Anda di halaman 1dari 17

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

“ISU-ISU SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN”

Disusun Oleh :
M. Irfan Hakim 170631100021
Turyasih 170631100022
Moh. Imron 170631100032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Isu-isu Budaya Dalam Pendidikan". Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Dasar – Dasar
Manajemen Pendidikan. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 21 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4


1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5


2.1 Pengertian Sosial Budaya.............................................................................5
2.2 Pengertian Teori-teori Isu Sosial Budaya.................................................11
2.3 Fungsi Landasan Sosial Budaya Dalam Pendidikan..................................14

BAB III PENUTUP................................................................................................18


3.1 Kesimpulan.................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal). Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur social budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan social manusia.

Marilah kita pahami dari konsep sosial dan budaya. Sosial dalam arti
masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan
sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok
orang yang di dalamnya sudah tercakup struktur organisasi, nilai-nilai sosial dan
aspirasi hidup serta bagaiman cara mencapainya. Arti budaya, kultur atau
kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya secara
timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang di dalamnya sudah
tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa dan karya, baik yang fisik,
materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spritual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosial budaya?
2. Bagaimana teori-teori isu sosial budaya ?
3. Bagaimana fungsi landasan sosial budaya dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sosial budaya
2. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori isu sosial budaya
3. Untuk mengetahui dan memahami landasan sosial budaya dalam pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Sebab, sebagian besar aktifitas manusia dilakukan secara
kelompok. Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan, maka terlebih dahulu
mengerti apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Menurut Dewey, tujuan
pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta
didik sehingga dapat berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota
masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat
aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat
mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan,
kemauan, dan kehalusan budi pekerti. Berbicara tentang landasan sosial budaya
dalam pendidikan, maka ada beberapa hal yang perlu dibahas, yaitu: (1) sosiologi
dan pendidikan, (2) kebudayaan dan pendidikan.

1. Sosiologi dan Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara manusia


dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi sangat dibutuhkan
dalam dunia pendidikan, mengingat subjek pendidikan adalah manusia yang
memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan yang dapat dikembangkan
sesuai potensinya. Dengan sosiologi, maka diharapkan pendidikan mampu
melahirkan individu yang dapat berbaur dan bekerja sama dalam masyarakat serta
dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di kehidupan
masyarakat.

Pendidikan yang diinginkan masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa


mempertahankan dan meningkatkan keselaraasan hidup dalam pergaulan
manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan
sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberikan petunjuk tentang bagaimana
seharusnya seorang guru membina para siswa agar mereka bisa memiliki
kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.

Wujud dari sosiologi dalam pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang dapat
menciptakan hubungan tertentu diantara mereka.

Interaki dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau
gabungan dari faktor-faktor berikut:

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan negatif.

Sugesti, akan terjadi jika seseorang menerima atau tertarik pada pandangan sikap
orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.

Identifikasi, seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi


yang mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun
di bawah sadar.

Simpati, akan terjadi ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain.

2. Kebudayaan dan Pendidikan

Kebudayaan adalah cara hidup yang diciptakan oleh manusia sesuai dengan
perkembangan kondisi mereka di kehidupan masyarakat. Posisi pendidikan
dengan kebudayaan merupakan tata hubungan yang saling mempengaruhi
(reciprocal relationship); atau pendidikan merupakan variable yang mendorong
terjadinya perubahan kebudayaan di dalam tata hubungan asimetris dimana satu
variable mempengaruhi variable yang lainnya.

Kebudayaan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Bila kebudayaan


berubah maka pendidikan akan berubah. Jika pendidikan berubah maka akan bisa
merubah kebudayaan. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam memperthankan kebudayaan yang baik dan merubah
kebudayaan yang buruk.

Menurut Kneller ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayan, yaitu:

Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru. Hasil


penemuan ini akan menggeser atau memperbarui yang lama.

Difusi, yaitu Pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen


budaya yang baru ke dalam budaya yang lama.

Reinterpretasi, adalah perubahan-perubahan kebudayaan akibat terjadinya


modifikasi elemen-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan
keadaan zaman.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu memenuhi unsur-unsur


kebudayaan dalam masyarakat. Ada beberapa unsur yang harus ada dalam
pendidikan agar mampu mencetak generasi yang berkebudayaan baik dan maju.
Seperti kejujuran, politik demokratis, individu yang mempunyai keterampilan
agar siap untuk bekerja , individu yang mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta individu yang taat beragama namun tetap toleransi terhadap
orang lain.
2.2 Teori-Teori Isu Sosial Budaya
 Isu- isu Sosial Budaya Pendidikan di Indonesia yaitu :
1. Adanya Perubahan Kurikulum.
Dunia pendidikan di Indonesia sempat beberapa kali melakukan perubahan
kurikulum. Yang terbaru pemerintah melakukan perubahan kurikulum, dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) 2006 ke Kurikulum 2013.
Kurikulum2013 ini mulai ditetapkan pada tahun 2014 di Kelas I, II, IV, dan V
sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Dengan
perubahan kurikulum ini pemerintah berharap agar pendidikan di Indonesia
lebih baik dan para pelajar di Indonesia supaya lebih kritis. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dipersingkat dan materi yang ditambahkan. Materi yang dipersingkat terdapat
di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb. Sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika. Namun pada kenyataannya,
kurikulum ini menimbulkan beberapa permasalahan.
Berikut permasalahan kurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud,
Kamis (11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada
kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum
2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014,
sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014,
yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).
Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri
nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk
mendapatkan informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan
Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen
Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi
Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan
Dampak Kurikulum.
Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum
dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan
buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU
Sisdiknas.
5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak
seksama sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu
substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif
berlebihan bagi para guru.
7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga
membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian
sepenuhnya pada siswa.
8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum
2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga
menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.
9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan,
pencetakan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai
permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendibud Anies
Baswedan memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah
yang telah memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru
menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester diimbau kembali memakai
KTSP.
2. Perubahan Kebijakan Kuliah 5 Tahun.
Pada tahun 2014 silam, Kementrian Pendidikan dan Kebudayan mengeluarkan
Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang standar nasional perguruan
tinggi. Dalam Permendikbud tersebut diatur mengenai masa studi terpakai
mahasiswa untuk program diploma empat dan sarjana yang hanya dibatasi
lima tahun masa studi. Pemerintah berharap kebijakan ini dapat mengurangi
biaya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan agar mahasiswa lebih
serius dalam menyelesaikan masa kuliahnya. Namun, kebijakan ini mendapat
protes dari para mahasiswa yang merasa terbebani oleh kebijakan yang
membatasi ‘ruang gerak’ mereka, serta disiplin ilmu dari setiap program studi
berbeda sehingga tidak dapat diseragamkan. Mereka sudah lebih nyaman
apabila kuliah dibatasi dengan waktu 7 tahun atau 14 semester. Mahasiswa
beragapan apabila kuliah dengan rentan waktu 7 tahun maka kualitas para
mahasiswanya akan lebih unggul dan berkualitas. Padahal sebenarnya kualitas
mahasiswa itu bukan tergantung lama atau cepatnya mereka lulus, tetapi dari
individunya yang mau belajar dengan sungguh-sungguh atau tidak. Maka dari
itu kebijakan baru ini masih mendapatkan banyak protes dari kalangan oposisi
dan para mahasiswa. Oleh karena itu, kebijakan ini masih dikaji ulang oleh
pemerintah.

3. Bocornya kunci jawaban Ujian Nasional


Dewasa ini, ujian nasional bukanlah momok yang menakutkan bagi para
pelajar di Indonesia. Ujian yang menentukan lulus atau tidaknya pelajar ini
dianggap biasa saja oleh sebagian pelajar. Hal ini karena mereka dengan
mudah mendapatkan kunci jawaban ujian national entah dari internet atau
meraka yang membelinya lewat calo. Padahal belum tentu kunci jawaban
yang mereka dapatkan itu 100% benar. Tetapi mereka mudah berasumsi
bahwa kunci jawanban yang mereka dapatkan itu terpercaya. Hal ini membuat
para pelajar enggan untuk belajar secara maksimal dalam menghadapi ujian
nasional. Mereka justru lebih mengandalkan kunci jawaban yang mereka
dapatkan, seakan-akan mereka tidak puas dan tidak percaya diri terhadap hasil
jawabannya sendiri. Hal ini meninbulkan banyak para pelajar yang nilai ujian
mereka bagus, tetapi kualitas para pelajarnya itu sendiri buruk dan tidak
sesuai dengan apa yang ada di ijazah mereka. Pemerintah dinilai terlalu
membiarkan hal ini berlangsung. Padahal pemerintah telah berupaya
mengusahakan agar hal ini berkurang namun mereka justru terkesan
dilindungi oleh para oknum pemerintah, sehingga untuk benar – benar
menghilangkan masalah tersebut sulit dilakukan.

2.3 Fungsi Landasan Sosial Budaya Dalam Pendidikan


1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan
dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum,
kooperatifdan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar
generasi danantara bangsa.

2. Transmisi budaya Sekolah


berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi
pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi
initidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.

3. Pengendalian sosial
berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan
menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga
berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga
pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak
mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran
agama yang dipeluknya.

5. Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat


Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat
dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau
pola-polagambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah
masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi
hubungan timbal baliksimbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah
memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai
warga masyarakat

Isu Pendidikan Nasional:

1. Belum meratanya kesempatan akses pendidikan


Tidak meratanya pendidikan mengakibatkan kualitas masyarakat
Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan
merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor
untuk menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Berdasarkan data,
perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan
dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All
Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap
tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127negara,
Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69.
Indonesia kalah dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34).Salah satu
hal yang menjadi kendala pendidikan di Indonesia adalah masalah akses
pendidikan. Indonesia masih perlu mendapat perhatian, lebihdari 1,5 juta
anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi
kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54 persen guru
memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19 persen
bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki.2.

2. Masih rendahnya mutu pendidikan pada semua jenjang.


Mutu pendidikan di Indonesia sangatlah rendah. Misalnya pada buku
paket, guru cenderung terpaku dengan buku cetak. Padahal setiap
pergantian kurikulum mempengaruhi buku cetak. Secara otomatis buku
cetak juga akan ganti. Hal ini menyebabkan berbeda dari kondisi
pembelajaran di sekolah-sekolah. Tidak, karena pembelajaran di sekolah
sejak zaman dulu masihmemakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-
70an, pembelajaran di kelastidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Apapun kurikulumnya, guru hanyamengenal buku paket. Materi dalam
buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber
referensi lain.3.

3. Masih banyaknya lulusan pendidikan yang belum siap memasuki


kehidupan ditengah - tengah masyarakat.
Setiap tahun, setiap periode, setiap universitas meluluskan
sarjananya.Namun pada kenyataanya banyak sarjana yang menganggur.
Kualitas pendidikan yang rendah yang mengakibatkan matinya kreativitas
anak didik pasca sekolah dan jatuhnya rasa percaya diri siswa didik ketika
menghadapi dunia kerja yang keras. Lulusan sekolah sering kali justru
menjadi anak cengeng dengan sifat ABG-nya yang kental, dan semakin
jauh dari realitas masyarakat di sekitarnya. Di samping persoalan
mendasar tersebut dan yang telah disebutkan diatas, masalah lain yang
mengemuka adalah relative rendahnya kesejahteraan guru, minimnya
sarana Pendidikan Dasar, dan terbatasnya biaya operasional pendidikan.
Hal ini harus dicarikan solusinya,meskipun dilakukan secara bertahap.

4. Masih rendahnya pemanfaatan IPTEK dalam penyelenggaraan pendidikan

Perkembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi


diIndonesia terutama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
masih belum maksimal. Hal tersebut diperkirakan akibat masih
konvensionalnya cara yang digunakan dalam mengajar sehingga banyak
pengajar yang masih kesulitan dalam mengembangkan fungsi IPTEK
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Sebab, sebagian besar aktifitas manusia dilakukan
secara kelompok. Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan, maka terlebih
dahulu mengerti apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.

Fungsi Landasan Sosial Budaya Dalam Pendidikan :


1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
2. Transmisi budayaSekolah
3. Pengendalian sosial
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5.  Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://maulikmagfiroh.blogspot.com/2015/12/isu-isu-sosial-dalam-pendidikan.html?m=1

http://jogja.tribunnews.com/2015/05/13/permendikbud-baru-masa-kuliah-lebih-dari-
5-tahun-terancam-drop-out

Anda mungkin juga menyukai