sangat luas digunakan untuk inspeksi lapangan. Penetrant jenis
ini larut dalam oli. Pembersihan pelarut secara optimum dapat dicapai
dengan cara mengelap permukaan benda kerja dari penetrant dengan lap
yang dibasuhi solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan kain
kering. Penetrant dapat pula dibasuh dengan cara membanjiri permukaan
benda kerja dengan solvent. Cara ini diterapkan pada benda kerja yang
besar. Tetapi pelaksanaannya harus berada dalam keretakan tidak ikut
tebasuh. Proses seperti ini biasanya dilakukan untuk aplikasi yang khusus,
karena prosesnya memakan tenaga yang relatif banyak dan tidak praktis
untuk diterapkan sebagai inspeksi pada hasil produksi. Proses ini
merupakan proses liquid penetrant inspection yang paling sensitive bila
dilakukan dengan cara yang baik.
F Kalsifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu :
1) Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya yang kontras terhadap latar belakang warna
developernya. Proses ini tidak membutuhkan cahaya ultraviolet, tetapi
membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk pengamatan. Walaupun
sensitivitas penetrant jenis ini tidak setinggi jenis fluorecent, tetapi cukup
memadai untuk berbagai kegunaan.
8. 2) Fluorecent Penetrant
Liquid penetrant jenis ini adalah liquid penetrant yang dapat berkilau bila
disensitivitas. Fluorecent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan
gelap. Ada tiga tingkatan sensitivitas, yaitu :
a. Sensitivtas normal (cahaya normal)
b. Sensitivitas tinggi (cahaya gelap)

c. Sensitivitas ultra tinggi (infra merah)


Pemilihan penggunaan sensitivitas penetrant bergantung pada kekritisan
inspeksi, kondisi permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan
tingkat sensitivitas yang diinginkan.
3) Dual Sensitivity Penetrant
Ini adalah gabungan dari visible penetrant dan fluorecent penetrant,
maksudnya adalah benda kerja mengalami dua kali pengujian yaitu :
visible penetrnat dan fluorecent penetrant, sehingga dengan duel
sensitivity dapat diperoleh hasil yang lebih teliti dan akurat.
9. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
10. Uji cairan penetran dilaksanakan denga tahapan sebagai berikut:
1. Permukaan yang diperiksa dibersihkan dari kotoran yang mungkin
menyumbat/menutupi celah
2. Permukaan yang bersih dilapisi oleh cairan penetran dalam waktu
tertentu agar cairan penetran dapat masuk kedalam celah. Pelapisan dapat
dilakukan melalui penyemprotan pengolesan atau pencelupan.
3. Sisa cairan penetran di permukaan yang tidak masuk kedalam celah
dibersihkan
4. Permukaan dilapisi developer untuk menyedot ke luar cairan penetran
yang berada dalam celah, agar menghasilkan indikasi
5. Permukaan diinspeksi secara visual untuk dideteksi adanya indikasi
6. Benda uji dicuci/dibersihkan, bila perlu diberi perlakuan anti kar
11. INSPEKSI ARUS EDDY ( EDDY CURRENT )
12. Inspeksi arus eddy current juga disebut inspeksi induksi elektromagnetik ,
adalah teknik isnpeksi untuk mengidentifikasi atau membedakan antara
kondisi fisik , struktural , dan metalurgi bahan ferromagnetic atau non
ferromagnetic
13. Inspeksi arus eddy digunakan untuk :
1. mengukur atau mengidentifikasi kondisi dan sifat konduktifitas
listrik , permabilitas magnetic , ukuran kristal ( grain size ) , kondisi
perlakuan panas ( heat treatment ) , kekerasan ( hardness ) , dan kondisi
fisik
2. mendeteksi cacat seperti seam , retak , voids , dan inklusi
3. untuk memilah metal berbeda ( dissimilar dan mendeteksi beda
komposisi , struktur mikro , dan sifat lainnya
4. untuk mengukur lapisan non kondoktif pada material yang konduktif ,
atau lapisan non konduktif pada metal yang magnetic .

14. adapun keterbatasannya antara lain :


15. kepekaan metode ini terhadap sifat dan karacteristic material , dapat
memusingkan karena seringkali hal hal yang tidak berarti dari aspek
material atau daya guan bagian yang seringkali diinspeksi , memberikan
sinyal yangm justru mengaburkan variable yang penting , sehingga dapat
mengakibatkan interprestasi yang salah .
16. Metode Inspeksi Arus Eddy
17. Di dallam IAE, arus eddy menghasilkan medan elektomagnet yang dapat
dideteksi melalui pengaruh medan elektromagnet pada koil penggerak
utama (primary exiting coil) atau melalui sensor tersendiri.
18. Pada bahan elektromagnetik, medan elektromagnetik secondary dihasilkan
semata-mata dari arus eddy. Namun sebaliknya dalam hal bahan
feromagnetik, biasanya pengaruh magnetik tambahan cukup kuat untuk
mengalingi (overshadow) medan arus eddy yang sebenarnya.
19. Pengaruh medan magnet yang berasal dari permebilitas benda uji dapat
dihapus dengan magnetisasi bahan tersebut sehingga kenyang. Jika
pengaruh permeabilitas tidak dihapus metode inspeksi lebih dikategorikan
sebagai inspeksi elektromagnetik atau induksi magnetik
(magnetoinductive).
20. Indikasi Arus Eddy bervariasi dalam kesulitannyatergantung dari
persyaratan inspekasi yang ditentukan. Pada umumnya IAE diharuskan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
21. 1) Penggiatan (excitation) koil inspeksi.
2) Modilasi (penyetelan) sinyal keluaran koil inspeksi oleh benda uji.
3) Sinyal keluaran koil inspeksi diproses sebelum diperkuat
(amplifikasi).
4) Amplifikasi sinyal koil.
5) Pendektesian atau demodulasi sinyal koil biasanya disertai dengan
analisis atau pembedaan (diskriminasi) sinyal.
6) Penyajian (display) sinyal pada meter, osilograf, osiloskop, atau
recorder.
7) Perlajuan pada benda uji.
8) Dudukan pada rakitan koil inspeksi.
22. INSPEKSI BUTIR MAGNETIC ( MAGNETIC PARTICLE TEST )

23. Inspeksi butir magnetik digunakan untuk mengungkap cacat atau


nonkonformasi dipermukaan dan dibawah permukaan (subsurface) dengan
memanfaatkan kebocoran garis-garis gaya magnetik (flux) pada
permukaan beda uji, sehingga dengan menyemprotkan butir ferromagnetik
akan berkumpulah serbuk magnetik tersebut pada bocoran flux tadi
sehingga karenanya terungkaplah jenis dan dimensi cacat permukaan dan
bawah permukaan.
24. Keuntungan dan Kerugiannya
25. Inspeksi butiran magnetik juga memerlukan sumber tenaga listrik untuk
menghaslkan gaya elektromagnetik. Selanjutnya walaupun terdapat
sumber tenaga listrik, inspeksi ini masih memerlukan piranti khusus untuk
peleksanaannya seperti yoke, horseshoe, kabel-kabel khusus dll.
26. Keuntungan penggunaan butir magnetik adalah sebagai berikut:
27. indikasi cacat langsung tampak dilokasi keberadaannya.
Tidak memerlukan kalibrasi peralatan.
Tidak memerlukan pembersihan awal pada permukaan uji.
Tidak ada batasan terhadap luas permukaan uji.
28. Magnetisasi
29. Magnetisasi didapatkan dari arus listrik searah yang dihasilkan dari
rectifier atau dari generator arus searah.
Untuk maksud mengungkap berbagai jenis defect yang bergerak pada
permukaan uji dengan segala dimensi dan arah, maka didisain beberapa
konfigurasi elektroda dan kabel untuk menghasilkan berbagai arah garisgaris magnet atau flux, misalnya longitudinal, melingkar, dan sirkular pada
permukaan datar.
Flux longitudinal akan mengungkap jenis defect yang melintang flux,
yakni jenis defect yang transversal.
Flux yang melingkar panjang benda uji yang panjang akan mengungkap
seluruh jaenis defect yang longitudinal.
Flux yang melingkar pada permukaan uji akan mengngkap jenis-jenis
defect diantara dua elektroda.
30. Kelebihan dan kekurangan penggunaan magnet permanen sebagai sumber
tenaga untuk membentuk ladang magnet adalah sbb:
Keuntungannya tidak memerlukan unit pembangkit tenaga atau sumber
arus listrik , sehingga dapat digunakan dilokasi yang tidak memiliki
sumber arus listrik.

Kekurangannya adalah bahwa magnet permanen tidak dapat memberikan


magnetisasi pada permukaan yang luas, jika kekuatan magnet pemanennya
besar, sulit untuk menggerakannya, dan serbuk ferromagnetik lebih tertarik
pada sumber magnet daripada berkumpul pada bocoran flux dipermukaan
uji untuk mengungkap defect disubsurface
Yoke adalah piranti untuk menggerak-gerakan dua kutub magnet sekaligus
diatas permukaan uji guna membuat ladang magnet yang dapat
mengungkap keberadaa defect atau cacat subsurface dalam benda uji.

Anda mungkin juga menyukai