Anda di halaman 1dari 42

BUKU INFORMASI

MELAKUKAN PENGUJIAN DENGAN


DYE PENETRANT
C.24LAS01.034.1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIKA
MALANG
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3
A. TUJUAN UMUM ........................................................................................... 3
B. TUJUAN KHUSUS ........................................................................................ 3
BAB II ............................................................................................................................................... 4
MEMPERSIAPKAN AREA KERJA INSPEKSI UNTUK UJI PENETRANT ...................................... 4
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mempersiapkan area kerja
inspeksi untuk uji penetran ............................................................................... 4
1. Prinsip Kerja Dye Penetrant.............................................................................. 4
2. Pre-Cleaning ................................................................................................... 8
3. K3 Uji Dye Penetrant ....................................................................................... 9
4. Jenis – Jenis Diskontinuitas Bidang Inspeksi.......................................... 12
B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Mempersiapkan Area Kerja
Inspeksi Untuk Uji Penetran ............................................................................ 15
C. Sikap Yang Diperlukan Dalam Mempersiapkan Area Kerja Inspeksi
Untuk Uji Penetran ........................................................................................... 15
BAB III ............................................................................................................................................ 16
MELAKUKAN PENGUJIAN DYE PENETRANT ............................................................................. 16
A. Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengujian Dye
Penetrant........................................................................................................... 16
1. Jenis-Jenis Dye Penetran ................................................................................... 16
2. Perangkat Uji Dye Penetrant .......................................................................... 22
3. Prosedur Pengujian Dye Penetrant ................................................................. 28
B. Keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pengujian dye penetrant ........... 40
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan pengujian dye penetrant . 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 41
A. BukuReferensi .......................................................................................... 41
B. Referensi Lainnya .................................................................................... 41
DAFTAR ALAT DAN BAHAN ......................................................................................................... 42
DAFTAR PENYUSUN ..................................................................................................................... 42

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 2 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu melakukan pengujian
dengan Dye Penetrant.

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi modul
Melakukan Pengujian dengan Dye Penetrant ini guna memfasilitasi peserta sehingga
pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan area kerja inspeksi untuk uji penetrant
2. Melakukan pengujian dye penetrant
3. Melakukan interpretasi dan mencatat hasil-hasil uji dye penetrant

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 3 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

BAB II

MEMPERSIAPKAN AREA KERJA INSPEKSI UNTUK UJI PENETRANT

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mempersiapkan area kerja inspeksi


untuk uji penetran

1. Prinsip Kerja Dye Penetrant


Uji Dye Penetrant (cairan penetran) adalah salah satu metoda uji tanpa rusak yang
mampu mendeteksi cacat terbuka pada permukaan suatu bahan atau komponen ,
misal retakan terbuka. Uji cairan penetran dapat dilakukan pada semua jenis
logam, keramik, kaca,maupun plastik.
Prinsip uji penetran adalah sifat kapilaritas . Bila celah yang sangat sempit diberi
cairan,maka celah tersebut akan mampu menyedot cairan sehingga celah akan
berisi cairan. Cairan yang ada didalam celah akan disedot keluar ke permukaan bila
ujung celah diberi developer yang daya kapilaritasnya lebih kuat. Cairan yang
disedot oleh developer diujung celah akan memberi indikasi bahwa ditempat
tersebut terdapat celah .

Gambar 2.1 prinsip pelaksanaan uji penetrant

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 4 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

a.Tahap-Tahap Pelaksanaan
Uji cairan penetran dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Benda kerja yang hendak diuji disiapkan terlebih dahulu
2. Permukaan yang diperiksa dibersihkan dari kotoran yang mungkin
menyumbat/menutupi celah.
3. Permukaan dibiarkan dalam keadaan bersih dan kering.
4. Permukaan yang telah bersih dilapisi oleh cairan penetran dalam waktu
tertentu agar cairan penetran dapat masuk ke dalam celah.
Pelapisan dapat dilakukan melalui penyemprotan ,pengolesan atau
pencelupan .
5. Sisa cairan penetran di permukaan yang tidak masuk ke dalam celah yang
dibersihkan.
6. Permukaan benda uji dipastikan sudah bersih dari sisa-sisa cairan penetran
7. Permukaan dilapisi developer untuk menyedot keluar cairan penetran yang
berada dalam celah ,agar menghasilkan indikasi.
8. Permukaan diinspeksi secara visual untuk mendeteksi adanya indikasi.
Terakhir benda uji dicuci/dibersihkan dari bekas / sisa bahan yang
dipergunakan dalam uji cairan penetran , bila perlu diberi perlakuan anti
karat.

Gambar 2.2 Tahap-tahap pelaksanaan pengujian dye penetrant

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 5 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

b.Sifat-Sifat Cairan Penetran


Cairan penetran harus mempunyai kemampuan untuk masuk ke dalam
celah/cacat , oleh karenanya cairan ini harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
• Mampu memasuki celah yang sangat sempit.
• Mampu berada di dalam celah yang besar
• Tidak mudah menguap
• Bila berada dipermukaan benda uji mudah dibersihkan
• Bila berada didalam celah sukar dibersihkan
• Mudah disedot dari dalam celah
• Mampu menyebar dalam celah
• Tidak mudah berubah warna menjadi pucat
• Tidak korosif
• Tidak berbau
• Tidak mudah menyala
• Stabil bila disimpan
• Tidak beracun
• Murah
c.Sifat Fisis Cairan Penetran
Dari sifat umum di atas ,besaran fisis cairan penetran yang harus
diperhatikan adalah:
• Viskositas
• Tegangan permukaan
• Massa jenis
• Daya pembasah
• Volatilitas
• Titik nyala
• Daya melarutkan
• Toleransi terhadap kontaminan
• Daya racun
• Bau
• Korosivitas

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 6 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Viskositas
Viskositas tinggi menyebabkan turunya daya penetrasi , sedangkan viskositas
rendah menyebabkan cairan terlalu cepat menyebar atau mengalir ke tempat
lain.
Tegangan permukaan
Efektivitas cairan penetran sangat dipengaruhi oleh tegangan permukaan. Bila
harga tegangan permukaan tinggi ,daya melarutkam zat warna sangat baik
sedangkan bila tegangan permukaannya rendah kemampuan penetrasi dan
penyebarannya sangat baik.
Massa Jenis
Massa jenis tidak banyak pengaruhnya terhadap kemampuan penetrasi.
Umunya massa jenis-jenis cairan penetran antara 0,96-1,06 pada suhu 16◦c .
Volatilitas
Cairan penetran tidak boleh bersifat volatil . Penguapan sedikit akan
membantu memperkuat pemunculan warna dan menjaga agar indikasi tidak
menyebar secara berlebihan. Bila cairan penetran mengandung solven yang
volatil, penguapan yang cepat akan mengakibatkan :
• Formula tidak stabil ,dapat terjadi perubahan sifat dari cairan penetran
• Mengurangi daya penyebaran sehingga cairan cepat menjadi kering
Kedua hal di atas akan menyebabkan pengurangan sensivitas ,terutama bila
cairan ditempatkan dalam tangki /bak terbuka.
Titik nyala
Titik nyala cairan penetran harus tinggi supaya tidak mudah terbakar .
Umumnya titik nyala tidak mempengaruhi kemampuan penetrasi kecuali bila
ditambahkan sedikit cairan yang titik nyalanya rendah akan mampu
meningkatkan sensitif .
Korosivitas
Cairan penetran non korosif terhadap benda uji maupun tempat
penyimpanannya.Paduan titan dan baja paduan nikel tinggi mudah berkarat
bila cairan mengadungan natrium,belerang dan halogen.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 7 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

2. Pre-Cleaning
Keberhasilan prosedur pemeriksaan penetran sangat tergantung pada permukaan dan
diskontinuitas bebas dari kontaminan apapun yang mungkin mengganggu proses
penetran. Kontaminan dapat mengakibatkan kegagalan penetran untuk
(a) membasahi permukaan benda uji,
(b) masuk ke dalam diskontinuitas, dan
(c) memunculkan indikasi diskontinuitas. Semua bagian atau area bagiannya
Pre-Cleaning dimaksud untuk mempersiapkan agar permukaan benda uji bersih dari
kotoran yang mungkin penyumbatan celah / cacat atau mengganggu proses penetrasi
serta menghilangkan kontaminan yang mungkin ada pada permukaan benda uji .
Pre-Cleaning dapat dilakukan dengan menggunakan :
Detergen
Detergen yang digunakan dapat bersifat asam , basa, netral asal tidak menimbulkan
korosi / kontaminasi . Pre-Cleaning dilaksanakan antara 10-15 menit pada 75°-95°C
dengan konsentrasi 35-50 kg/m3 atau sesuai dengan rekomendasi pembuatannya.
Kotoran innorganik (senyawa yang tidak memiliki ikatan karbon) umumnya paling baik
dibersihkan dengan detergen.
Solvent
Solvent harus bebas residu, dengan titik nyala mulai 90°C ;baik untuk Pre-Cleaning
cara lap atau pencelupan .Solvent ini cocok untuk membersihkan oli atau grease
tetapi tidak cukup baik untuk membersihkan permukaan yang tertutup kotoran tanah.
Vapour Degreasing
Vapour Degreasing digunakan untuk pembersih minyak berat , Grease / senyawa
organik lainnya.
Larutan pembuang kerak
Pembersihan kerak (scales) dilakukan secara pickling (dipukul-pukul dengan palu
terak ) dengan larutan asam atau basa panas yang tidak bersifat korosi. Setelah
pickling ,benda uji harus dicuci bersih.Larutan dengan inhibitor asam (zat yang
menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia) biasanya digunakan pada suhu
ruang dengan konsentrasi 2-3%.
Pembuangan /pengupasan cat

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 8 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Lapisan cat dapat dibuang atau dibersihkan secara efektif dengan larutan pembuang
cat. Lapisan cat harus dibuang atau dikupas sehingga tidak menutupi benda uji yang
diperiksa . Pembuang cat tipe slovent berviskositas tinggi dipakai dengan cara
disemprotkan /dipoleskan , sedangkan yang viskositasnya rendah dipakai untuk
perendaman . Kedua tipe ini digunakan suhu ruangan . Setelah cat terkupas ,benda
uji harus dicuci bersih untuk menghilangkan kontaminan yang mungkin
tertinggal,kemudian dikeringkan.
Pembersih Ultrasonik
Getaran Ultrasonik dapat melepaskan kotoran yang menempel pada benda uji dengan
cepat dan efisien .
Blasting
Proses blasting dapat digunakan pasir, metal ligrocellulose pellet atau oksida
alumunium . Kotoran yang dapat dibersihkan dengan cara ini adalah tanah regas ,
karat , kerak atau arang. Cara ini diperkenankan asal tidak akan menyebabkan luka
pada permukaan atau terkelupas atau tidak akan menutupi celah .
Pembakaran
Pembakaran benda uji pada atmosfer yang bersih dan bersifat pengoksidasi adalah
cara pembersihan yang efektif untuk menghilangkan uap air dan zat organik. Benda
uji keramik dapat dipanaskan sampai 980°C tanpa merusak benda uji tersebut.
Pengeringan setelah pembersihan
Sesudah dibersihkan , benda uji perlu dikeringkan sehingga tidak ada air atau solvent
yang tertinggal dalam celah / cacat atau menutup celah karena bila celah tertutup
oleh atau berisi air / solvent , maka zat tersebut akan menghalangi masuknya cairan
penetran celah / cacat.

3. K3 Uji Dye Penetrant


Saat tindakan pencegahan kesehatan dan keselamatan yang tepat diikuti, operasi
pemeriksaan penetrasi cairan dapat diselesaikan tanpa membahayakan petugas
inspeksi. Namun, ada sejumlah isu terkait kesehatan dan keselamatan yang harus
ditangani. Karena setiap operasi inspeksi akan memiliki rangkaian masalah kesehatan
dan keselamatan yang unik yang harus ditangani, hanya beberapa masalah yang
paling umum yang akan dibahas di sini.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 9 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

a. Keamanan Kimia
Setiap kali bahan kimia harus ditangani, tindakan pencegahan tertentu harus
dilakukan sesuai petunjuk oleh lembar data keamanan material (MSDS) untuk
bahan kimia tersebut. Sebelum bekerja dengan bahan kimia apapun, sangat
disarankan agar MSDS ditinjau ulang sehingga praktik keamanan dan kebersihan
kimia yang tepat dapat diikuti. Beberapa bahan penetran mudah terbakar dan
karenanya harus digunakan dan disimpan dalam jumlah kecil. Mereka hanya boleh
digunakan di tempat yang berventilasi baik dan sumber pengapian dihindari.
Perlindungan mata harus selalu dipakai untuk mencegah kontak bahan kimia
dengan mata. Banyak bahan kimia yang digunakan mengandung deterjen dan
pelarut yang bisa dermatitis. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya harus
dipakai untuk membatasi kontak dengan bahan kimia.

b. Keselamatan Cahaya Ultraviolet


Lampu ultraviolet (UV) atau "cahaya hitam" seperti yang kadang-kadang disebut,
memiliki panjang gelombang 180 - 400 nanometer. Panjang gelombang ini
menempatkan sinar UV di bagian tak kasat mata dari spektrum elektromagnetik
antara cahaya tampak dan sinar-X. Sumber radiasi UV yang paling umum adalah
matahari dan diperlukan dalam dosis kecil untuk proses kimia tertentu yang terjadi
di tubuh. Namun, terlalu banyak paparan bisa berbahaya bagi kulit dan mata.
Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan sengatan sinar matahari
yang menyakitkan, mempercepat kerutan dan meningkatkan risiko kanker kulit.
Sinar UV bisa menyebabkan radang mata, katarak, dan kerusakan retina.

Karena kedekatannya, alat laboratorium, seperti lampu UV, memberikan sinar UV


pada intensitas yang jauh lebih tinggi daripada sinar matahari dan, oleh karena itu,
dapat menyebabkan cedera lebih cepat. Ancaman terbesar dengan paparan sinar
UV adalah bahwa individu umumnya tidak menyadari bahwa kerusakan itu terjadi.
Biasanya tidak ada rasa sakit yang berhubungan dengan luka sampai beberapa jam
setelah terpapar. Kerusakan kulit dan mata terjadi pada panjang gelombang sekitar
320 nm dan di bawah panjang gelombang 365 nm, di mana penetran dirancang
untuk berpendar. Oleh karena itu, lampu UV yang dijual untuk digunakan dalam

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 10 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

aplikasi Dye Penetrant hampir selalu diifilter untuk menghilangkan panjang


gelombang UV yang berbahaya. Lampu menghasilkan radiasi pada panjang
gelombang berbahaya sehingga sangat penting digunakan dengan filter yang tepat
dan dalam kondisi baik.

c. APD melaksanakan uji Dye Penetrant


Sebelum melaksanakan uji dye penetrant, setiap personal harus
menggunakan APD berupa:
1. Kacamata pengaman, untuk melindungi mata dari bahan kimia dari dye
penetrant

2. Masker hidung, untuk melindungi pernafasan dari paparan bahan kimia dye
penetrant

3. Pakaian kerja, prinsipnya dapat melindungi anggota tubuh/kulit dari


paparan bahan kimia

4. Sepatu safety, untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda kerja

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 11 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

5. Sarung Tangan Anti Solvent, untuk kontak langsung bahan pelarut


(solvent) dengan kulit saat membersihkan cairan penetran.

4. Jenis – Jenis Diskontinuitas Bidang Inspeksi

Diskontinuitas (discontinuity) merupakan ketidaksinambungan bagian dari suatu


material sehingga terlihat tidak menyatu. Dalam pengelasan diskontinuitas adalah
bagian yang tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi. Diskontinuitas
yang melampaui batas yang diijinkan disebut cacat (defect).
Jenis-jenis diskontinuitas terbuka pada permukaan bahan antara lain:

a. Retak (Crack)
adalah sebuah patahan yang memiliki karakteristik ujung tajam dan rasio yang
tinggi antara panjang dan lebar pada bagian yang terbuka.

Gambar 2.3 Jenis-Jenis Crack

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 12 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

b. Slack
adalah bahan asing (seperti; terak, fluks, tungsten,oksid) yang terperangkap dalam
logam las.

Gambar 2.4 slag inclusion

c. Incomplete/Lack of Fusion
adalah sebuah diskontinuitas las yang tidak terjadi fusi/penggabungan antara
logam las dan logam induk.

Gambar 2.5 Macam-macam incomplete fusion

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 13 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

d. Overlap
adalah tonjolan las diluar kaki dan akar las

Gambar 2.6 Diskontinuitas overlap

e. Undercut
adalah bagian dari kampuh las yang meleleh dan tidak terisi oleh logam las.

Gambar 2.7 Undercut

f. Porosity
adalah diskontinuitas jenis rongga yang terbentuk karena adanya gas yang terjebak
dalam logam las selama proses pembekuan.

Gambar 2.8 Macam-Macam Porosity

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 14 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Mempersiapkan Area Kerja Inspeksi


Untuk Uji Penetran
1. Mempersiapkan bidang inspeksi
2. Menggunakan APD yang tepat

C. Sikap Yang Diperlukan Dalam Mempersiapkan Area Kerja Inspeksi Untuk


Uji Penetran
1. Cermat saat mempersiapkan bidang inspeksi
2. Bertanggungjawab mengunakan APD

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 15 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

BAB III

MELAKUKAN PENGUJIAN DYE PENETRANT

A. Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengujian Dye Penetrant

1. Jenis-Jenis Dye Penetran


Ditinjau dari cara inpeksinya , ada dua tipe cairan penetran yakni :
1. Cairan penetran fluoresen (flouresence dye) - Type I
Inspeksi pada uji penetran dengan cara ini dilakukan dengan bantuan sinar
ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang akan berfluoresen bila
disinari dengan sinar ultraviolet.
2.Cairan penetran non fluoresen (visible dye) - Type II
Inspeksi pada uji penetran dengan cairan ini dilakukan secara visual tanpa
bantuan sinar ultraviolet . Cairan mengandung zat warna yang memiliki
kontras yang tinggi pada ruangan terang.
Ditinjau dari cara/metode pembersihan penetrannya ada tiga sistim yakni :
1. Sistim water washable dengan air (method A)
2. Sistim post emulsified (method B)
3. Sistim solvent removable pakai minyak (method C)
Ketiga sistem ini berlaku baik bagi cairan penetran tipe fluoseren maupun non
fluoresen . Masing-masing sistim dan tipe memiliki keuntungan dan kerugian .
Umumnya pembersihan dilakukan dengan cara menyeprot melap atau mencuci hingga
permukaan benda uji bersih dari sisa-sisa penetran yang tidak terpakai .

a. Cairan Penetran Fluoresen


Sistim “ Water Washable “ Fluoresen
Pada sistim ini pembersihan dilakukan dengan menggunakan semprotan air.
Cairan penetran terdiri dari minyak untuk penetrasi , zat warna , zat pengemulsi
(penguat) dan zat pen-stabil dimana diharapkan akan diperoleh satu cairan yang
daya penetrasinya tinggi , mudah melarutkan zat warna , mudah dicuci dengan air
dan tetap stabil dalam berbagai kondisi suhu atau operasi .

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 16 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

FLUORESCENT WATER WASHABLE


PENETRANT INSPECTION PROCESS PENETRAN SYSTEM

Keuntungan :
• Indikasi mudah dilihat dan terang sekali
• Mudah dan ekonomis karena dilapiskan kemudian langsung dapat dicuci
• Cepat terutama untuk benda uji kecil
• Baik digunakan untuk benda uji kecil
• Baik digunakan untuk permukaan kasar.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 17 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Kerugian :
• Kurang baik untuk mendeteksi cacat yang dangkal
• Tidak baik bila pencucian berlebihan
• Mudah berubah oleh kontaminan , terutama air.
• Sensivitas dipengaruhi oleh asam terutama asam dan senyawa kromat .
• Bila benda uji tidak boleh kena air, sistim tidak boleh dipakai .
• Pemeriksaan harus menggunakan sinar ultraviolet di ruangan gelap.

Sistim “Post Emulsified”Fluoresen


Pada sistim ini pembersihan juga dilakukan dengan air seperti pada water
washable. Perbedaan terletak pada komposisinya yaitu penetran ini tidak
mengandung zat pengemulsi . Zat pengemulsi dilapiskan secara terpisah setelah
penetran masuk ke dalam celah / cacat .Tanpa melapiskan zat pengemulsi , penetran
tidak dapat dibersihkan dari permukaan benda uji .
Keuntungan :
a. Dapat digunakan untuk mendeteksi cacat terbuka yang dangkal
b. Sensivitas tinggi meskipun cacatnya halus
c. Konsentrasi zat warna tinggi ,hal ini mengakibatkan indikasi menjadi jelas
d. Waktu penetrasi pendek
e. Asam dan senyawa kromat tidak mengaruhi sensitifitasnya
f. Cairan penetran yang tertinggal dalam cacat tidak ikut terkunci .

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 18 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

FLUORESCENT POST-EMULSIFIED PENETRAN


INSPECTION PROCESS

Kerugian :
a. Sistem dilakukan dalam 2 tahap sebelum pembersihan akhir, jadi lebih lama
b. Selisih waktu antara pelapisan pentran dan pelapis emulsifier
c. Benda uji seperti ulir sukar dicuci karena emulsifier tidak dapat mencapai
celah yang sempit
d. Lebih mahal

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 19 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Sistim “Solvent removable “Fluoresen


Sistim ini sebaiknya dipakai bila metoda water washable tidak dapat digunakan.
Pembersihan akibat kelebihan penetran dilakukan dalam dua tahap ;
Pertama, benda uji dilap dengan lap bersih dan kering.
Kedua, yakni dilap dengan solvent.

FLUORESCENT SOLVENT REMOVABLE PENETRAN


INSPECTION PROCESS

Pemakaian solvent secara berlebihan akan dapat menyedot penetran ke luar dari
cacat. Sistim solvent removable sangat menguntungkan untuk spot test / spot check

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 20 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

b. Cairan Penetran Non Fluoresen


Seperti pada cairan penetran Fluoresen , cairan terdiri dari 3 sistem :
Water washable
Post Emulsifier
Solvent removable
Dengan keuntungan dan kerugian yang sama, kecuali sifat fluoresensinya , jadi cairan
ini tidak memerlukan lampu ultraviolet , inspeksi dapat dilakukan di ruangan yang
terang .

Sistem “ Water washable “ Non Fluoresen


Sistem ini digunakan pada benda uji yang besar untuk sensifitas rendah.

Sistem “Post Emulsified “ Non Fluoresen


Sistem ini sensifitasnya lebih baik daripada sistem “Water Washable “non Fluoresen .

Sistem “Solvent Removable “ Non Fluoresen


Sistem ini sebaiknya digunakan untuk spot inspection bila mana dengan air tidak
memungkinkan .
Ada 3 jenis solvent removable :
a. Titik nyala rendah, biasanya mudah terbakar.
b. Titik nyala tinggi , lebih sukar terbakar.
c. Tidak dapat terbakar (non fluoresenable/non combustible).

Daftar berikut menunjukkan tingkat sensitivitas sistem penetrant, mulai dari yang
paling sensitif dan paling mahal:
1. Post-emulsified – fluorescent.
2. Solvent-removable – fluorescent
3. Water-washable – fluorescent.
4. Post-emulsified – visible.
5. Solvent-removable – visible.
6. Water-washable – visible.
Secara umum kelebihan dari pengujian penetrant ini adalah portable, biaya
yang tidak mahal, sensitifitas baik, serbaguna, hampir semua material padat tidak

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 21 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

berpori dapat diuji, efektif untuk inspeksi tak merusak suatu hasil produksi.
Keterbatasan dari pengujian penetrant adalah hanya diskontinuitas yang membuka
kepermukaan spesimen yang dapat di deteksi, banyak variable proses yang harus
dikontrol, hasil dipengaruhi oleh temperatur yang bervariasi, kondisi permukaan
dan konfigurasi benda yang diuji, sangat membutuhkan persiapan permukaan.

2. Perangkat Uji Dye Penetrant


a. Peralatan Pengujian Penetrant
Peralatan pengujian penetrant ada yang stasioner dan ada yang portable. Peralatan
stasioner adalah peralatan yang letaknya menetap di satu lokasi. Peralatan tersebut
ukurannya bervariasi yang bergantung pada ukuran dan jenis spesimen uji.
Tergantung pada jenis dan proses yang digunakan, sistem stasioner terdiri dari
bagian-bagian:
1. Tempat pembersihan awal (jauh dari lokasi pengujian)
2. Tangki berisi cairan penetrant
3. Tempat pengering (digunakan bareng dengan tangki penetrant)
4. Tangki berisi cairan pengemulsi
5. Tangki pembilasan
6. Lokasi developer (tangki, dust chamber, atau peralatan penyemprot)
7. Tempat pengeringan (berupa oven)
8. Tempat pemeriksaan (bilik tertutup atau meja dengan lampu penerangan)
9. Tempat pembersihan akhir (jauh dari lokasi pengujian)

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 22 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Gambar 3.1 Perangkat Uji DyePenetrant Jenis Stationer

Penetrant visible maupun fluorescent tersedia dalam bentuk paket yang dapat
dipakai memeriksa di lokasi terbuka, atau saat menguji bagian dari benda
berukuran besar. Keduanya dikemas dalam bentuk kaleng semprot bertekanan.
Paket penetrant visible terdiri dari:
• Kaleng berisi solvent pembersih.
• Kaleng berisi penetrant.
• Kaleng berisi nonaqueous wet developer
• Kain lap dan kuas
• Light meter

Paket penetrant fluorescent biasanya terdiri


• Kaleng berisi solvent pembersih.
• Kaleng berisi penetrant fluorescent.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 23 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

• Kaleng berisi nonaqueous wet developer


• Kain lap dan kuas
• Lampu ultraviolet dan trafonya.
• Black light meter
• Tudung kain hitam untuk melakukan pemeriksaan.

b. Media / Material Pengujian Penetrant


Material penetrant seringkali dibatasi dalam kelompok-kelompok khusus. Kelompok
material tersebut menggunakan kombinasi di bawah ini untuk memperoleh hasil
terbaik.
 Water-washable penetrant
Mengandung zat pengemulsi yang membuatnya mudah dibersihkan dengan
bilasan air. Material penetrant ini dapat dibeli dalam bentuk visible atau
fluorescent.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 24 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Gambar 3.2 Cairan penetran jenis Water Washable

Aplikasi:
• Dirancang untuk area permukaan yang besar dan permukaan kasar
dimana kelebihan penetran sulit dilepas
• pembersih pelepas atau pengemulsi pelarut, dapat dilepas dengan
semprotan air, secara manual
• Menghasilkan kontras warna merah yang terlihat untuk identifikasi
diskontinuitas, dan juga memiliki karakteristik penetrasi yang luar
biasa.
• Cocok digunakan pada lasan, tempa, bejana tekan,coran dan pekerjaan
logam umum, dan cocok untuk lingkungan produksi di mana banyak
komponen yang diperiksa setiap hari.
Contoh Cacat :
• Cracks
• Leaks
• Incomplete weld penetration
• Incomplete weld fusion
• Undercutting
• Slag inclusions
• Flux inclusions
• Weld porosity

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 25 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

 Post-emulsifiable penetrant
Memiliki kemampuan penetrasi yang bagus, berupa minyak fluorescent atau
visible yang tidak larut dalam air. Emulsifier harus diaplikasikan pada
permukaan penetrant agar dapat dibilas dengan air.

Gambar 3.3 Cairan penetran jenis Post-Emulsifiable Penetrant

Aplikasi :
• Pengujian komponen kritis yang lebih besar sensitivitas dan
reproduksifitasnya untuk produktifitas yang tinggi. Misalkan poros
mesin jet.
• Permukaan bidang uji tidak kasar
• Cocok untuk komponen yang mengalami proses las, cor, tempa, rol,
termasuk bahan keramik.

 Solvent-removable penetrant
Berupa minyak penetrant yang tidak mengandung zat pengemulsi, dan hanya
bisa dibersihkan dengan solvent yang khusus digunakan untuk tujuan
tersebut.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 26 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Gambar 3.4 Cairan penetran jenis Solvent Removable Penetrant

 Zat Pengemulsi
Jika diaplikasikan pada lapisan penetrant di permukaan spesimen
menghasilkan campuran yang dapat dibilas dengan air. Emulsifier memiliki
sifat penetrasi yang buruk sehingga tidak menghilangkan indikasi dari
permukaan benda uji.
 Remover (solvent)
Didisain untuk digunakan bersama dengan jenis penetrant khusus. Remover
tertentu dijual dalam jumlah besar atau dalam kaleng semprot bertekanan.
 Developer kering
Serbuk penyerap, halus, berwarna putih yang dipakai bersama dengan
pengujian penetrant visible dan fluorescent. Fungsinya adalah untuk menarik
penetrant dari dalam diskontinuitas sehingga tampak di permukaan.
 Developer basah
Fungsinya mirip dengan developer kering, hanya saja merupakan
campuran serbuk developer dengan air.
 Nonaqueous wet developer
Berbeda dengan developer basah, dimana serbuk developer dicampur dengan
cairan solvent yang mudah menguap.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 27 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

3. Prosedur Pengujian Dye Penetrant


a. Surface Preparation (Pre-Clean)
Pembersihan permukaan sangat penting dalam pengujian cairan penetrant karena
beberapa alasan:
1. Jika spesimen tidak bersih secara fisika dan kimia, pengujian penetrant menjadi
tidak efektif.
2. Jika semua bekas material penetrant tidak dibersihkan setelah pengujian, maka
akan merusak spesimen setelah benda tersebut terpasang (klorin dan sulfur
dapat merusak beberapa jenis paduan).
Pemilihan proses pembersihan ditentukan oleh faktor berikut:
 Jenis kotoran yang dibersihkan.
 Komposisi logam induk.
 Tingkat kebersihan yang disyaratkan.
 Ketersediaan peralatan pembersih.
 Faktor-faktor biaya dan waktu.
Pembersihan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
pembersihan dengan deterjen, pembersihan dengan uap solvent, pembersihan
dengan uap air, pembersihan dengan solvent, pembersihan dengan larutan asam
(pickling), pembersihan dengan paint remover, pembersihan dengan etsa,
pembersihan ultrasonik, dan pembersihan secara mekanis.

Gambar 3.4 Salah satu tindakan pre-clean

b. Aplikasi Cairan Penetrant


Efektifitas pengujian cairan penetrant tergantung pada kemampuan penetrant untuk

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 28 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

meresap ke dalam diskontinuitas permukaan. Semua cat, karbon, oli, pernis, oksida,
lapisan, air, kotoran dan cat sejenisnya harus dihilangkan sebelum aplikasi
penetrant. Cairan penetrant di atas permukaan benda uji tidak semata-mata
meresap ke dalam diskontinuitas. Penetrant tertarik ke dalamnya oleh gaya kapiler.
Inilah mengapa permukaan bagian bawah dari suatu benda masih dapat diperiksa
dengan penetrant dan memperoleh hasil yang valid.
Ada dua jenis zat pewarna yang digunakan dalam cairan penetrant:
1. Visible atau color contrast – pewarna merah yang tampak jelas di bawah
kondisi pencahayaan normal.
2. Fluorescent or brightness contrast – pewarna yang akan memancarkan cahaya
tampak apabila dilihat dengan lampu ultraviolet.
Pewarna dengan sensitivitas ganda atau mode ganda atau respon ganda
mengandung kombinasi pewarna visible dan fluorescent. Pewarna visible umumnya
merah menyala dan pewarna fluorescent berwarna kuning-perunggu atau biru-
hijau. Kombinasi ini memungkinkan pengujian penetrant dilakukan di bawah cahaya
biasa dan indikasi yang meragukan diperiksa di bawah cahaya ultraviolet.
Penetrant, baik fluorescent maupun visible dapat diaplikasikan dengan salah satu
dari cara berikut:
 Penyemprotan: menggunakan alat penyemprot bertekanan rendah atau dari
kaleng semprot bertekanan.
 Kuas atau kain: diaplikasikan dengan kain lap, kapas, atau kuas, apabila
menguji sebagian kecil/lokasi dari suatu benda.
 Pencelupan: benda uji dibenamkan ke dalam tangki penetrant, lalu diangkat
dan ditiriskan. Metoda ini tidak cocok untuk benda berukuran besar dan
merupakan pemborosan apabila hanya daerah kecil saja yang diuji.
 Penuangan: penetrant dituangkan di atas permukaan benda dan setelah itu
ditiriskan.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 29 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Gambar 3.5 Aplikasi penetrant dengan penyemprotan

Gambar 3.6 Aplikasi penetrant dengan kuas

Jangka waktu dimana penetrant berada di atas permukaan benda uji


merupakan bagian terpenting dari pengujian. Jangka waktu ini dikenal sebagai
waktu diam (dwell time), yang berhubungan langsung dengan ukuran dan bentuk
diskontinuitas yang dicari mengingat ukuran diskontinuitas menentukan kecepatan
terjadinya penetrasi. Diskontinuitas yang rapat, seperti retakan memerlukan waktu
penetrasi lebih dari 30 menit untuk terbentuknya indikasi.Diskontinuitas berukuran
besar memerlukan waktu penetrasi antara 3 sampai 5 menit.
Suhu benda uji dan suhu cairan penetrant dapat mempengaruhi waktu diam
yang disyaratkan. Menghangatkan benda uji mempercepat penetrasi dan
mempersingkat waktu diam. Namun demikian perlu diperhatikan agar tidak
berlebihan memanaskan spesimen karena suhu yang terlalu tinggi menyebabkan
penguapan penetrant dari dalam diskontinuitas, yang akhirnya akan mengurangi
sensitivitas. Temperatur penetrant dan permukaan yang akan diuji harus berada di
antara 5˚C – 52˚C selama pengujian berlangsung.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 30 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Waktu diam didasarkan pada asumsi bahwa penetrant tetap dalam kondisi
basah pada permukaan benda. Penambahan penetrant selama waktu diam
diperbolehkan. Pada tiap kasus, waktu diam ditentukan oleh jenis diskontinuitas
yang akan dicari dan rekomendasi dari pabrik pembuat penetrant.

Tabel 3.1 Minimum Dwel Time

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 31 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

c. Pembersihan Penetrant Sisa


Water washable penetrant mengandung zat pengemulsi, atau dinamakan
penetrant self-emulsifying. Penetrant ini larut dalam air dan mudah dibersihkan
dengan bilasan air. Harus diperhatikan agar volume dan kekuatan semprot tidak
sampai membasuh penetrant dari dalam diskontinuitas. Aliran air yang pejal tidak
diinginkan. Air dalam bentuk percikan kasar menghasilkan pembersihan yang
optimal. Tekanan air tidak boleh melebihi 40 psi. Suhu air pembilas yang
direkomendasikan sebesar 10oC - 38oC. Suhu air melebihi 38oC tidak
direkomendasikan karena dapat mempercepat penguapan penetrant. Sudut semprot
yang paling efektif adalah 45-75 derajat. Gambar di bawah memperlihatkan cara
pembersihan sisa penetrant water washable di permukaan benda uji.

Gambar 3.7 Cara pembersihan penetrant sisa (water washable penetrant)

Post-emulsifiable penetrant tidak mengandung zat pengemulsi. Penetrant ini


tidak larut dalam air. Post-emulsifiable penetrant memerlukan dua langkah proses
pembersihan. Sisa penetrant dibersihkan dengan aplikasi emulsifier secara terpisah
sehingga penetrant dapat dibilas dengan air. Lamanya waktu diam untuk emulsifier
adalah satu sampai empat menit mengacu pada rekomendasi pabrik pembuat dan
jenis diskontinuitas yang dicari. Hasil campuran antara penetrant dan emulsifier
selanjutnya dapat dibilas dengan air.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 32 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Gambar 3.8 Cara pembersihan penetrant sisa (post-emulsifiable penetrant)

Emulsifikasi penetrant jenis ini dilakukan dengan pencelupan, penyemprotan atau


penuangan, namun tidak boleh diaplikasikan dengan kuas. Aplikasi dengan kuas
menyulitkan pengontrolan emulsifikasi, disamping bulu-bulu kuas bisa masuk ke
dalam diskontinuitas. Terdapat dua jenis emulsifier yang digunakan dalam proses
pembersihan yaitu lipophilic dan hydrophilic. Proses lipophylic dan hydrophilic
memiliki mekanisme yang sangat berbeda dalam merubah penetrant berbahan dasar
menjadi campuran yang bisa dibilas dengan air.
Mekanisme emulsifikasi lipophilic adalah dengan cara difusi. Molekul emulsifier
memasuki lapisan penetrant, sementara pada saat yang bersamaan molekul
penetrant memasuki lapisan emulsifier. Laju difusi akan bertambah dengan
peningkatan konsentrasi dan penambahan suhu. Emulsifier lipophylic dijual dalam
bentuk siap pakai dan tidak memerlukan pencampuran lagi.

Gambar 3.9 Proses emulsifikasi lipophylic (post-emulsifiable penetrant)

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 33 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Mekanisme emulsifikasi hydrophilic adalah dengan cara pengelupasan


lapisan penetrant, emulsifier hydrophilic adalah larutan antara air dan zat kimia
yang disebut surfactant. Dijual di pasaran dalam bentuk konsentrat dan harus
dicampur dulu dengan air sebelum atau selama proses pembersihan. Konsentrat
disyaratkan mengandung air maksimum sebesar 5%, atau dengan melarutkan
penetrant sehingga tidak terdeposit kembali ke permukaan. Karena post
emulsifiable penetrant tidak kompatibel dengan air, direkomendasikan untuk
melakukan pembilasan awal sebelum aplikasi emulsifier. Pembilasan awal
menghilangkan 60- 80% lapisan penetrant di permukaan, sehingga banyak
mengurangi terjadinya kontaminasi pada emulsifier. Pembilasan awal juga
menghasilkan lapisan penetrant permukaan yang rata. Emulsifier hydrophilic
diaplikasikan dengan cara pencelupan atau penyemprotan. Segera setelah
proses emulsifikasi, disyaratkan untuk membilas seluruh bagian benda uji
dengan air bersih. Langkah ini akan menghentikan aksi emulsifikasi yang masih
tersisa di permukaan benda.

Gambar 3.10 Proses emulsifikasi hydrophylic (post-emulsifiable penetrant)

Solvent removable penetrant menggunakan penetrant jenis post-


emulsification. Solvent digunakan untuk menghilangkan pentrant sisa yang ada
di permukaan benda. Solvent removable penetrant menguntungkan dari segi
portabilitas dan dapat digunakan di luar tanpa menggunakan peralatan yang

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 34 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

berat dan rumit. Cara ini sangat memuaskan untuk pemeriksaan pemeliharaan
dan untuk memeriksa bagian dari suatu struktur yang besar. Penetrant seringkali
diaplikasikan dari kaleng semprot bertekanan yang membuat sistem ini sangat
portabel. Setelah waktu diam terpenuhi, penetrant sisa pada mulanya diseka
dengan lap penyerap dan kemudian dibersihkan dengan lap yang dibasahi
dengan solvent. Jangan pernah menyemprotkan solvent secara langsung ke
permukaan benda karena akan menghilangkan penetrant dari dalam
diskontinuitas.

Gambar 3.11 Proses pembersihan penetrant sisa (solvent removable penetrant)

d. Aplikasi Developer
Indikasi adanya diskontinuitas bisa saja nampak sebelum developer
diaplikasikan, namun langkah ini akan memastikan bahwa semua diskontinuitas
akan tampak oleh mata telanjang. Proses developing dilakukan dengan
mengaplikasikan serbuk berdaya serap tinggi ke permukaan benda uji setelah
sisa penetrant dibersihkan. Penetrant akan tertarik keluar dari diskontinuitas
akibat gaya kapiler yang kuat dari serbuk developer.

Gambar 3.12 Indikasi tampak setelah aplikasi developer

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 35 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Seperti diperlihatkan dalam Gambar diatas, citra diskontinuitas pada developer


tampak lebih luas dibanding ukuran diskontinuitas sebenarnya. Ada dua jenis
developer yang dipakai saat ini – kering dan basah. Keduanya memakai serbuk
putih dan perbedaan utamanya terletak pada metoda aplikasinya.
Developer kering dijual dalam bentuk butiran halus, serbuk putih lembut.
Aplikasi dilakukan dengan dengan alat penyemprot bertekanan rendah. Dapat
juga menggunakan kuas halus atau karena bentuknya yang sangat halus, benda
uji dapat dibenamkan ke dalam tangki developer, diangkat, dan sisa developer di
permukaan dihilangkan dengan cara meniup, menggoyang-goyang, atau
mengetuk-ketuk benda uji. Permukaan benda uji harus benar-benar kering
sebelum serbuk developer diaplikasikan. Permukaan yang basah menghasilkan
lapisan yang tidak merata, bahkan bisa terjadi peggumpalan serbuk. Indikasi
diskontinuitas akan terhalangi. Developer kering biasanya dipakai bersama
dengan penetrant fluorescent.
Developer basah ada dua jenis yaitu non aqueous wet developer dan water
base wet developer. Non aqueous wet developer terikat dalam suatu suspensi
solvent dan dikemas dalam kaleng semprot bertekanan. Penguapan solvent
membantu menarik penetrant dari dalam diskontinuitas. Nonaqueous wet
developer paling sering digunakan bersama solvent removable penetrant dan
jarang dipakai bersama water washable atau post-emulsifiable penetrants.
Nonaqueous wet developer merupakan jenis developer yang paling sensitif
dalam mendeteksi diskontinuitas halus. Hasil terbaik diperoleh apabila developer
diaplikasikan dalam bentuk lapisan tipis dan rata. Seperti halnya developer
kering, nonaquous developer hanya diaplikasikan pada permukaan yang benar-
benar kering. Water-base wet developer Pada water-base wet developer, serbuk
developer dicampur dengan air. Developer ini terdiri dari dua jenis: water
suspended dan water soluble developers.
1. Pada water suspended developer, partikel serbuk developer terikat dalam
suspensi dengan air dan perlu diaduk terus-menerus agar tidak
mengendap.
2. Pada water soluble developer, serbuk developer larut dalam air dan
membentuk suatu larutan yang tidak perlu diaduk lagi. Water soluble

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 36 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

developer menghasilkan sensitivitas yang lebih baik untuk mendeteksi


diskontinuitas halus. Water suspended dan water soluble developers
umumnya digunakan dengan water washable atau post emulsifiable
penetrants, dan jarang dengan solvent removable penetrant. Mereka
diaplikasikan saat permukaan benda uji masih dalam kondisi basah
setelah pembilasan. Metoda aplikasi water base wet developer adalah
dengan cara pencelupan, penuangan, dan penyemprotan.

e. Interpretasi dan Evaluasi Indikasi


Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertimbangan pertama dalam
pemeriksaan benda uji. Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka diperlukan
ruangan gelap dan lampu ultraviolet dengan intensitas yang memadai.Jika
dipakai visible dye penetrant, diperlukan penerangan dengan cahaya biasa.
Setelah indikasi diketahui lokasinya, selanjutnya diinterpretasi. Selama
interpretasi,penyebab dan pengaruh indikasi terhadap artikel atau benda uji
harus ditentukan. Pada tahap ini indikasi tersebut diklasifikasikan sebagai palsu,
tidak relevan atau relevan. Evaluasi mengikuti interpretasi. Jika selama tahap
evaluasi ditentukan bahwa diskontinuitas membahayakan pemakaian komponen,
atau tidak memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, diskontinuitas tersebut
selanjutnya diklasifikasikan sebagai cacat atau defect.
Indikasi palsu:
Penyebab indikasi palsu yang paling umum adalah pembersihan yang buruk,
kondisi pemrosesan yang buruk, bilik pemeriksaan yang kurang bersih, atau
aspek lain dari proses penetrant. Operator dapat dengan mudah mengatakan
jika pembilasan sudah dilakukan dengan benar dengan memakai lampu
ultraviolet selama dan setelah proses pembersihan penetran fluorescent. Untuk
menghindari indikasi palsu, harus diperhatikan agar tidak ada kontaminasi dari
luar seperti berikut ini:
1. Jejak penetrant di tangan operator.
2. Kontaminasi developer basah atau kering.
3. Penetran yang berpindah dari indikasi lain ke spesimen yang bersih.
4. Jejak penetrant di meja pemeriksaan.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 37 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Indikasi nonrelevant disebabkan karena ketidak teraturan permukaan atau


konfigurasi benda yang pada kebanyakan kasus akibat disain. Indikasi
nonrelevant disebabkan karena adanya press fitted, alur, splined, atau kelingan.
Termasuk juga dalam indikasi nonrelevant adalah kerak lepas dan pemukaan
kasar pada benda tempa, benda cor dan pengelasan. Indikasi nonrelevant
dianggap tidak menggangu pemakaian komponen. Sama halnya dengan indikasi
palsu, inspektor harus memeriksa indikasi ini dengan hati-hati untuk memastikan
agar jangan sampai menutupi indikasi relevant.
Indikasi relevant (indikasi sebenarnya) disebabkan karena diskontinuitas
permukaan yang telah diinterpretasikan bukan sebagai indikasi palsu atau
nonrelevant. Indikasi sebenarnya harus dievaluasi penyebab sampai pada
pengaruh yang ditimbulkannya pada usia pakai komponen. Penting dicatat
bahwa semua indikasi relevant adalah diskontinuitas, namun tidak semua
diskontinuitas adalah cacat.

f. Pembersihan Akhir (post cleaning)


Setelah spesimen diperiksa, sangat penting untuk mencucinya dengan bersih.
Pembersihan akhir yang menyeluruh perlu dilakukan karena sisa-sisa penetrant
dan developer akan mengikat uap air dan mengakibatkan korosi, atau zat-zat
tersebut dapat mengganggu proses atau penggunaan selanjutnya. Pembersihan
akhir biasanya melibatkan jenis proses pembersihan yang sama seperti pada
pembersihan awal.

g. Perawatan Peralatan Uji Dye Penetrant

Kinerja sistem pengujian penetran sangat bergantung pada kondisi keseluruhan


bahan penetran.
Meskipun bahan penetrant diformulasikan secara hati-hati terhadap
penyalagunaan aplikasi di industri, namun material apapun rentan juga terhadap
kontaminasi dan degradasi tidak terkecuali bahan penetran.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 38 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Penyebab Kontaminasi Penetran Cair


Beberapa fasilitas menerapkan penetrasi hanya satu kali; Yang lain menyimpan
penetrasi di tangki tertutup atau kontainer sampai habis. Namun, sebagian besar
fasilitas menggunakan metode perendaman, di mana bahan berlebih dibiarkan
mengalir kembali setelah aplikasi ke bagian.
Dengan metode pencelupan, tangki sering terbuka terhadap lingkungan, yang
meningkatkan kemungkinan kontaminasi. Penetrant yang digunakan harus
diperiksa secara berkala untuk perubahan warna atau konsistensi untuk
memastikan kinerja yang dapat diterima untuk proses inspeksi.
Air
Ini adalah kontaminan yang paling umum dan bisa diakibatkan dari pembilasan
yang ceroboh, kebocoran dari pipa atau bagian yang dicuci yang tidak
dikeringkan sepenuhnya. Air tidak berbahaya sampai melebihi batas toleransi.
Kotoran, tanah dan padatan tak larut
Pembersihan yang tidak tepat atau membiarkan benda jatuh ke dalam tangki
bisa menyebabkan kontaminasi.
Bahan organik
Minyak, pelumas, cat, gemuk dan pelarut organik seperti bensin, pelarut
pembersih dan cairan degreasing dapat menyebabkan kontaminasi jika tidak
dibersihkan dengan benar. Meskipun penetrant dapat menyerap sejumlah besar
minyak dan pelarut, fluoresensi akan berkurang dan sifat mudah dicuci akan
terpengaruh.
Pembersih alkali dan asam
Ini adalah kontaminan yang paling serius, pembersih alkali dan asam dapat
menghancurkan fluoresensi saat terkontaminasi. Juga, beberapa pembersih alkali
mengandung metasililikat, yang dapat mencegah penetrant memasuki celah.
Penyebab Degradasi Penetran
Kontaminasi bukan satu-satunya penyebab kinerja penetran menurun seiring
berjalannya waktu, degradasi juga bisa berperan jika mulai melihat kemunduran
dalam kemanjuran penetrasi.
Panas

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 39 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

Dalam beberapa kasus, panas bisa digunakan untuk mempercepat penetrasi.


Namun, pemaparan yang berkepanjangan terhadap suhu di atas 140 ° F (60 ° C)
dapat mengurangi fluoresensi penetran. Suhu di atas 250 ° F (121 ° C) akan
menghancurkan fluoresensi sepenuhnya.

Penguapan
Penetran yang disimpan di tangki terbuka akan mengalami penguapan terus
menerus, terutama jika disimpan dalam tangki besar dan terkena suhu yang
lebih hangat. Penguapan menyebabkan peningkatan viskositas, yang
meningkatkan waktu tinggal, sehingga meningkatkan waktu kerja dan biaya
inspeksi.

Peralatan rusak
Peralatan yang tidak dikalibrasi atau rusak juga dapat membahayakan sistem
penetran. Misalnya, mengeringkan thermostat oven atau kontrol yang tidak
sesuai diatur dapat menyebabkan pembacaan suhu oven yang salah. Selain itu,
alat pengukur tekanan air dapat mengalami kerusakan atau keluaran dari bola
lampu hitam dapat dikurangi seiring umur lampu.
Efek kontaminasi dan degradasi akan tergantung pada jenis dan jumlah
kontaminasi, namun pengujian rutin bahan penetran sangat penting untuk
menemukan masalah dan mempertahankan kinerja. Setiap perubahan warna,
konsistensi atau kinerja harus segera ditangani untuk memastikan hasil
pemeriksaan yang konsisten dan andal.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pengujian dye penetrant


1. Menyiapkan peralatan uji dye penetrant
2. Melakukan pengujian dengan dye penetrant

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan pengujian dye penetrant

1. Cermat dalam menyiapkan peralatan uji dye penetrant


2. Cermat dan taat azas dalam melakukan pengujian dye penetrant

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 40 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

DAFTAR PUSTAKA

A. BukuReferensi

1. ASTM- E 1417 – 99, Standard Practice for Liquid Penetrant Examination1

2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, 2000. “Training Guidelines in Non-


destructive Testing Techniques- Liquid Penetrant and Magnetic Particle Testing
at Level 2”. Vienna, Austria.

3. Mohammad Thoriq. W, ST.,MM. 2015. “Modul Pengembangan Materi


Pembelajaran Mata Kuliah Teori NDT”, Program Studi D4 Teknik Pengelasan-
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

4. Modul Pelatihan NDT Level I, B4T Bandung.

B. Referensi Lainnya

1. Carlos F.Molina, Liquid penetrant examination BOK API 653 – An explanation,


2016. http://apiexam.com/liquid-penetrant-examination-bok-api-653-an-
explanation/. Diakses tanggal 5 Januari 2018.

2. KD-Check Stationary System , 2018. https://www.karldeutsch.de/KD_Check_


Stationary_ System_EN_M1.html. Diakses tanggal 2 Februari 2018.

3. How to Maintain Penetrant Testing Performance, 2017.https://magnaflux.com


/Magnaflux/Blog/How-to-Maintain-Penetrant-Testing-System-Performance.
Diakses tanggal 3 Februari 2018.

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 41 dari 53
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub Bidang Pengelasan C.24LAS01.034.1

DAFTAR ALAT DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Laptop Untuk setiap peserta
3. APD Diruang bengkel
4.
5.
6.

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. P3K satu kelas 3 set bahan P3K
2. Kaleng berisi solvent pembersih.
3. Kaleng berisi penetrant.
4. Kaleng berisi nonaqueous wet developer.
5. Kain lap dan kuas.
6.
7.
8.
9.

DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

Dadang Agus 1. Widyaiswara P4TK BOE Malang


1.
Trifianto,ST.,MT. 2. Asesor Teknik Pengelasan

Judul Modul: Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant


Buku Informasi – Versi 2018 Halaman: 42 dari 53

Anda mungkin juga menyukai