Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PENETRAN TEST

1. M. Naufal Razan (0516040091)


2. Faishal Nur Huda (0516040093)
3. Kartika Indira Putri (0516040100)
4. Meyta Kusuma Ananda (0516040102)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1. TUJUAN
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive
test dengan Liquid Penetrant.
1.1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu
komponen yang dapat diuji dengan Liquid penetran dan mampu
menjelaskan jenis-jenis diskontinyuitas yang mampu dideteksi
dengan Liquid Penetran.

I.2. DASAR TEORI


Evaluasi atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada
konstruksi yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara
rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan
mempermudah perawatannya. Untuk melakukan evaluasi atau inspeksi
tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu
mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis
NDT (Non-Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk
dilakukan. Uji liquid penetran ini dapat digunakan untuk mengetahui
diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau
kebocoran. Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant
memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk
kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan
dari dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang
(developer) yang warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).
Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
gambar . Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada
ukuran, bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya.
Liquid penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat
kecil. Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari
diskontinyuitas. Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan
permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan,
dll. Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan
non ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda
hasil powder metalurgi.

Gambar 1. Proses Kapilaritas pada spesimen uji

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:


1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan
tersebut merembat hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan
yang ada dibawah permukaan benda, tidak akan terdeteksi dengan
menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda
hasil hasil metallurgy yang kurang padat.
Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya
Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki
perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu system bergantung pada
faktor-faktor :
1) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
2) Karakteristik umum discuntinuity/keretakan logam
3) Waktu dan tempat penyelidikan
4) Ukuran benda kerja

Metoda pengujian liquid penetran ini diklasifikasikan sesuai


dengan cara pembersihannya, yaitu:
1. Water Washable Penetrant System
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses
pengerjaannya cepat dan efisien. Pembilasan harus dilakukan secara
hati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus habis dari permukaan
diskontinyuitas.
2. Post Emulsifible System
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil,
menggunakan penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant
jenis ini dilarutkan dengan cleaner dan remover serta membutuhkan
langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier
yang dibiarkan pada permukaan spesimen.
3. Solvent Removable System
Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan
pembasuhan penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam cleaner/remover.
Pembersihan penetrant secara optimum dapat dicapai dengan cara
mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan
dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan
menggunakan kain kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara
membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent.
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna
developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra
violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux untuk
pengamatan.
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas
fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Pada system ini, specimen mengalami satu kali pengujian dua kali
pengamatan yaitu visible penetrant dan fluorescent penetrant,
sehingga dengan dual sensitivity dapat diperoleh hasil dengan
ketelitian yang lebih tinggi dan akurat.

Acceptance Criteria
Benda yang diuji dengan mengguanakan liquid penetran harus
terbebas dari :
1. Linear relevan indicator atau indikasi (>1,5 mm)
2. Rounded relevan (>5 mm)
3. 4 atau lebih indikasi rounded relevan yang diperlukan dengan jarak <
1,5 mm.
- Indikasi linear = indikasi yang panjangnya lebih 3x lebarnya.
- Indikasi rounded = indikasi yang panjangnya < 3x lebarnya.
- Relevan indication = indikasi yang dimensinya > 1,5 mm.
BAB 2
METODOLOGI

2.1. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
2.1.1. Alat
a. Penggaris
b. Kain dan Tissue
c. Kamera
d. Timer (Stop Watch)
e. Lampu
f. Light meter

2.1.2. Bahan
a. Spesiment uji berupa Weld part
b. Cleaner (SKC – S Magnaflux)
c. Liquid Penetrant (SKL – SP 11 Magnaflux)
d. Developer (SKD – NF / ZP 9)

Gambar 2.1. Cleaner (kiri), Liquid Penetrant (Tengah) dan Developer


(kanan)
2.2. PROSEDUR PENGUJIAN

2.2.1 Menentukan Teknik Uji Liquid Penetrant


Sebelum pengujian dilakukan ditentukan terlebih dahulu teknik
yang digunakan dalam Liquid Penetrant Test, yaitu dengan
menggunakan Solvent Removable System. Solvent removable sistem
digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan penetrant.
Penetrant jenis ini larut dalam cleaner atau remover. Pembersihan
penetrant secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan dengan
solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan
kain kering. Pengujian kemudian dilakukan dengan menggunakan
material uji berupa Weld part.

2.2.2 Pre Celaning


Pertama-tama sebelum dilakukan pengujian liquid penetrant,
spesimen dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengelap
permukaan menggunakan kain lap, kemudian kain lap yang lebih
bersih dibasahi dulu dengan cleaner lalu digosokkan pada spesimen
untuk membersihkan spesimen dari kotoran, oli, lemak-lemak, dll
kemudian specimen disemprot dengan cleaner kemudian material uji
di-lap hingga benar-benar bersih.

Gambar 2.2. Pre Cleaning


2.2.3 Penentuan Dwell Time
Sebelum dilakukan penyemprotan liquid penetrant terlebih dahulu
ditentukan Dwell Time yang digunakan untuk proses penetrasi liquid
penetrant dengan baik. Dwell Time ditentukan dengan dua
pertimbangan, yang pertama ditentukan dari bahan penetrant tersebut,
dan yang kedua menggunakan table standard dari ASME 2001 section
V article 6, berdasarkan bahan yang digunakan.
Karena material ujinya berupa baja maka Dwell Time
minimumnya adalah 5 menit.

2.2.4 Aplikasi Liquid Penetrant


Setelah itu dilakukan penyemprotan liquid penetrant ke material
uji dengan Dwell Time 6 menit yang ditujukan agar diperoleh
penetrasi liquid penetrant yang baik. Selain itu juga warna liquid
penetrant yang digunakan berbeda (kontras) dengan warna developer
yang digunakan supaya dapat diketahui secara visual diskontinyuitas
yang ada.

Gambar 2.3 Aplikasi Liquid Penetrant

2.2.5 Cleaning sisa penetrant


Setelah liquid penetrant disemprotkan, dan dengan menggunakan
Dwell Time 6 menit, liquid penetrant yang ada di daerah spesiment
yang akan diamati, dibersihkan dengan menggunakan solvent.
Caranya yaitu dengan mengelap permukaan spesiment dengan kain
yang telah dilembabkan dengan solvent dengan arah searah. Perhatian
kain yang digunakan harus bersih karena dikhawatirkan kotoran yang
ada pada kain akan menempel pada spesimen uji.

Gambar 2.4 Cleaning Sisa Penetrant

2.2.6 Aplikasi Developer


Setelah 23 menit liquid penetrant yang telah disemprotkan pada
material uji dibersihkan bagian atasnya (permukaannya) dengan
menggunakan lap kering. Setelah itu agar permukaan material uji lebih
bersih dari liquid penetrant maka permukaan material uji dibersihkan
dengan lap ataupun kertas penyerap yang dilembabkan dengan cleaner
untuk membersihkan permukaan spesimen hingga tidak ada lagi sisa
penetrant yang ada kecuali yang meresap di dalam diskontinyuitas.
Sebelum diberi (disemprotkan) developer terlebih dahulu dilihat
Dwell Time dari developer yang digunakan. Dwell Time dari
developer yaitu minimum 10 menit. Setelah itu barulah disemprotkan
ke material uji dengan jarak penyemprotan ± 25 centimeter sehingga
diperoleh penyemprotan yang rata ke seluruh permukaan material uji.
Gambar 2.5 Aplikasi Developer

2.2.7 Evaluasi
Setelah spesiment disemprot dengan liquid penetrant dengan rata,
kemudian ditunggu selama 23 menit hingga benar-benar diperoleh
hasil yang baik lalu kita mengamati adanya warna liquid penetrant
yang tampak karena terangkat keluar kepermukaan oleh developer.
Warna yang tampak tersebut kemudian diukur panjangnya dan
didokumentasikan untuk diperoleh data yang lebih baik mengenai
diskontinyuitas yang diperoleh dari pengujian Non-Destructive Test
dengan menggunakan Liquid Penetrant.

Gambar 2.6 Evaluasi Hasil Pengujian


2.2.8 Post Cleaning
Setelah diadakan evaluasi, tahap yang terakhir yaitu pembersihan
spesiment. Spesiment dibersihkan dengan cara mengelap permukaan
menggunakan kain lap, kain lap yang telah dibasahi dengan cleaner,
kemudian specimen disemprot dengan cleaner kemudian dilap lagi dengan
kain lap. Hal ini ditujukan agar liquid penetrant dan developer yang telah
disemprotkan pada spesiment dapat terangkat, sehingga spesiment bersih
seperti pada tahap pre-cleaning.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Pengujian

Tabel 3.1. Data pengujian


No Part / Item Size Type of Result Remark
(mm) defect Accepted Reject
1 p = 13 Linear √ Reject
l=4
2 p = 11 Linear √ Reject
l=2
3 p = 12 Linear √ Reject
l=1
4 p=6 Linier √ Reject
l=1
5
A2 p=3
l=1
Rounded √ Reject

6 p=4 Linier √ Reject


l=1
7 p=3 Rounded √ Reject
l=1
8 p = 14 Linier √ Reject
l=1
9 p=1 Rounded √ Reject
l=1

Pada Pengujian ini kami menggunakan dwell time untuk precleaning


1 menit, untuk liquid penetran 6 menit, dan untuk aplikasi developer 23
menit.
16.3 cm

Gambar 3.1. Jarak lampu terhadap material


Selain itu pada pengujian ini kami menggunakan lampu PHILIPS
ESSENTIAL 23 WATT dengan intensitas cahaya 1205 lux. Untuk
mendapatkan intensitas cahaya tersebut maka kami atur jarak antara lampu
(sumber cahaya) dan material adalah 16.3 cm.
3.2.Gambar Hasil pengujian

Gambar 3.2. Cacat pada permukaan material


Pada pengujian ini kami menemukan 9 diskontinuity pada
permukaan material yaitu :
1.Diskontinuity liniear dengan p=13mm dan l=4mm
2. Diskontinuity linier dengan p= 11mm dan l=2mm
3. Diskontinuity linier dengan p= 12mm dan l=1mm
4. Diskontinuity linier dengan p= 6mm dan l=1mm
5. Diskontinuity rounded dengan p= 3mm dan l=1mm
6. Diskontinuity linier dengan p= 4mm dan l=1mm
7. Diskontinuity rounded dengan p= 3mm dan l=1mm
8. Diskontinuity linier dengan p= 14mm dan l=1mm
9. Diskontinuity rounded dengan p= 1mm dan l=1mm
Gambar 3.3 Sketsa cacat material
BAB IV
PENUTUP

IV. KESIMPULAN
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
terdapat discontinuity pada material uji (plat) yakni berupa discontinuity
berbentuk lingkaran (rounded) dan garis (linier).
Serta pada pengujian pengujian material weld part yang
menggunakan pengujian penetran type visible dengan metode solvent
removable ini, kami menggunakan bantuan pencahayaan dengan lampu
PHILIPS ESSENTIAL 20 WATT dengan intensitas pencahayaan 1205 lux.
Pada pengujian ini kami menemukan 9 diskontinuity pada
permukaan material yaitu :
1. Diskontinuity liniear dengan p=13mm dan l=4mm
2. Diskontinuity linier dengan p= 11mm dan l=2mm
3. Diskontinuity linier dengan p= 12mm dan l=1mm
4. Diskontinuity linier dengan p= 6mm dan l=1mm
5. Diskontinuity rounded dengan p= 3mm dan l=1mm
6. Diskontinuity linier dengan p= 4mm dan l=1mm
7. Diskontinuity rounded dengan p= 3mm dan l=1mm
8. Diskontinuity linier dengan p= 14mm dan l=1mm
9. Diskontinuity rounded dengan p= 1mm dan l=1mm

VI. SARAN
Pada saat pengujian menggunakan ASME 2001 Section V Article 6 ,
seharusnya pada waktu melakukan pengujian, menggunakan ASME yang
terbaru yaitu ASME 2004, sebab ASME melakukan revisi secara periodik dan
lebih “up to date” bila menggunakan ASME yang terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

ASME 2001 Section V Article 6.


Budi Prasojo, ST (2002), Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS-ITS
Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr, (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai