BAB I
PENDAHULUAN
jumlah umat manusia yang mencapai usia lanjut semakin bertambah. Demikian
juga yang terjadi di Indonesia, angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki
struktur berubah dari populasi muda (1971), menuju tua (2020). Berbagai
gangguan fisik atau penyakit muncul pada lansia. Salah satu diantaranya adalah
lansia, dan termasuk empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan
proses menua dan respon yang sering terjadi adalah nyeri (Steglitz, 1954).
dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 diperkirakan jumlah lansia
sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun
2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan
hidup 71,1 tahun. Peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh tingkat
2007).
kehilangan massa tulang pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita sebesar
2
ditangani maka dapat mengganggu mobilitas fisik pada lansia. Otot sendi
apabila digunakan untuk bergerak maka cairan sinovial akan bertambah dan
meningkat sehingga, lansia melakukan aktivitas dengan baik. Apabila otot sendi
tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka, cairan sinovial ini akan tetap
sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Nyeri sendi
memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan
perhatian khusus bagi lansia dengan nyeri sendi. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita nyeri sendi. Diperkirakan
angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25%
bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit nyeri sendi. Dimana 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun
(Wiyono, 2010).
prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Dari hasil
kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk
bergerak. Selain nyeri sendi, masalah lain yang dialami lansia dengan gangguan
adalah penurunan lingkup gerak sendi. Penurunan lingkup gerak sendi yang
terbesar terjadi pada cervical dan trunk, khususnya pada gerakan ekstensi,
lateral fleksi dan rotasi. Pasien yang telah dilakukan operasi seringkali dapat
menimbulkan permasalahan yaitu adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat
menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot
menyebabkan timbulnya rasa nyeri, oedema pada daerah tungkai bawah serta
penurunan fungsi otot hamstring dan otot quadriceps yang menyebabkan adanya
tempat pertemuan dua atau lebih tulang, jadi dapat disimpulkan bahwa sendi
adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang
memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar
cerna, tukak peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2006). Penelitian
kiranya patut menjadi salah satu alternatif untuk menangani nyeri sendi pada
lansia.
exercise therapy joint mobility didefinisikan sebagai penggunaan gerakan tubuh aktif
sendi lutut dan tingkat mobilitas yang dialami lansia. Mobilitas sendi sangat
aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Untuk pasien nyeri sendi, latihan
sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak. Terapi latihan mobilitas sendi
tersebut antara lain adalah mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak
sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya (pemendekan atau
sering dilatih sesuai dengan waktu yang ditentukan maka cairan sinovial akan
dapat mengurangi resiko cidera pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri
sendi lutut pada lansia (Taslim, 2001). Hasil penelitian terkait yang telah
Gerak Sendi Terhadap Kekuatan Otot Dan Luas Gerak Sendi Anak Dengan
Tuna Grahita Sedang Di Sekolah Luar Biasa Kota Bogor”. Hasil penelitian
menunjukkan ada peningkatan kekuatan otot dan luas gerak sendi lutut dan
Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang diketahui bahwa dari 16 lansia usia
mengalami nyeri sendi. Exercise therapy joint mobility kurang diperhatikan dan
tidak diterapkan dalam menangani nyeri sendi lutut pada lansia. Peran perawat
6
dalam hal ini adalah sebagai care giver, advocat, counselor, collaboratot, educator dan
perencanaan serta perubahan yang sistematis dan terarah kepada lansia untuk
therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri sendi lutut dan tingkat mobilitas pada
Apakah ada pengaruh exercise therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri
sendi lutut dan tingkat mobilitas pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia
sendi lutut dan tingkat mobilitas pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia
exercise therapy joint mobility pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia
therapy joint mobility pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih
Lawang.
7
exercise therapy joint mobility pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia
therapy joint mobility pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih
Lawang.
sendi lutut pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.
pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.
pengaruh exercise therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri sendi lutut dan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dasar atau rujukan untuk
exercise therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri sendi lutut dan tingkat
(care giver).
8
untuk bisa dijadikan suatu referensi dan pengambilan kebijakan dalam memilih
Lansia mengetahui pentingnya exercise therapy joint mobility yang tepat dan
kebutuhan aktivitasnya.
pengaruh exercise therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri sendi lutut dan
tingkat mobilitas pada lansia sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
1. Responden penelitian ini adalah lansia yang mengalami keluhan nyeri sendi
dan gangguan mobilitas di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih
Lawang.
2. Exercise therapy joint mobility yang dijadikan panduan peneliti dalam penelitian
ini adalah exercise therapy joint mobility sesuai pedoman intervensi keperawatan
Definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3. Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia di atas 60 tahun,
Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal Ayat 2 Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas (>60 tahun), baik pria maupun wanita
(Kushariyadi, 2010).
lain:
1. Afifka Dyah Ayu, 2012, Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia
menggunakan rancangan penelitian eksperiment dan desain one group pre test-
post test. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian
lutut pada lansia. Perbedaan dengan penelitian peneliti yaitu pada variabel
independent dalam penelitian ini adalah exercise therapy joint mobility serta
10
variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri sendi lutut dan
Anak dan Lansia Griya Asih Lawang. Penelitian ini menitikberatkan tentang
pengaruh exercise therapy joint mobility terhadap tingkat nyeri sendi lutut dan
tingkat mobilitas pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih
Lawang.
design ini dilakukan pretest sebanyak empat kali yaitu pretest (01 02 03 04),
kemudian diberikan perlakuan (X), dan diakhir postest juga empat kali (05
06 07 08) lagi. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala nyeri 0–10
yaitu pada variabel independent dalam penelitian ini adalah exercise therapy
joint mobility serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri
sendi lutut dan tingkat mobilitas pada lansia. Penelitian peneliti dilakukan di
Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang. Penelitian ini
tingkat nyeri sendi lutut dan tingkat mobilitas pada lansia di Rumah Asuh