Anda di halaman 1dari 29

 

 
BAB II
  TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
 

 
Pada bab ini berisikan tijauan pustaka dan landasan teori mengenai alat uji tak
 
rusak (Non Destructive Tes) khususnya materi dalam pengujian penetrant
menggunakan
  metode A. Adapun yang dibahas berupa definisi definisi mengenai

  pengujian penetrant, prinsip kerja. Dan pembahasan autodesk inventor.

2.1 Prinsip Dasar Uji Tak Rusak

Prinsip dasar Uji Tak Rusak adalah suatu produk industri di desain untuk
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya dan tahan lama. Suatu kegagalan dini
dalam suatu proses produksi dapat saja terjadi, yang akan mengakibatkan kerugian
material material dan dapat membahayakan keselamatan manusia. Diskontinuitas
dan cacat pada produksi industri dapat terjadi karena :

1. Penggunaan bahan baku yang telah terdapat diskontinuitas dan cacatnya.

2. Kegagalan fabrikasi

3. Kondisi lingkungan dan beban yang berlebihan selama penggunaannya.

Maka untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, diperlukan suatu cara untuk memonitor kualitas pada setiap tingkat
pembuatan dan penggunaanya. Cara yang digunakan untuk keperluan tersebut
harus sedimikian rupa sehingga tidak akan mengganggu penampilan pelayanan dari
produk tersebut.
Didalam prinsip uji tak rusak atau biasa disebut dengan NDT (Non
Destructive Test) mempunyai enam metode dasar yang secara luas digunakan
dalam industri yang bertjuan untuk mendeteksi diskontinuitas dan cacat yang
diantaranya yaitu :
1. Liquid Penetrant Testing (Pengujian dengan penterant cair)

 
 

 
2. Magnetic Particle Testing (Pengujian dengan partikel magnet)
 
3. Eddy Current Testing (Pengujian dengan arus melingkar)
  4. Ultrasonic Testing (Pengujian dengan gelombang ultrasonik)
  5. Leak Testing (Pengujian kebocoran)

  6. Radiography Testing (Pengujian Radiography)

  2.2 Liquid Penetrant Testing


  Liquid penetran testing merupakan pengujian tanpa merusak yang bertujuan
untuk
  menemukan diskontinuitas pada permukaan komponen berdasarkan prinsip
kapilaritas. Kapilaritas berperan penting terhadap masuk dan keluarnya cairan
 
penetrant dari kedalam diskontinuitas.
 
Dengan menggunakan metode liquid pentrant testing cairan dapat
diaplikasikan kebagian atas permukaan komponen serta berikan waktu yang cukup
agar cairan penetran dapat menyusup kedalam diskontinuitas. Jika diskontinuitasnya
sangat kecil seperti halnya retakan atau seperi halnya lubang yang kecil kapilaritas
akan membantu cairan untuk penetrasi kedalam retakan atau lubang yang ada pada
komponen. Seperti pada Gambar II.1

Gambar II. 1 Penetrasi Cairan Penetran


Setelah waktu penetrasi mencukupi untuk masuk kedalam diskontinuitas,
bersihkan permukan komponen dari cairan penetran. Agar penetran yang masuk
kedalam diskontinuitas dapat terlihat, gunakan gaya kapiler agar dapat menarik atau
menghisap penetrant dari diskontinuitas. Seperti pada Gambar II.2

 
 

  Gambar II. 2 Tindakan Kapiler terbalik

2.2.1
  Prinsip Dasar Liquid Penetrant Test

  Penetran yang digunakan dalam pengujian penetran cair dapat dikategorikan


dengan pewarna jenis yang dikandungnya dan pemrosesan yang diperlukan untuk
 
melepaskannya dari benda uji. Cairan penetran dapat menggunkan cairan berwarna
merah yang dapat dilihat dengan cahaya biasa, atau cairan menggunakan warna
fluorescent yang dapat dilihat oleh lampu ultraviolet.

2.2.2 Test Prosedur

Urutan prosedur pengujian penetrant, pada dasarnya sama untuk semua uji
penetran, dapat dibagi menjadi enam langkah utama. Yang diantaranya:

1. Permukaan spesimen dibersihkan dan dibiarkan mongering

2. Penetran diaplikasikan pada permukaan uji dan berikan waktu yang cukup
agar cairan meresap ke dalam lubang

3. Penetrant yang tersisa di permukaan dibersihkan tanpa melepaskan


penetran yang meresap kedalam lubang

4. Developer diaplikasikan untuk membantu menarik penetran kembali ke


permukaan

5. Permukaan spesimen secara visual diperiksa untuk menemukan indikasi


cacat mealalui penetran yang telah terbentuk di lapisan developer. Dan
mennetukan spesimen yang di uji ditolak atau tidak

6. Pembersihan kembali pada permukaan spesimen dengan menghilangkan


sisa developer yang menempel dipermukaan. Lihat Gambar II.3

 
 

Gambar II. 3 Urutan Pengujian Penetran


Cairan yang digunkan untuk pengujian penetrant dapat dikategorikan
berdasarkan jenis zat pewarna yang ditambahkan. Penetrant yang mengandung zat
pewarna merah disebut Visible Dye. Sedangkan penetrant yang mengandung warna
(Hijau – kuning) disebut fluorescent. Dan untuk penetrant yang mengandung
kombinasi kedua zat yaitu visible dan fluorescent disebut dual sensitivity penetran.

2.2.3 Proses

Penetrant dapat dikelompokan berdasarkan proses pembersihan pada


permukaan, diantaranya :
1. Water washable memeiliki zat pengemulsi yang bisa dibersihkan
dengan air
2. Post-emulsifiable penetrants memerlukan zat pengemulsi terpisah untuk
menjadikan penetrant mudah dibersihkan dengan air.
3. Solvent removable penetrant harus menggunakan solvent khusus jika
menggunakan penetrant visible dalam kaleng bertekanan.
Sistem klasifikasi cairan penetrant dapat dilihat pada Tabel II.1

 
 

 
Tabel II. 1 Basic liquid penetrant classification system.
  Type Methode Sensitivity Developer Solvent
Type I : Methode A : Level ½ : Form a : Class 1 :
Fluorescent
  Water Washable Ultra low Dry powder Halogenated
Penetrant
  Methode B : Level 1 : Form b : Class 2 :
Type II : Lipophilic Medium Water soluble Nonhalogenated
 
Visible Postemulsifiable
  Penetrant Level 3 : Form c : Class 3 :
Methode C : High Water Special
  Solven suspendible application
Removable Level 4 :
  Ultra High Form d :
Methode D : Nonaquesous
  Hydrophilic Type I
Postemulsifiable (for
fluorescent)

Form e :
Nonaquesous
Type II
(for
fluorescent)

Form f :
Special
application
Berikut urutan proses pada pengujian penetrant menggunkan visible dan
fluorescent pada Gambar II. 4

10

 
 

Gambar II. 4 Proses pengujian visible dan fluorescent penetran


Sedangkan untuk dual sensitivity mengikuti diagram Gambar II. 4

Gambar II. 5 Proses Dual Sensitivity penetrant


11

 
 

 
Pengujian penetrant mempunyai kelebihan karena material yang bisa di uji bukan
 
hanya material logam seperti halnya almunium, magnesium, titanium, besi cor,
  stainless steel, kuningan dan paduan paduan lainya. Untuk material non logam juga
bisa  dilakukan pengujian menggunakan cairan penetrant seperti keramik, plastik,
karet,
  komposit dan kaca. Pengujia tidak direkomendasikan untuk dilakukan
pengujian kepada material yang berpori.
 

  2.3 Peralatan Pengujian

  Pengujian penetran memiliki beberapa peralatan yang digunakan untuk


melakukan pengujian penetrant. Selain peralatan yang digunakan alat pembersih
 
dilakukan untuk digunakan membersihkan spesimen sebelum dan sesudah
 
melakukan pengujian.

Ada beberapa alat yang digunakan untuk melakukan pembersihan pada


komponen yang diantaranya :

1. Pembersihan Deterjen

Pembersihan detergen dilakukan untuk membersihkan bagian permukaan


komponen dari kotoran. Pada pembersihan menggunakan detergen air
yang digunakan harus benar – benar bersih dan terjaga agar tidak
membuat komponen korosi.

2. Pembesihan Dengan Uap Solvent

Pembersihan menggunakan uap lebih tepat untuk membersihkan minyak,


gemuk dan kontaminan kotoran organik sejenisnya.

3. Pembersihan Dengan Uap Air

Pembersihan dengan uap air merupakan cara yang tepat untuk


membersihkan benda yang berukuran besar yang tidak mudah di cuci
dengan deterjen. Dengan cara ini mampu menghilangkan kotoran organik
dan inorganik, namun tidak dapat mencapai dasar diskontinuitas yang
dalam.

4. Pembersihan Dengan Solvent

12

 
 

 
Solvent pembersih digunakan untuk membersihkan kotoran organik namun
 
tidak direkomendasikan untuk menghilangkan karat ataupun kerak, flux
  pengelasan. Cairan solvent ini berupa benzol, bensin, minyak tanah, thinner
  cat, atau alkohol.

  5. Pembersihan Karat Dan Kerak Permukaan.

  Pembersihan ini dilakukan dengan cara penyikatan dengan tekanan


  rendah tujuannya untuk mencegah penutupan atau pengisian dikontinuitas
oleh gram, larutan basa atau asam bisa digunakan untuk menghilangkan
 
karat dan kerak dan cara selanjutnya yaitu sikat baja yang fungsinya sama
 
menghilangkan karat dan kerak.
 
6. Pemersihan Cat

Pembersihan cat dilakukan dengan cara melepaskan cat dengan tangki


pelarut panas atau solvent yang digunakan untuk penglupasan cat.

7. Etsa

Etsa dilakukan untuk membersihkan material logam yang sifatnya lunak


seperti halnya aluminium dan magnesium. Selain itu etsa dapat dilakukan
dengan memberikan larutan asam atau basa pada material yang dikerjakan
dengan cara permesinan atau penggerindaan.

8. Pembersihan Ultrasonik

Pembersihan ultrasonik menggunakan bak berisi cairan solvent atau


deterjen agar dapat meningkatkan efisiensi pembersihan dan juga dapat
menghemat waktu. Peralatan ultrasonik dipakai untuk membersihkan
benda yang ukuran kecil dan jumlahnya banyak. Untuk membersihkan
material inorganik dapat menggunakan campuran air dengan deterjen.

9. Pembersihan Secara Mekanis

Proses pembersihan yang tidak direkomendasikan yaitu sikat baja dan


penyekrapan, abrasive blasting, liquid honing, dan ampelas. Namun
adakalanya cara ini dapat dilakukan. Proses ini cenderung menutup
diskontinuitas dengan cara pemukulan atau pengerjaan dingin pada

13

 
 

 
permukaan spesimen. Saat pembersihan mekanis harus dilakukan,
 
diskontinuitas yang menutup dapat dibuka kembali dengan cara
  pengetesan yang akan menghilangkan lapisan tipis material dari
  permukaan.

 
2.3.1 Stasionary Pentrant Test Equipment
 
Peralatan stasioner yang digunakan dalam pengujian penetran cair berkisar
  dari sistem sederhana sampai sistem otomatis dan bervariasi dalam ukuran, tata letak,
dan pengaturan tergantung pada persyaratan pengujian spesifik.

  Ukuran peralatan yang digunakan sangat bergantung pada ukuran dan jenis

  spesimen yang di uji. Tata letak peralatan, yaitu, apakah '' u, '' '' L, '' atau garis lurus,
ditentukan oleh fasilitas yang tersedia, tingkat produksi, dan kemudahan penanganan
yang diperlukan.

Jumlah stasioner tergantung pada proses yang digunakan. Tergantung pada


jenis penetran dan pengolahan yang digunakan (lihat gambar II.4 dan II. 5) fasilitas
uji penetran cair memerlukan stasioner tertentu seperti yang ditunjukkan pada gambar
II.6 sampai II.10. Komponen peralatan yang dibutuhkan (stasioner) digabungkan
agar sesuai dengan proses pengujian tertentu. Di fasilitas pengujian yang khas untuk
proses post-emulsification, diperlukan stasiun berikut :

1. Precleaning Station (Tempat pembersihan awal)

2. Penetrant Station (Tangki berisi cairan penetrant )

3. Drain Station (Tempat pengering )

4. Emulsifier Station (Tank)

5. Rinse Station (Tangki pembilasan)

6. Developer Station (Lokasi developer)

7. Dryer Station (Tempat pengeringan)

8. Inspection Station (Tempat pemeriksaan)

9. Postcleaning Station (Tempat pembersihan akhir)

14

 
 

 
Gambar II. 6 Peralatan stasioner ukuran kecil yang menggunakan fluorescent pada
metode Post-emulsifiable penetrant dan developer kering

Gambar II. 7 Peralatan stasioner ukuran sedang yang menggunakan fluorescent


pada metode water washable penetrant dan developer kering

15

 
 

 
Gambar II. 8 Peralatan stasioner ukuran besar yang menggunakan fluorescent pada
metode water washable penetrant dan developer kering

Gambar II. 9 Peralatan stasioner ukuran sedang yang menggunakan visible day pada
metode water washable penetrant dan developer kering

16

 
 

 
Gambar II. 10 Peralatan stasioner ukuran sedang yang menggunakan visible pada metode
  Post-emulsifiable penetrant dan developer kering

2.3.2 Peralatan Tambahan

Peralatan bantu didefinisikan sebagai peralatan yang berada di stasiun uji


penetran (selain stasioner pembersih) yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian
penetran. Peralatan tambahan yang digunakan akan '' terpasang di satu stasioner uji
yang diantaranya:

a. Pompa

Pompa yang dipasang pada stasioner penetran, pengemulsi, pembilas, dan


pengembang, digunakan untuk memberikan tekanan air agar bisa
digunakan pada saat pencucian menggunakan penyemprot

b. Spray dan aplikator

Penyemprot dan aplikator sering digunakan pada penetran. Emulsifier,


pencucian, dan stasioner developer. Penyemprot konvensional dan
elektrostatik digunakan untuk membilas cairan penetran yang ada
dipermukaan dengan cepat tanpa memerlukan waktu yang lama.

c. Cahaya

Lampu dipasang di tempat pembilasan dan inspeksi, pencahayaan ini


dipasang untuk memastikan komponen yang dicuci bersih dari cairan

17

 
 

 
penetrant, sedangkan lampu black light dipasang diruang inspeksi untuk
 
memastikan keadaan komponen dari adanya indikasi cacat
 
d. Waktu
 
Waktu digunakan untuk mengontrol penetran menyusup kedalam retakan,
 
pengemulsi, deveoper, dan tempat pegeringan
 
e. Thermostats and thermometers.
 
Digunakan untuk mengetahui suhu yang digunakan pada oven pengering
  dan penetran material.
 
f. Exhaust fans
 
Digunakan saat pengujian dilakukan di area tertutup. Untuk menghindari
debu yang keluar atau serbuk developer agar tidak terhirup.

g. Hydrometer

Digunakan dalam pengujian penetran cair. untuk mengukur berat jenis


pengembang pada water based wet developer.

2.3.3 Portable Penetrant Test Equipment

Portable penetrant digunakan untuk melakukan pengujian secara terbatas


tanpa peralatan stasioner. Peralatan penetrant jenis portable bisa digunakan diruang
terbuka atau digunakan pengujian untuk ukuran yang besar. Jenis peralatan portable
yang digunakan terdiri dari visible day penetran (Gambar II.11) dan fluorescent
(Gambar II.12)

18

 
 

 
1. Jenis visible day terdiri dari :
 
a. Kaleng berisi solvent pembersih.
 
b. Kaleng berisi penetrant
 
c. Kaleng nonaqueous wet developer
 
d. Kain lap dan kuas
 

Gambar II. 11 Portabel tipe visible day


2. Jenis kotak portabel fluorescent terdiri dari :

a. Lampu black light dan trafonya

b. kaleng bertekanan berisi solvent pembersih

Gambar II. 12 portable tipe fluorescent


c. kaleng bertekanan berisi penetrant fluorescent

d. kaleng bertekanan berisi nonaqueous wet developer

e. developer kering

f. kain lap dan kuas

g. kain hitam untuk tempat pemeriksaan

19

 
 

 
2.3.4 Black Light
 
Lampu black light digunakan pada saat pengujian penetrant menggunakan
 
cairan fluorescent. Lampu black light mempunyai panjang gelombang 365 nm (3650
 
angstroms) yang membuat cairant fluorescent sangat jelas terlihat. Agar pada saat
pengujian
  hasilnya akurat lampu black light harus menghasilkan intensitas cahaya

  minimum 1000 𝜇𝑊/𝑐𝑚2 pada permukaan komponen yang akan diperiksa.

  Zat pewarna fluorescent mempunyai panjang gelombang 475 nm sampai 575 nm,
dapat dilihat dengan spektrum warna hijau – kuning. Sebelum lampu black light
 
digunakan disyaratkan untuk dilakukan pemanasan pada lampu minimum 5 menit.
 
Lampu harus tetap menyal sampai dilakukan pengujian, dikarenakan sering
  mematikan lampu akan memperpendek usia pakai. Jika lampu dimatikan sebaiknya
lampu dilakukan pendinginan yang cukup dalam waktu 10 menit selanjutnya lampu
bisa dinyalakan lagi.

2.4 Material Pengujian Penetrant

Bahan yang digunakan dalam pengujian penetran cair meliputi penetran,


cairan pengemulsi, cleaner, dan developer. Semua itu tersedia dalam bentuk cair atau
serbuk. Sebaiknya developer kering tidak di pakai dengan cairan visible dye karena
kontars yang jelek antara lapisan tipis serbuk developer dengan cairan penetrant yang
berwarna merah. Sebagian besar bahan tersedia dalam kaleng semprot bertekanan
serta dalam jumlah besar, arah, penggunaan, dan perawatan manufaktur sesuai
dengan arah pabriknya. Gambar II.13 menggambarkan kombinasi material dan
penggunaan yang berbeda.

20

 
 

Gambar II. 13 Kombinasi penggunaan material penetrant


Didalam material penetrant dapat dibatasi dengan kelopmpok material
menggunakan kombinasi dibawah ini :

1. Water Washable Penetrant

Water washable merupakan cairan berminyak yang mampunyai tingkat


penetrasi tinggi yang mengandung zat pengemulsi yang membuatnya
mudah dibersihkan dengan air, material yang digunakan pada water
washable bisa menggunakan cairant visibel atau fluorescent

2. Post – Emulsifiable penetrant

Post – emulsifiable penetrant mempunyai tingkat penetrasi yang bagus,


berbeda dengan water washable, minyak fluorescent atau visibel tidak
mudah larut dalam air, harus dilakukan emuslsifier terlebih dahulu agar
dapat diaplikasikan pada saat pencucian sehingga permukaan komponen
mampu dibersihkan dengan air.

3. Solvent removable penetrant

21

 
 

 
Solvent removable penetrant merupakan minyak penetrant yang tidak
 
mempunyai zat pengemulsi dan hanya bisa dilakukan pembersihan dengan
  menggunakan solven khusus yang digunakan pada tujuan tersebut.
  4. Zat Pengemulsi
 
Pengemulsi dapat diaplikasikan pada post-emulsifier dikombinasikan
  dengan penetran sehingga mudah dicuci dengan air. Pengemulsi,
  biasanya dicelup oranye untuk kontras dengan penetran,
lipofilik dapat berupa minyak, sedangkan hidrofilik berupa air deterjen.
 
5. Remover solvent
 

  Didesain agar dapat digunakan dengan jenis penetrant khusus. Remover


solvent ditempatkan pada kaleng semprot bertekanna

6. Developer kering

Digunakan untuk menarik cairan penetrant dari dalam diskontinuitas


sehingga tampak dipermukaan. Developer kering berupa serbuk yang
halus yang dilakukan pada pengujian penetrant dalam bentuk visible dan
fluorescent.

7. Developer basah

Memiliki fungsi yang sama dengan developer kering namun developer


basah terbuat dari campuran serbuk developer dengan air.

8. Nonaques wet developer

Kegunaannya sama dengan developer kering dan basah hanya saja


nonaques wet developer terbuat dari serbuk developer dengan dicampur
dengan cairant solvent

2.5 Tehnik pengujian penetrant

Aply penetrant dapat dilakukan dengan cara penyemprotan (spraying),


pengolesan (brushing), pencelupan (immersion), penuangan (flowing). Penetrant
yang sudah menetap dipermukaan didiamkan beberapa waktu yang biasa disebut
“dwell time“ adapun istilah yang digunakan pada aplikasi pentrant dapat dilihat pada
Tabel II.2
22

 
 

 
Tabel II. 2 Liquid penetrant application terminology
 

  Waktu Penetrasi (Dwell Time)


2.5.1
  Waktu yang digunakan pada saat cairan penetrant berada dipermukaan
  komponen dilihat dari ukuran dan bentuk diskontinuitas seperti halnya diskontinuitas
yang sangat rapat memerlukan waktu untuk penetrasi lebih dari 30 menit untuk
terbentuknya indikasi pada komponen. Sedangkan diskontinuitas yang berukuran
besar memerlukan waktu penetrasi 3 sampai 5 menit.

Suhu pada benda uji dan juga cairan penetran dapat mempengaruhi terhadap
dwell time yang disyaratkan. Untuk mempercepat penetrasi dan mempersingkat dwell
time dapat dilakukan dengan menghangatkan benda uji. Pastikan tidak terlalu
berlebihan pada saat memanaskan spesimen karena jika terlalu panas akan
menyebabkan suhu yang terlalu tinggi sehingga akan terjadi penguapan penetrant dari
dalam diskontinuitas, yang akhirnya akan mengurangi sensitivitas.

Dwell time diasumsikan untuk penetrant yang dalam kondisi basah di bagian
permukaan benda. Penambahan penetrant di saat dwell time diperbolehkan. Dwell
time ditentukan berdsarkan jenis material dan diskontinuitas. Untuk waktu pentrasi
diperlihatkan pada Table II.3

23

 
 

 
Tabel II. 3 Typical minimum penetration time.
 

2.5.2 Proses Pengujian Penetrant

Proses yang digunakan dalam pengujian penetran cair diidentifikasi dengan


metode yang digunakan (Water washable, Post Emulsified, atau solvent removed)

24

 
 

 
dan jenis pewarna (visible dye (kontras warna), fluorescen, atau dual sensitivity).
 
Langkah-langkah dasar yang terlihat pada Gambar II.14 dan II.15 sementara langkah
  dalam prosedur terlihat dalam . Tabel II.4
 

Gambar II. 14 Water washable and solvent - removed processe

2.5.2.1 Water washable fluorescent penetrant test

1. Aplikasi Penetrant

Penetrant diaplikasikan secara merata di seluruh permukaan uji dengan


beberapa tehnik yang digunakan seperti halnya penyemprotan, brushing,
pencelupan atau penuangan

2. Dwell Time

Penetran dibiarkan pada permukaan komponen sesuai dengan dwell time


yang telah ditentukan. Panduan mengenai dwell time terdapat dalam tabel
II. 4 namun untuk ukuran spesimen, komposisi, dan diskontinuitas, dan
suhu pada spesimen dan semua area uji mempengaruhi dwell time yang
dibutuhkan.

25

 
 

Gambar II. 15 Post -Emulsified Process

26

 
 

 
Tabel II. 4 Process Selection Guide
 

27

 
 

 
Tabel II. 5 Characteristics of water washable fluorescent
penetrant test
 

3. Penetrant Removal

Penetrant berlebih (semua penetran kecuali didalam diskontinuitas)


komponen dicuci setalah dwell time. Air pada 60 sampai 110℉ (16
sampai 43℃ ) dan tekanan tidak melebihi 50 psi (345 kpa) diaplikasikan
menggunakan semprotan nosel. Nosel dipegang lalu disemprotkan ke
permukaan komponen yang terdapat cairan penetrant. Posisi penembakan
pada pencucian posisi harus 45-75 derajat, dengan ketentuan sudut itu
cairan penetrant yang tertingal didalam diskontinuitas tidak akan tertarik
keluar. Proses pencucian dilakukan di bawah lampu black light sehingga
operator dapat mengamati saat penetrant yang masih tersisa dipermukaan.

4. Drying

Setelah selesai proses pencucian dilakukan Pengeringan dengan


menggunakan oven dengan udara panas yang merata pada permukaan
terbaik dicapai dalam oven yang dikontrol thermostat pada suhu antara
150 dan 225℉ (66 sampai 107). Waktu pengeringan ditentukan oleh
ukuran dan komposisi spesimen, Panas yang berlebihan atau terlalu lama

28

 
 

 
waktu pengeringan cenderung membuat penetran keluar dari
 
diskontinuitas
 
5. Apliksi developer
 
Setelah proses dikeringkan menggunakan oven, lakukan pada bagian
 
permukaan dengan diberikan developer kering tujuannya untuk menarik
  keluar cairan penetarnt dan dapat diamati diruang ispeksi
  Pada pengunaan developer bisa dilakukan dengan dua pemakaian yaitu
  developer basah dan developer kering kedua jenis developer tersebut
menggunakan serbuk putih yang halus. Berikut jenis developer yang
 
digunakan :
 
a. Dry developer

Developer kering diaplikasikan pada spesimen dengan cara brushing


secara lembut, atau dengan mencelupkan spesimen ke dalam tangki
developer setelah itu spesimen digoyan goyangkan untuk menghindari
developer yang berlebih, atau dengan menggunakan blub atau spray
dengan tekanan berlebih untuk mengeluarkan serbuk developer.

b. Nonaqueous wet developer

Nonaqueous wet developer Diaplikasikan dengan kaleng semprot


bertekanan biasanya paling sering digunakan dengan solvent-
removable dan jarang digunakan pada tehnik water washable dan pos-
emulsifiable. Ketika menggunakan Nonaqueous wet developer
spesimen harus cukup dingin untuk mencegah penguapan yang cepat
pada developer.

c. water based wet developer

Metoda pengaplikasikan water – base wet developer dilakukan dengan


cara pencelupan, penuangan, dan penyemprotan. Pada umumnya water-
based wet developer terbagi dua jenis yaitu :

1) water suspended

29

 
 

 
partikel serbuk pada developer terikat dalam suspensi dengan air
 
dan perlu diaduk terus menerus agar tidak mengendap. Serbuk
  developer larut dalam air dan membentuk suatu larutan yang tidak
  perlu diaduk lagi.

  2) Water – soluble developer menghasilkan sensitivitas yang lebih

  baik untuk mendeteksi diskontinuitas yang halus.

  Water – suspended dan water – soluble developers umumnya


digunakan dengan teknik water washbale dan post-emulsifieble
 
penetrant, dan jarang digunakan pada solvent removable
 
penetrant. Keduanya diaplikasikan pada benda uji yang dalam
  keadaan basah setelah dilakukan pembilasan.

6. Inspeksi

Setelah melakukan dwell time pada bagian developer maka dilakukan


inspeksi pada spesimen dibawah lampu black light guna untuk melihat
indikasi yang terjadi pada spesimen, pada saat inspeksi akan terlihat rumit
jika operator tidak memiliki ketajaman pada saat inspeksi . ada syarat yang
harus ketahui oleh operator :

a. Lakukan adaptasi terlebih dahulu selama 5 menit dalam keadaan gelap


agar mata terbiasa didalam ruangan gelap dengan pencahayaan lampu
Black light.

b. Hindari melihat langsung ke sumber lampu black light karena bola


mata mengandung cairan yang berpendar jika cahaya hitam bersinar
langsung ke mata

2.5.2.2 Post-Emulsified Fluorescent Penetrant Test

Kelebihan dan kekurangan karakteristik tes penetrasi fluoresen post-


emulsified tercantum dalam tabel pada tabel 4-5. Proses ini identik dengan uji
penetrasi fluoresen yang dapat dicuci dengan air kecuali untuk dimasukkannya tahap
pengemulsi setelah selesainya penetrasi waktu diam dan sebelum pemindahan
penetran.

30

 
 

 
Tabel II. 6 Characteristics of Post-Emulsified Fluorescent Penetrant Test
 

a. Aplikasi Penetrant lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 1

b. Dwell time lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 2

c. Emulsifier Applications

Setelah selesainya Dwell time yang cukup, pengemulsi diterapkan pada


spesimen dilapisi penetran. Perendaman, flow-on, teknik semprotan
digunakan untuk mengaplikasikan pengemulsi dalam lapisan tipis. Teknik
yang digunakan ditentukan oleh jumlah dan ukuran spesimen yang diuji

d. Emulsifier Dwell Time

Lamanya waktu pengemulsi dibiarkan didiamkan sebelum memulai siklus


pemindahan penetran ditentukan oleh pengemulsi yang digunakan dan jenis
diskontinuitas yang dicurigai, deteksi dangkal, penyok lebar, tanda mesin,
dan torehan memerlukan waktu emulsi minimal. Deteksi dari carcks ringan
memerlukan waktu pengemulsi dengan durasi yang cukup, sehingga
diskontinuitas dangkal dicuci bersih selama pemindahan penetran, namun
tidak terlalu lama sehingga penetran di celah-celah terpengaruh. Satu sampai
3 menit waktu tunggu emulsi biasanya diperlukan, meskipun artikel
permukaan kasar mungkin memerlukan 5 menit atau lebih. Waktu
sebenarnya harus ditentukan dengan eksperimen

e. Penetrant Removal lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 3


31

 
 

 
f. Drying lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 4
 
g. Developer aplication lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 5
 
h. Inspeksi lihat pada Sub Bab 2.5.2.1 bagian 6
 

2.5.2.3
  Solvent-removable Penetrants

  Kekuarangan dan kelebihan pada solvent removable fluorescent terlihat pada

 
tabel II.7

  Tabel II. 7 Characteristics of solvent - removed fluorescent penetrant tes

Metoda solvent removable menggunakan penetrant jenis post-emulsification.


Solvent digunakan untuk menghilangkan pentrant sisa yang ada di permukaan
benda. Solvent Removable penetrant menguntungkan dari segi portabilitas dan
dapat digunakan di luar tanpa menggunakan peralatan yang berat dan rumit. Cara
ini sangat memuaskan untuk pemeriksaan pemeliharaan dan untuk memeriksa
bagian dari suatu struktur yang besar.
Penetrant seringkali diaplikasikan dari kaleng semprot bertekanan yang membuat
sistem ini sangat portabel. Setelah waktu diam terpenuhi, penetrant sisa pada
mulanya diseka dengan lap penyerap dan kemudian dibersihkan dengan lap yang
dibasahi dengan solvent. JANGAN PERNAH menyemprotkan solvent secara
langsung ke permukaan benda karena akan melenyapkan penetrant dari dalam
diskontinuitas. Gambar memperlihatkan macam-macam proses pengujian
penetrant dan kegunaannya.

32

 
 

 
Gambar II. 16 Proses Solven Removable
 
2.6 Regulasi standar penggunaan
 
Regulasi yang digunakan pada materi yang dibahas mengenai Liquid
 
Penetrant Testing mengacu pada standar ASTM E165 yang dimana pada pada
 
standar ini menjelaskan mengenai penetrant secara umum, terminologi dan ringkasan
mengenai pengerjaan yang dilakukan pada pengujian penetrant secara umum,
sedangkan untuk prosedur pengerjaan pada tehnik water washable mengacu pada
ASTM E1209 dan ASTM E1417 sebagai mana yang terlampir pada Lampiran B.

2.7 Autodesk Inventor

Autodesk Inventor adalah perangkat lunak (sofware) jenis Computer Aided


Drawing (CAD) yang lebih menekankan pada pemodelan solid. Sofware ini adalah
salah satu produk dari Autodesk Inc. USA

Autodesk Inventor merupakan salah satu media yang digunakan oleh orang
teknik, khususnya teknik mesin ((Mechanical Enggiering) yang digunkan untuk
menggambar 3D, merakit gambar (assembly), gambar kerja (drawing). Dengan
menggunakan sofware ini dapat pula digunakan untuk menganimasikan benda yang
mampu mensimulasikan suatu komponen sebelum di manufaktur. Dapat juga
digunakan untuk menganlisys kekuatan suatu komponen yang akan di produkdi agar
terjamin kekuatannya. Dapat dijelaskan beberapa keunggulan dengan menggunakan
software autodesk inventor yang diantaranya:

1. Mempunyai kemampuan untuk merancang desain serta dapat melakukan


perubahan dalam serta dapat membuat dalam bentuk solid model dengan
data yang sudah tersimpan pada data base. Dengan memiliki kemampuan
tersebut enginer dapat merevisi ataupun memodifikasi desain tanpa harus
33

 
 

 
mengganti atau mengulang dari awal untuk pembuatan apabila mempunyai
 
kesalahan atau ketidaktepatan ukuran.
  2. Memiliki kemampuan Animation, yaitu kemampuan untuk melakukan
  animasi suatu file assembly, sehingga enginer dapat mengetahui jalannya

  suatu alat sebelum dilakukannya manufaktur


3. Mempunyai kemampuan untuk membuat gambar 2D serta memiliki
 
tampilan material dan tampilan shading dan rendering pada layout
 
4. Memiliki kemampuan untuk menganalisa keadan suatu alat yang dibuat,
  sehingga dapat mengetahui kekuatan atau kelemahan pada suatu alat yang

  akan dibuat.
5. Part yang dibuat akan memiliki tampilan yang tampak lebih nyata dengan
 
aslinya
6. Kapasitas file lebih kecil.
Dari beberapa kelebihan yang telah disebutkan diatas maka pengguana
sofware autodesk inventor memiliki keuntungan dari segi efisiensi dan efektivitas
waktu untuk produktivitas pekerjaan yang akan dilakukan.

34

Anda mungkin juga menyukai