Anda di halaman 1dari 13

PENETRAN CAIR

(DYE PENETRAN/
LIQUID PENETRAN)
1.1.1 Pendahuluan

Metoda penetran cair digunakan untuk


mendeteksi diskontinuitas permukaan, seperti :
porositas, retak dan cacat-cacat lain dari proses
welding, forging, manufaktur dll.
Metoda ini dapat digunakan pada berbagai jenis bahan,
asalkan bahan tersebut tidak terlalu banyak porinya.

Bahan berpori-pori akan mengakibatkan penetran


terperangkap pada setiap pori sehingga diskontinuitas
permukaan tidak dapat ditampilkan dengan jelas.
Prinsip dasar kerja penetran adalah fenomena kapilaritas.
Karena fenomena ini memungkinkan cairan tertarik dan
tertinggal dan mengisi lubang dengan permukaan yang
sempit seperti diskontinuitas, retak pada permukaan. Udara
yang terperangkap di dalam diskontinuitas tidak mengganggu
masuknya penetran karena akan menyatu dengan penetran
dan terdefusi ke permukaan.
Pada aplikasi developer, kapilaritas juga digunakan dimana
developer menarik penetran dari diskontinuitas dan muncul
ke permukaan.
1.1.2 Bahan Penetran Dan Sifat-Sifatnya

Penetran merupakan cairan berwarna yang memiliki


kemampuan sangat baik untuk memasuki celah sempit/
kecil.
Berdasarkan macam zat warna yang digunakan,
bahan penetran dapat dibedakan menjadi dua macam :

• Penetran fluorescen yang mengandung


(petroleum distillates) zat warna yang dapat berpendar
di bawah sinar hitam (black light) atau sinar Ultraviolet.

• Penetran non-fluorescen yang mengandung zat warna


amat jelas (sulphur dan halogen) bila dilihat di
bawah cahaya tampak.
Penetran fluorescen terdiri dari campuran bahan :
minyak penetran, zat warna, bahan pengimulsi dan bahan
penstabil dengan tujuan untuk menghasilkan larutan
berkemampuan penetrasi serta melarutkan zat warna yang
baik dan mudah tercuci air.
Sinar hitam ialah cahaya yang mempunyai panjang
gelombang sekitar 320 - 400 nm. Sinar ini dihasilkan oleh
lampu uap merkuri yang dilengkapi filter untuk menapis
hampir seluruh cahaya tampak. Pengamatan dengan sinar
hitam harus dilakukan di tempat yang tidak terlalu terang.
Penetran non-fluorescen mengandung zat warna
yang jelas, biasanya merah pada cahaya tampak.
Tidak memerlukan sinar hitam atau ultraviolet pada
pengamatannya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki bahan penetran yang baik ialah
sebagai berikut :

• Tetap tinggal pada lubang yang kasar.


• Tidak mudah menguap.
• Mudah dibersihkan dari permukaan.
• Tetap tinggal di celah waktu pembersihan penetran lebih.
• Mobilitas cepat untuk muncul kembali dari celah.
• Mampu menyebar dalam bentuk lapisan yang amat tipis.
• Berfluorescensi (penetran fluorescen) ataupun tidak mudah
• luntur warnanya (penetran non-fluorescen).
• Tidak korosif.
• Tidak berbau.
• Tidak mudah terbakar.
• Stabil dalam penyimpanan.
• Tidak beracun.
• Harganya relatif tidak mahal.
• Mudah berpenetrasi ke celah yang sempit/halus sekalipun.
1.1.3. D e v e l o p e r

Developer mengandung bahan trichloroethane


yang digunakan untuk menarik penetran dari dalam
diskontinuitas sehingga keluar kepermukaan dan dapat
terlihat jelas. Indikasi diskontinuitas karena aksi penarikan
developer ini besarnya melebihi diskontinuitas yang
sesungguhnya. Dengan warna dasar yang putih developer
memberikan warna latar yang jelas dan kontras dengan
warna penetran.

Ada tiga macam developer :


1. Developer Kering (berupa serbuk kering).
2. Developer Bebas Air (berupa suspensi serbuk
dalam
pelarut).
3. Developer basah (berupa suspensi serbuk dalam
air).
1.2 Teknis Pelaksanaan
1.2.1 Langkah-Langkah Inspeksi
Pengujian penetran cair dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

1. Pembersihan awal permukaan benda uji.


Benda yang akan diuji harus dibersihkan terlebih dahulu
permukaannya, sehingga penetran dapat masuk
ke dalam diskontuitas atau cacat yang terbuka
di permukaan benda uji.
2. Aplikasi penetran.
Penetran diaplikasikan ke permukaan benda uji dengan
cara disemprotkan, dikuaskan atau dicelupkan dan
dibiarkan untuk selama waktu tertentu, sehingga
mengisi diskontinuitas/cacat.
Waktu ini disebut dwell-time.
3. Penghilangan Penetran berlebihan.
Penghilangan penetran berlebihan dilakukan dengan
beberapa cara, tergantung sistem pemakaian penetran
(water washable, post - emulsified atau
solvent removeble).

4. Aplikasi Developer.
Aplikasi developer tergantung developer yang dipilih.
Developer kering dan developer bebas air harus
digunakan setelah permukaan benar-benar kering.
Developer basah digunakan segera setelah
penghilangan penetran berlebihan pada saat
benda uji belum kering.
5. Pengamatan indikasi hasil aplikasi developer.
Pengamatan indikasi dilakukan beberapa waktu
tertentu sesudah aplikasi developer, dimana
penarikan penetran oleh developer sudah
cukup memberikan indikasi yang jelas.
Metoda pengamatan dilakukan menurut tipe
penetran yang digunakan.

6. Pembersihan akhir.
Pembersihan akhir dilakukan untuk membersihkan
permukaan dari developer dan sedikit penetran yang
tersisa. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
tertinggalnya penetran atau developr yg akan
tampak seperti kotoran terhadap benda uji.
Tujuan lainnya adalah untuk mencegah kerusakan
benda uji seperti : korosi, yang mungkin diakibatkan
oleh adanya deposit dari penetran atau developer.
1.3 Inspeksi Dan Indikasi

1.3.1 Peralatan Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan mengamati warna


penetran yang sudah ditarik oleh developer.
Dengan pengamatan yang dilakukan ini, dapat
diketahui panjang dan letak indikasi dari cacat
permukaan yang dapat dideteksi oleh inspektor.

Peralatan yang diperlukan pada saat inspeksi ialah :


• mistar,
• jangka sorong
• kaca pembesar,
• Lampu penerangan bila perlu.
1.3.2 Prosedur Inspeksi

Inspeksi dilakukan setelah aplikasi developer


pada permukaan benda uji. Developer menampakkan
penetran yang tertinggal dalam diskontinuitas.
Developer berperan sebagai zat penarik/pengisap
dan menguatkan penampilan penetran dengan
warna latar yang jelas.

Beberapa detik setelah aplikasi developer, benda uji


siap diinspeksi di bawah cahaya yang sesuai.
Dengan kondisi yang sesuai inilah dilakukan interpretasi
indikasi yang diamati.
1.4 Langkah-Langkah Pengujian

Anda mungkin juga menyukai