Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL PENUGASAN TEORI

Melakukan Pengujian Dengan Dye Penetrant

Oleh :
HENDROYONO

SMKS KARTIKA IV-2 Lawang

BBPPMPV Bidang Otomotif dan Elektronika Malang


April 2021
DAFTAR ISI

PENJELASAN UMUM ............................................................................. 2


BAB I ................................................................................................... 4
Mempersiapkan Area Kerja Inspeksi Untuk Uji Penetrant ................... 4
Tugas Teori 1 ..............................................................................4
BAB II ................................................................................................... 7
Melakukan Pengujian Dye Penetran ...................................................7
Tugas Teori 2 ............................................................................. 7

1
PENJELASAN UMUM

Penetrant Test
Prinsip Kerja Uji Penetran adalah Cairan penetran yang masuk ke dalam diskontinuitas
kemudian akan keluar ke permukaan dengan bantuan developer atau cairan
pengembang. Developer ini harus mempunyai warna yang kontras dengan warna liquid
penetrant agar saat proses pengamatan hasil pengujian dapat dilakukan dengan mudah
dan benar.

Klasifikasi Cairan Penetrant

1. Berdasarkan Cara Pembersihannya


Solven Removable System.
Tipe ini dipakai saat proses precleaning serta saat melakukan pembasuhan liquid
penetrant. Untuk aplikasinya solven disemprotkan ke kain bersih kemudian kain
dilap pada permukaan material uji, setelah itu lap permukaan material dengan
kain kering. Selain dengan metode tersebut Anda juga dapat menyemprotkan
atau membanjiri permukaan material dengan solven, untuk jenis liquid penetrant
ini larut dalam cairan oli.
Water Washable Penetrant System.
Cairan yang digunakan adalah fluorescent, system ini dapat dikerjakan dengan
cepat dan efisien. Namun, untuk pembilasan liquid penetrant harus dilakukan
dengan hati hati dan tidak boleh terlalu ditekan karena dapat mengakibatkan
cairan habis dari permukaan diskontinuitas dimanah hal tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Post Emulsifible System.
Sistem ini cocok untuk mendeteksi jenis retak yang ukurannya sangat kecil, untuk
jenis cairan penetrannya yang tidak dapat hilang ketika dibasuh menggunakan air
melainkan menggunakan jenis yang dilarutkan dengan oli. Saat aplikasi atau
inspeksi terdapat langkah tambahan berupa penambahan emulsifier yang
diaplikasikan dan dibiarkan di permukaan benda uji.

2. Berdasarkan Cara Pengamatan


Visible Penetran.
Warna jenis penetran ini biasanya merah, dengan penampilan yang kontras
dengan developer berwarna putih. Saat pengamatan tidak membutuhkan
pencahayaan dari sinar ultraviolet, namun cukup dengan cahaya lampu putih
dengan kecerahan minimal 100 fc (1000 lux). Oleh karena itu sebelum melakukan
pengamatan pastikan sinar diukur dengan lux meter.

Fluorescent Penetrant.
Cairan penetran ini akan berkilau jika disinar menggunakan Ultra Violet. Jenis
cairan ini bergantung terhadap kapasitasnya dalam menampilkan diri terhadap
sinar UV yang rendah ketika berada di ruangan yang minim cahaya atau gelap.
Dual Sensitivity Penetran.

2
Pada jenis ini spesimen uji akan mengalami 2 kali proses pengujian yaitu visible
dan Fluorescent penetran, dengan 2 kali pengujian ini maka hasil pengamatan
akan lebih akurat.

Standar Penetrant Test :


Dalam melaksanakan penetrant testing kita tidak boleh sembarang melakukannya,
semua ada prosedur dan syarat keberterimaan yang sudah ditentukan oleh Standard
dan Code.
Untuk Code yang digunakan dalam uji penetran adalah : ASME Sec V Article 6.

Acceptance Criteria Penetrant Testing


Hasil uji cairan penetran ditentukan dari dimensi, jenis indikasi dalam uji ini disebut
dengan indikasi relevan atau (relevant indication) dengan ukuran yang lebih dari 1,5 mm.
Sedangkan dari segi bentuknya terdapat dua jenis yaitu Linier Indication (Indikasi
Memanjang) dan Rounded Indication (indikasi melingkar).

Rounded Indication adalah indikasi yang mempunyai panjang kurang atau sama dengan
ukuran lebarnya (L ≤ 3W), sedangkan Linier Indication adalah sebuah indikasi yang
mempunyai panjang lebih dari tiga kali lebarnya (L > 3W). Hasil uji penetran dinyatakan
ditolak jika dimensinya tidak sesuai dengan syarat keberterimaan yang di atur dalam
ASME berikut ini :

Ukuran indikasi memanjang lebih dari 1,5 mm (Linier Relevant Indication).


Ukuran indikasi melingkar dimensinya lebih dari 5 mm (Rounded Relevant Indication).
Indikasi melingkar yang berjumlah 4 atau lebih dan berada dalam satu baris dengan
jarak antar indikasi dari tepi ke tepi kurang dari 1,5 mm.

3
BAB I
MEMPERSIAPKAN AREA KERJA INSPEKSI UNTUK UJI PENETRANT

Tugas Teori -1
Perintah : Jawablah soal di bawah ini
Waktu Penyelesaian : 45 menit
Soal :

1. Jelaskan Prinsip dari Uji Dye Penetrant !


Penetran yang digunakan dalam pengujian adalah penetran cair dapat dikategorikan
dengan pewarna jenis yang dikandungnya dan pemrosesan yang diperlukan untuk
melepaskannya dari benda uji.
Cairan penetran dapat menggunkan cairan berwarna merah yang dapat dilihat dengan
cahaya biasa, atau cairan menggunakan warna fluorescent yang dapat dilihat oleh
lampu ultraviolet.

Prinsip dari metode Dye Penetrent Test adalah menggunakan cairan penetrant dengan
memanfaatkan kemampuannya yang bisa meleweati celah discontinouity serta kerja
developer untuk mengangkat kembali cairan yang meresap pada retakan, dengan begitu
cacat pada material dapat terdeteksi
Pengembang ini harus mempunyai warna yang kontras dengan warna cairan penetran
agar proses pengujian hasil pengujian dapat dilakukan dengan mudah dan benar.

2. Jelaskan Prinsip Pelaksanaan Pengujian Dye Penetrant !


Urutan prosedur pengujian penetrant, pada dasarnya sama untuk semua uji penetran,
dapat dibagi menjadi enam langkah utama. Yang diantaranya:
1. Permukaan spesimen dibersihkan dan dibiarkan mongering
2. Penetran diaplikasikan pada permukaan uji dan berikan waktu yang cukup
agar cairan meresap ke dalam lubang
3. Penetrant yang tersisa di permukaan dibersihkan tanpa melepaskan penetran
yang meresap kedalam lubang
4. Developer diaplikasikan untuk membantu menarik penetran kembali ke
permukaan
5. Permukaan spesimen secara visual diperiksa untuk menemukan indikasi cacat
mealalui penetran yang telah terbentuk di lapisan developer. Dan mennetukan
spesimen yang di uji ditolak atau tidak
6. Pembersihan kembali pada permukaan spesimen dengan menghilangkan sisa
developer yang menempel dipermukaan

3. Mengapa Pre-Cleaning harus dilakukan sebelum melakukan Pengujian Pye Penetrant ?


Pre-Cleaning dimaksud untuk mempersiapkan agar permukaan benda uji
bersih dari kotoran yang mungkin penyumbatan celah / cacat atau
mengganggu proses penetrasi serta menghilangkan kontaminan yang
mungkin ada pada permukaan benda uji

Permukaan benda uji harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang
akan menghalangi masuknya cairan penetran masuk ke dalam cacat.

4
Permukaan harus bebas dari cat, kotoran, kerak, pernis, minyak, tambalan,
pelumas, oksida, lilin, karat, cairan pemesinan, dan sisa dari inspeksi
penetran sebelumnya.
Suatu prosedur pembersihan yang baik akan menghilangkan semua
kontaminan dari benda uji dan tidak meninggalkan sisa-sisa yang dapat
mengganggu proses inspeksi

4. Sebutkan APD yang wajib digunakan saat melakukan Pengujian Dye Penetrant!
. Masker Pernapasan.
. Kuas.
. Sarung Tangan.
. Kacamata.
. Safety shoes

5. Gambarkan 6 jenis Diskontinuitas Permukaan pada hasil Pengelasan !


a. Percikan Las (spatters)
Penyebab : Electrode Lembab, Busur terlalu panjang

b. Permukaan Cekung (Surface Concavity)


Penyebab : Lajur Capping belum selesai, Speed Capping terlalu tinggi

c. Kesalahan saat Penggantian Elektroda (Stop Start/Fault of Electrode Junction)


Penyebab : Tonjolan berulang disebabkan oleh penggantian elektroda terlalu
mundur sehingga terjadi over lapping yang menonjol.

5
d. Penetrasi Tidak Lengkap (Incomplete Penetration)
Penyebab : Kecepatan perjalanan terlalu tinggi, Jarak elektroda atau busur las
terlalu Tinggi

e. Surface undercut
Penyebab : Kecepatan las terlalu cepat, Penggunaan sudut yang salah, yang
akan mengarahkan lebih banyak panas ke tepi bebas, Teknik
pengelasan yang buruk

f. Permukaan Berlubang (Surface Porosity)


Penyebab : Arc length terlalu panjang, Benda kerja kotor, Elektroda
basah/lembab.

6
BAB II
MELAKUKAN PENGUJIAN DYE PENETRANT

Tugas Teori - 2
Perintah : Jawablah soal di bawah ini
Waktu Penyelesaian : 45 menit
Soal :

1. Jelaskan jenis-jenis Dye Penetrant ditinjau dari cara Inspeksi dan Metode Membersihannya !
a. Water Washable Penetrant System.
Cairan yang digunakan adalah fluorescent, system ini dapat dikerjakan dengan
cepat dan efisien. Namun, untuk pembilasan liquid penetrant harus dilakukan
dengan hati hati dan tidak boleh terlalu ditekan karena dapat mengakibatkan
cairan habis dari permukaan diskontinuitas dimanah hal tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil pengujian.
b. Post Emulsifible System.
Sistem ini cocok untuk mendeteksi jenis retak yang ukurannya sangat kecil, untuk
jenis cairan penetrannya yang tidak dapat hilang ketika dibasuh menggunakan air
melainkan menggunakan jenis yang dilarutkan dengan oli. Saat aplikasi atau
inspeksi terdapat langkah tambahan berupa penambahan emulsifier yang
diaplikasikan dan dibiarkan di permukaan benda uji.
c. Solven Removable System.
Tipe ini dipakai saat proses precleaning serta saat melakukan pembasuhan liquid
penetrant. Untuk aplikasinya solven disemprotkan ke kain bersih kemudian kain
dilap pada permukaan material uji, setelah itu lap permukaan material dengan
kain kering. Selain dengan metode tersebut Anda juga dapat menyemprotkan
atau membanjiri permukaan material dengan solven, untuk jenis liquid penetrant
ini larut dalam cairan oli.
Ketiga sistem ini berlaku baik bagi cairan penetran Tipe Fluoseren maupun Non
Fluoresen . Masing-masing sistim dan tipe memiliki keuntungan dan kerugian .
Umumnya pembersihan dilakukan dengan cara menyeprot melap atau mencuci hingga
permukaan benda uji bersih dari sisa-sisa penetran yang tidak terpakai

2. Jelaskan Prosedur Pelaksanaan Pengujian Dye Penetrant Jenis Non Flouresence Solvent
Removable !
Pada sistim ini pembersihan dilakukan dengan menggunakan semprotan air.
Cairan penetran terdiri dari minyak untuk penetrasi , zat warna , zat pengemulsi
(penguat) dan zat pen-stabil dimana diharapkan akan diperoleh satu cairan yang
daya penetrasinya tinggi , mudah melarutkan zat warna , mudah dicuci dengan air
dan tetap stabil dalam berbagai kondisi suhu atau operasi .

3. Jelaskan dalam kondisi seperti apa Flouresence Post - Emulsified Penetrant Inspection
diaplikasikan ?
Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertimbangan pertama dalam pemeriksaan
benda uji.
a. Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka diperlukan ruangan gelap dan
lampu ultraviolet dengan intensitas yang memadai.
b. Jika dipakai visible dye penetrant, diperlukan penerangan dengan cahaya
biasa.
Pada tahap pemeriksaan harus mengacu pada standard tertentu yang digunakan pada
liquid penetrant test.
7
Pada tahap evaluasi ini dilakukan setelah pengujian yang mendapatkan hasil indikasi
celah retak pada komponen uji yang akan di evaluasi tentang diterima atau tidaknya
komponen tersebut, pada kriteria penerimaan ini mengacu pada standard tertentu yang
digunakan pada tahapan proses liquid penetrant test.

4. Jelaskan Perbedaan dari Indikasi Palsu dengan Indikasi Non Relevan !


Indikasi Palsu
Disebabkan karena pembersihan yang buruk, kondisi pemrosesan yang buruk, bilik
pemeriksaan yang kurang bersih, atau aspek lain dari proses penetrant.
Operator dapat dengan mudah mengatakan jika pembilasan sudah dilakukan dengan
benar dengan memakai lampu ultraviolet selama dan setelah proses pembersihan
Penetran Fluorescent.
Untuk menghindari indikasi palsu, harus diperhatikan agar tidak ada kontaminasi dari
luar seperti berikut ini:
. Jejak penetrant di tangan operator.
. Kontaminasi developer basah atau kering.
. Penetran yang berpindah dari indikasi lain ke spesimen yang bersih.
. Jejak penetrant di meja pemeriksaan.

Indikasi Non Relevant


Disebabkan karena ketidak teraturan permukaan atau konfigurasi benda yang pada
kebanyakan kasus akibat disain.
Indikasi Non Relevant disebabkan karena adanya Press Fitted, Alur, Splined, atau
Kelingan.
Termasuk juga dalam indikasi Non Relevant adalah kerak lepas dan pemukaan kasar
pada benda tempa, benda cor dan pengelasan.
Indikasi Non Relevant dianggap tidak menggangu pemakaian komponen.
Sama halnya dengan indikasi palsu, inspektor harus memeriksa indikasi ini dengan hati-
hati untuk memastikan agar jangan sampai menutupi Indikasi Relevant.

5. Jelaskan hal-hal yang bisa menyebabkan Degradasi / Penurunan Kualitas Penetran !


Penyebabnya :
Welding Defect adalah cacat/ketidak sempurnaan produk yang dipandang baik
dari sisi bentuk maupun ukuran yang keluar dari toleransi standar/spesifikasi yang
disyaratkan
Adapun Jenis Welding Defect antara lain :
. Overlap
Cacat lipatan pada permukaan la
. Uindercut
Base material yang terkikis pada pinggiran lasan
.Porosity
Cacat lasan yang berbentukrongga/lubang
. Slag
Terak lasan yang terperangkap pada daerah lasan
. Crack
Retakan pada lasan, biasanya berbentuk garis tipis

Jenis-jenis Welding Defect tersebut diatas adalah merupakan kondisi actual dari hasil
pengamatan secara langsung di lapangan dan dari hasil diskusi dengan pihak terkait

Anda mungkin juga menyukai