PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
2
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
a) Keretakan atau kekeroposan yang diselidiki dapat dideteksi apabila keretakan tersebut terjadi
sampai ke permukaan benda. Keretakan di bawah permukaan (subsurface cracks) tidak dapat
dideteksi dengan cara ini.
b) Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasi yang palsu.
c) Tidak dianjurkan menyelidiki benda-benda hasil powder metallurgi karena kurang padat (berpori-
pori).
2) Klasifikasi Liquid Penetrant sesuai cara pembersihannya
Ada tiga macam sistem liquid penetrant yang dapat digunakan ketiganya memiliki perbedaan yang
mencolok. Pemilihan salah satu sistem bergantung pada faktor-faktor :
a) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
b) Karakteristik umum keretakan logam
c) Waktu dan tempat penyelidikan
d) Ukuran benda kerja
Ketiga sistem liquid penetrant yang dapat digunakan adalah :
a) The Water Washable Penetrant System
Direncanakan agar liquid penetrant dapat dibersihkan dari sistem serupa. Sistem ini dapat berupa
flucreacont atau fisibledye. Prosesnya cepat dan efisien. Pembasuhan harus dilakukan secara hati-
hati, karena Liquid Penetrant dapat terhapus habis dari permukaan yang retak. Derajat dan
kecepatan pembasuh untuk proses ini tergantung pada karakteristik dari spray nozzle, tekanan,
temperatur air selama pembasuhan, kondisi permukaan benda kerja, dan karakteristik liquid
penetrant sendiri.
b) The Post Emulsifisible System
Untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, digunakan penetrant yang tidak dapat dibasuh
dengan air (not water washable). Hal ini penting agar tidak ada kemungkinan penetrant terbasuh
oleh air. Penetrant jenis ini dilarutkan dalam oli dan membutuhkan langkah tambahan pada saat
penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier dibiarkan pada permukaan benda kerja, harus dibatasi
waktunya agar penetrant yang berada di dalam keretakan tidak menjadi water washable agar tidak
ikut terbasuh.
c) The Solvent Removable System
Kadang-kadang dibutuhkan penyelidikan pada daerah yang sempit pada permukaan benda kerja
yang penyelidikannya dilakukan di lapangan. Biasanya benda kerjanya besar atau ongkos
pemindahan benda kerja ini dari lapangan ke tempat penyelidikan adalah relatif mahal. Untuk
3
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
situasi seperti ini solvent removable system digunakan pada saat pembersihan pendahuluan
(precleaning) dan pembasuhan penetrant. Proses seperti ini sesuai dan sangat luas digunakan
untuk inspeksi lapangan. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan pelarut secara optimum
dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dari Penetrant dengan lap yang
dibasuhi solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan kain kering. Penetrant dapat pula
dibasuh dengan cara membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent. Cara ini diterapkan pada
benda kerja yang besar. Tetapi pelaksanaannya harus berada dalam keretakan tidak ikut tebasuh.
Proses seperti ini biasanya dilakukan untuk aplikasi yang khusus, karena prosesnya memakan
tenaga yang relatif banyak dan tidak praktis untuk diterapkan sebagai inspeksi pada hasil produksi.
Proses ini merupakan proses Liquid Penetrant inspection yang paling sensitive bila dilakukan
dengan cara yang baik.
3) Klasifikasi Liquid Penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan cara pengamatannya ada tiga jenis Liquid Penetrant, yaitu :
a) Visible Penetrant
Pada umumnya visible Penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan pada penampilannya yang
kontras terhadap latar belakang warna developernya. Proses ini tidak membutuhkan cahaya
ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk pengamatan. Walaupun
sensitivitas Penetrant jenis ini tidak setinggi jenis fluorecent, tetapi cukup memadai untuk
berbagai kegunaan.
b) Fluorecent Penetrant
Liquid Penetrant jenis ini adalah Liquid Penetrant yang dapat berkilau bila disensitivitas.
Fluorecent Penetrant bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya
ultraviolet yang lemah pada ruangan gelap. Ada tiga tingkatan sensitivitas, yaitu :
1. Sensitivitas normal (cahaya normal)
2. Sensitivitas tinggi (cahaya gelap)
3. Sensitivitas ultra tinggi (infra merah)
Pemilihan penggunaan sensitivitas Penetrant bergantung pada kekritisan inspeksi, kondisi
permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan tingkat sensitivitas yang diinginkan.
c) Dual Sensitivity Penetrant
Ini adalah gabungan dari visible penetrant dan fluorecent penetrant, maksudnya adalah benda
kerja mengalami dua kali pengujian yaitu : visible penetrant dan fluorecent penetrant, sehingga
dengan duel sensitivity dapat diperoleh hasil yang lebih teliti dan akurat.
4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
4) Evaluasi indikasi menurut ASME (American Society of Mechanical Engineers) Section VIII Division
1 edisi 2010
Sebuah indikasi adalah bukti suatu ketidaksempurnaan mekanik. Hanya indikasi yang mempunyai
ukuran (dimensi) lebih besar dari 1/16 inchi (1,5 mm) yang akan dipertimbangkan.
5) Evaluasi Indikasi menurut standard ASME :
a) Indikasi linier jika kerusakan memiliki panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya.
b) Indikasi rounded jika bentuk keretakan melingkar atau menyerupai elips dan memiliki panjang
kurang dari atau sama dengan tiga kali lebarnya.
c) Indikasi-indikasi lain yang masih diragukan/dipertanyakan akan diuji kembali untuk menentukan
apakah diterima atau tidak.
6) Kriteria penerimaan pengujian menurut standart ASME :
Pengujian harus terbebas dari hal-hal berikut:
a) Indikasi linier yang relevan.
b) Indikasi rounded memiliki panjang lebih besar dari 5 mm
c) Empat atau lebih indikasi rounded yang relevan dalam satu garis yang jarak antar tepinya masing-
masing 1/16 inchi (1,5 mm) atau kurang.
5
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
6
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
7
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
8
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
9
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
4.7 Kesimpulan
1) Hasil pengelasan tidak lolos dari uji liquid penetrant
2) Cacat yang dapat diamati dengan pengujian liquid penetrant adalah cacat pada daerah permukaan
(surface), untuk cacat yang terletak pada daerah sub-surface tidak dapat diamati dengan pengujian
liquid penetrant.
3) Dengan pengujian liquid penetrant, maka letak dan bentuk keretakan pada permukaan suatu spesimen
dapat diketahui, sehingga dapat diketahui apakah spesimen yang telah diuji layak atau tidak layak
digunakan.
Daftar Pustaka
11
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 8 Methods for Liquid Penetrant Examination
(PT), 2010 Edition.
Prasojo Budi, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS
12