Anda di halaman 1dari 20

`

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN


PENETRANT TEST

Oleh :

1. Emy Suciati

( 0514040018 )

2. Ardino Putra Perbawa

( 0514040022 )

3. Akhmad Fachrul R.

( 0514040026 )

4. Khairunnisa Ghina S.

( 0514040031 )

Kelompok : 1 ( SATU ) / K3-3A

PROGRAM STUDI
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Tahun 2015 2016

BAB V
PENETRANT TEST
5.1

Pendahuluan

5.1.1 Latar belakang


Pemeriksaan bahan merupakan suatu cara untuk mengetahui
keadaan dari suatu bahan, dengan menggunakan metode-metode yang
ada dalam tata cara untuk mengetahui retak atau cacat dari suatu bahan.
Metode NDT ( Non Destructive Test ) merupakan metode yang mudah
dilakukan untuk mengetahui cacat atau retakan yang ada pada suatu
bahan benda uji. Dengan metode NDT benda uji yang diteliti lebih
mudah diketahui cacat atau retakannya yang ada pada permukaannya.
Metode yang digunakan adalah metode liquid penetrant inspection
yang merupakan pengujian pada permukaan benda uji dengan
membersihkan terlebih dahulu benda yang akan diuji, setelah itu
disemprotkan dengan cleaner, setelah beberapa menit dilap dengan kain
bersih, kemudian disemprotkan solvent dan didiamkan selama 10-15
menit dan dilap kembali sampai bersih, penyemprotan terakhir
menggunakan developer yang pada akhirnya juga dilap sehingga tersisa
warna merah pada permukaan yang terdapat cacat. Dengan demikian
dapat diketahui permukaan yang terdapat cacat pada suatu benda yang
diteliti.

5.1.2 Tujuan praktikum


Tujuan dari dilakukannya praktikum penetran ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu melakukan pengujian NDT (Non Destructive
Test) dengan Liquid Penetrant terhadap suatu komponen.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen dapat
diuji dengan Liquid Penetrant.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis cacat yang mampu
dideteksi dengan Liquid Penetrant.
4) Mahasiswa mampu menindaklanjuti discontinuity yang ditemukan
dari hasil uji Liquid Penetrant.

5.2

Dasar Teori
Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada
konstruksi yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara
rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan
mempermudah perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau
inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu
mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis
NDT ( Non-Destructive Test ) yang relatif mudah dan praktis untuk
dilakukan. Uji liquid penetrant ini dapat digunakan untuk mengetahui
diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau
kebocoran. Pada prinsipnya metode pengujian dengan liquid penetrant
memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk
kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan
dari dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang
(developer) yang warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).
Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
gambar. Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran,
bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid
penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil.
Pengujian penetran tidak dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas.
Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan
(surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll.
Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non
ferrous saja tetapi juga pada keramik, plastik, gelas, dan benda-benda hasil
powder metallurgi.
Adapun proses pengujian penetran dapat di lihat dengan Gambar 5.1
dan juga Gambar 5.2 di bawah ini:

Gambar 5.1 Dasar Pengujian Penetran

Gambar 5.2 Proses Kapilaritas pada Spesimen Uji

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:


1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika
keretakan tersebut merembat hingga ke permukaan benda.
Sedangkan keretakan yang ada dibawah permukaan benda, tidak
akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki bendabenda hasil metallurgy yang kurang padat.

5.2.1 Klasifikasi penetran sesuai cara pembersihannya


Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki
perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu sistem bergantung pada
faktor-faktor :
1. Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
2. Karakteristik umum discontinuity/keretakan logam
3. Waktu dan tempat penyelidikan
4. Ukuran benda kerja

Metoda pengujian liquid penetrant ini diklasifikasikan sesuai


dengan cara pembersihannya, yaitu:
1. Water Washable Penetrant System
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses
pengerjaannya cepat dan efisien. Pembilasan harus dilakukan secara
hati-hati, karena liquid penetrant dapat terhapus habis dari permukaan
diskontinyuitas.
2. Post Emulsifible System
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil,
menggunakan penetran yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetran
jenis ini dilarutkan dengan oli dan membutuhkan langkah tambahan
pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang dibiarkan
pada permukaan spesimen.
3. Solvent Removable System
Solvent removable merupakan sistem yang digunakan pada saat pre
cleaning dan pembasuhan penetran. Penetran jenis ini larut dalam oli.
Pembersihan penetran secara optimum dapat dicapai dengan cara
mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan
dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan
menggunakan kain kering. Penetran juga dapat dihilangkan dengan
cara membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent.

5.2.2 Klasifikasi penetran berdasarkan cara melihatnya


Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini
ditunjukkan pada penampilan luarnya yang kontras terhadap latar
belakang warna developernya. Proses ini tidak membutuhkan
pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas.
Fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Pada sistem ini, spesimen mengalami dua kali pengujian yaitu visible
penetrant dan fluorescent penetrant, sehingga dengan dual sensitivity
dapat diperoleh hasil dengan ketelitian yang lebih tinggi dan akurat.

5.2.3 Acceptance criteria


Menurut ASME pengujian harus bebas dari:
1. Indikasi linier yang relevan.
2. Indikasi Rounded yang relevan yang memiliki panjang lebih besar
dari 3/16 inchi (5 mm)
3. Empat atau lebih indikasi rounded yang relevan dalam satu garis
yang jarak antar tepinya masing-masing 1/16 inchi (1,5 mm) atau
kurang.

5.3

Peralatan dan Bahan

5.3.1 Peralatan
Alat yang di gunakan dalam pengujian penetran adalah:
1. Penggaris

4.

Lampu (pada Gambar 5.3)

2. Kamera

5.

Light Meter (pada Gambar 5.3)

3. Timer (Stop Watch)

Gambar 5.3 Lightmeter dan lampu


5.3.2 Bahan
Bahan atau spesimen yang di gunakan adalah sebagai berikut:
1. Spesimen uji berupa Plat Weld jenis A1 dan B3
2. Cleaner (SKC S Magnaflux)
3. Liquid Penetrant (SKL SP 11 Magnaflux)
4. Developer (SKD NF / ZP 9)
5. Kain dan Tissue
Dapat di lihat pada Gambar 5.4, menunjukkan liquid penetrant
(kiri) , cleaner (tengah) dan juga developer (kanan)

Gambar 5.4 Liquid Penetrant ,Cleaner, dan Developer

5.4

Prosedur Keselamatan
Sebelum praktikum pengujian bahan dilakukan, mahasiswa harus
meyakinkan dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung
Diri) sebagai berikut :
1. Pakaian dan celana bengkel
2. Safety shoes
3. Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan percobaan
4. Sarung tangan pada saat mengetsa
5. masker

5.5

Prosedur Kerja ( Bagan )


Dalam prosedur kerja liquid penetrant test terdapat tujuh urutan
pengujian benda kerja seperti yang terlihat pada Gambar 5.5

Gambar 5.5. Diagram Urutan Uji Penetran

5.6

Langkah Kerja

5.6.1 Menentukan teknik uji penetran


Sebelum percobaan dilakukan ditentukan terlebih dahulu teknik
yang digunakan dalam Liquid Penetrant Test, yaitu dengan menggunakan
Solvent Removable System. Solvent removable system digunakan pada
saat pre cleaning dan pembasuhan penetran.
Penetran jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara
optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja
dengan lap yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap akhir dari
pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain kering. Percobaan
kemudian dilakukan dengan menggunakan material uji selanjutnya.
.
5.6.2 Pre cleaning
Pertama-tama sebelum dilakukan pengujian liquid penetrant,
spesimen dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengelap permukaan
menggunakan kain lap, kemudian kain lap yang lebih bersih dibasahi
dulu dengan cleaner lalu digosokkan pada spesimen untuk membersihkan
spesimen dari kotoran, oli, lemak-lemak, dll. Kemudian spesimen
disemprot dengan cleaner lalu material uji di lap hingga benar-benar
bersih. Proses ini dapat di lihat pada Gambar 5.6 di bawah ini.

Gambar 5.6 Pre Cleaning

5.6.3 Penentuan dwell time


Sebelum dilakukan penyemprotan liquid penetrant terlebih dahulu
ditentukan Dwell Time yang digunakan untuk proses penetrasi liquid
penetrant dengan baik. Dwell Time ditentukan dengan dua pertimbangan,
yang pertama ditentukan dari bahan penetran tersebut, dan yang kedua
menggunakan tabel standard dari ASME 2001 section V article 6,
berdasarkan bahan yang digunakan. Karena material ujinya berupa baja
maka Dwell Time minimumnya adalah 5 menit.

5.6.4 Aplikasi liquid penetrant


Setelah itu dilakukan penyemprotan liquid penetrant ke material
uji dengan Dwell Time 10 menit yang ditujukan agar diperoleh penetrasi
liquid penetrant yang baik. Selain itu juga warna liquid penetrant yang
digunakan berbeda (kontras) dengan warna developer yang digunakan
supaya dapat diketahui secara visual diskontinyuitas yang ada. Proses
pengaplikasian penetran dapat di lihat pada Gambar 5.7 di bawah ini:

Gambar 5.7 Aplikasi Liquid Penetrant

5.6.5 Cleaning sisa penetran


Setelah liquid penetrant disemprotkan, dan dengan menggunakan
Dwell Time 10 menit, liquid penetrant yang ada di daerah spesimen yang
akan diamati, dibersihkan dengan menggunakan solvent. Caranya yaitu
dengan mengelap permukaan spesimen dengan kain yang telah
dilembabkan dengan solvent dengan arah searah. Perhatian, kain yang
digunakan harus bersih karena dikhawatirkan kotoran yang ada pada kain
akan menempel pada spesimen uji.

5.6.6 Aplikasi developer


Setelah 10 menit liquid penetrant yang telah disemprotkan pada
material uji dibersihkan bagian atasnya (permukaannya) dengan
menggunakan lap kering. Setelah itu agar permukaan material uji lebih
bersih dari liquid penetrant maka permukaan material uji dibersihkan
dengan lap ataupun kertas penyerap yang dilembabkan dengan cleaner
untuk membersihkan permukaan spesimen hingga tidak ada lagi sisa
penetrant yang ada kecuali yang meresap di dalam diskontinyuitas.
Sebelum diberi (disemprotkan) developer terlebih dahulu dilihat
Dwell Time dari developer yang digunakan. Dwell Time dari developer
yaitu minimum 10 menit. Setelah itu barulah disemprotkan ke material
uji dengan jarak penyemprotan

25 sentimeter sehingga diperoleh

penyemprotan yang rata ke seluruh permukaan material uji.


Pengaplikasian cairan developer ke benda uji dapat di lihat pada
Gambar 5.8 di bawah ini:

Gambar 5.8 Aplikasi Developer

5.6.7 Evaluasi
Setelah spesimen disemprot dengan liquid penetrant dengan rata,
kemudian ditunggu selama 10 menit hingga benar-benar diperoleh hasil
yang baik lalu kita mengamati adanya warna liquid penetrant yang
tampak karena terangkat keluar kepermukaan oleh developer.Warna yang

tampak tersebut kemudian diukur panjangnya dan didokumentasikan


untuk diperoleh data yang lebih baik mengenai diskontinyuitas yang
diperoleh dari pengujian Non-Destructive Test dengan menggunakan
Liquid Penetrant. Dengan serangkaian proses yang telah diselesaikan, di
lakukan proses evaluasi. Dapat di lihat pada Gambar 5.9, terdapat
indikasi indikasi cacat pada benda uji.

Gambar 5.9 Evaluasi Hasil Percobaan

5.6.8 Post cleaning


Setelah diadakan evaluasi, tahap yang terakhir yaitu pembersihan
spesimen. Spesimen dibersihkan dengan cara mengelap permukaan
menggunakan kain lap, kain lap yang telah dibasahi dengan cleaner,
kemudian spesimen disemprot dengan cleaner kemudian dilap lagi
dengan kain lap. Hal ini ditujukan agar liquid penetrant dan developer
yang telah disemprotkan pada spesimen dapat terangkat, sehingga
spesimen bersih seperti pada tahap pre-cleaning.

5.7

Analisa Data

5.7.1 Data hasil percobaan


Dari hasil pengujian penetran, di dapat beberapa cacat yang tidak
bisa di tolerir, yang dapat di lihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Data percobaan
Type of Penetrant

visible

fluorescent

dual sensitivity

Method

solvent removable

water-washable

post emulsifier

Time
Surface condition

Precleaning 5 min

emulsifying ... min

Penetration 10 min

Developing 10 min

weld

machine

grind

process

Range

No.

Part / Item

..

base metal

weld part

edge preparation

repair weld

back chipping

Size (mm)

Result
Type of defect

Accepted

BENDA UJI B3

L1

2,10 x 1,94

Rounded

L2

2,66 x 1,38

Rounded

L3

1,90 x 1,12

Rounded

L4

1,52 x 2,64

Rounded

L5

3,62 x 1,72

Rounded

L6

1,80 x 0,82

Linear Indication

L7

1,90 x 0,82

Linear Indication

Reject

Remark

Tabel 5.1 Data percobaan ( Lanjutan )


BENDA UJI A1
2

L1

22,5 x 1,58

Linear Indication

L2

18 x 0,96

Linear Indication

L3

19,54 x 1,48

Linear Indication

L4

36,54 x 1,62

Linear Indication

L5

1,12 x 0,78

Rounded

Lighting equipment :

Light meter LM 100F / No : 0201

Light intensity

B3 = 102,7 Fc

A1 = 106,2 Fc
Distance between lamp with specimen : 20 cm

Pada percobaan ini kami menggunakan dwell time untuk pre


cleaning 5 menit, untuk liquid penetrant 10 menit, dan untuk aplikasi
developer 10 menit. Dan skema pada saat menggunakan lighmeter dapat
di lakukan pada jarak 20 cm dari sumber cahaya ke benda uji, dapat di
lihat pada Gambar 5.10 di bawah ini:

a. Plat Weld Jenis B3

b. Plat Weld Jenis A1

Gambar 5.10 Intensitas Cahaya Lampu terhadap Material

14

5.7.2 Gambar hasil percobaan


Gambar hasil pengujian yang menunjukkan cacat dapat di lihat
pada Gambar 5.11 untuk spesimen uji jenis B3 dan Gambar 5.12 untuk
spesimen uji jenis A1. Pada Gambar 5.11 untuk spesimen uji jenis B3
menunjukkan skema cacat pada logam lasan yang cukup banyak. Yang
mana terdiri dari linear indication dan juga rounded.

(a)

(b)
Gambar 5.11 Cacat pada Spesimen Uji Jenis B3

Sedangkan pada Gambar 5.12 untuk hasil pengujian cacat lasan


pada spesimen uji jenis A1, terlihat lebih banyak sketsa cacat linier
indication dibandingkan rounded, dapat di lihat sebagai berikut :

(a)

(b)
Gambar 5.12 Cacat pada Spesimen Uji Jenis A1

5.7.3. Pembahasan
Dari data hasil pengujian liquid penetrant ada 12 indikasi yang
didapatkan, 6 berupa Rounded Indication dan 6 Linear Indication.
Terdapat 2 Linier Indication dan 6 Rounded Indication yang dapat
diterima (Accepted), sedangkan 4 Linier Indication lainnya ditolak
(Rejected) karena tidak memenuhi syarat sesuai dengan standard ASME.
Sehingga hasil pengelasan pada spesimen ini tidak dapat diterima dan
harus mengalami perbaikan (reparasi).

5.8

Penutup

5.8.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengujian liquid penetrant cukup sederhana dan ekonomis, serta
pengujian liquid penetrant termasuk pengujian yang dapat dilakukan
dimana saja (portable) dibandingkan dengan pengujian yang lain.
2. Cacat yang dapat diamati dengan pengujian liquid penetrant adalah
cacat pada daerah permukaan, untuk cacat yang terletak pada daerah
sub-surface tidak dapat diamati dengan pengujian liquid penetrant.
3. Material yang diuji pada pratikum ini tidak layak digunakan karena
terdapat banyak cacat pengelasan yang tidak memenuhi kriteria
penerimaan pengujian, sehingga harus dilakukan reparasi terlebih
dahulu.
4. Dengan pengujian liquid penetrant, maka letak dan bentuk keretakan
pada permukaan suatu spesimen dapat diketahui, sehingga dapat
diketahui apakah spesimen yang telah diuji layak atau tidak layak
digunakan.
5.8.2 Saran
Penentuan dwell time yang tepat dan juga pengamatan yang lebih
teliti lebih di perlukan dan juga pembersihan pada saat menghilangkan
sisa penetran sangat di butuhkan karena dapat sangat mempengaruhi hasil
dari pengujian penetrant tersebut.

5.9

Lampiran
Lampiran 5.1 Hasil Percobaan

Lampiran 5.2 Hasil Cacat pada Spesimen Uji

DAFTAR PUSTAKA
(2001), ASME Non Destructive Test Section V Article 6

Budi Prasojo, ST (2002), Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS-ITS

Kurniawan, Ferdi Agus (2013), Laporan Resmi Praktikum Uji Bahan, Jurusan
Teknik Pengelasan, PPNS

Anda mungkin juga menyukai