Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siti Rohbaniyati

NPM : 4319500177
Kelas : VII Ekstensi/ III Konversi
Tugas Meresume SKPI Auditing

BAB VI
AUDIT KECURANGAN (FRAUD AUDIT)

A. Pengertian Audit Kecurangan


Audit investigatif didefinisikan menurut G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist sebagai
berikut :
“Investigative Auditing involves reviewing financial documentation for a specific purpose,
which could relate to litigation supporta and insurance claims, as well as criminal matters.”
B. Perbandingan Audit Rutin dengan Audit Kecurangan
Perbedaan antara audit kecurangan dengan audit keuangan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Perbandingan Audit Rutin dengan Audit Kecurangan
Issue Auditing Fraud Examination
Timing  Berulang-ulang Saat kasus terjadi (khusus) Audit hanya
 Audit dilakukan secara rutin dilakukan jika cukup indikasi/penilaian
Tujuan  Audit biasanya dilaksanakan untuk Tujuan audit menetapkan apakah
menyatakan pendapat terhadap laporan kecurangan terjadi dan siapa yang
keuangan dan informasi yang berkaitan bertanggungjawab
Hubungan  Audit biasanya tidak bersifat permusuhan Karena audit melibatkan usaha mencari
siapa yang salah maka sering bersifat
permusuhan
Metodologi  Teknik Audit Teknik audit kecurangan Audit terhadap
 Audit dilaksanakan terhadap data keuangan dokumen interview dan audit terhadap
dan mencari bukti yang mendukung informasi publik
Standar  Porfessional skepticism Pembuktian untuk mendukung tuduhan
kecurangan

C. Tanggung Jawab Internal Auditor


Tanggung jawab internal auditor dalam investigasi kecurangan adalah :
a. Melakukan penilaian tingkat kemungkinan dan luas dari kompleksitas kecurangan dalam
perusahaan.
b. Menetapkan pengetahuan dan skill yang diperlukan untuk melaksanakan investigasi secara
efektif.
c. Mendesain prosedur yang akan dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku, luasnya
kecurangan, teknik yang dipakai dan penyebab kecurangan.
d. Mengkoordinasikan aktivitas dengan manajer personalia, ahli hukum dan spesialis lainnya
yang perlu selama investigasi.
e. Mengakui hak-hak tersangka pelaku dan orang lain yang termasuk dalam investigasi,
terutama reputasi unit organisasi yang sedang diteliti.
D. Asumsi Audit Kecurangan
Audit (examination) secara profesional terhadap kecurangan dimulai dengan beberapa
aksioma:
a. Kecurangan pada hakekatnya tersembunyi.
b. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi.
c. Untuk mendapatkan bukti kecurangan telah terjadi.
d. Setiap proses audit investigatif atas kecurangan diasumsikan akan berakhir hingga tahap
litigasi.
E. Prinsip-Prinsip Investigasi
Prinsip-prinsip berikut ini, berdasarkan pengalaman dan praktek, dapat dijadikan pedoman
bagi auditor dalam setiap situasi:
a. Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperlihatkan keadilan dan
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk
merespon maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin
besar.
c. Auditor mengumpulkan fakta-fakta sedemikian hingga bukti-bukti yang diperolehnya
tersebut dapat memberikan simpulan sendiri.
d. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh
kelemahan manusia.
e. Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup, maka
akhirnya mendapatkanjawaban yang benar
f. Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi.
g. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigasi.
F. Tahap Tahap Audit Investigatif
Secara umum proses audit investigatif dapat dikelompokan ke dalam tiga tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Oleh karena itu tahapan kegiatan audit investigatif
dapat dikelompokan ke dalam kegaiatan:
a. Indetifikasi masalah dan perencanaan reviu (problem pecognition and review planning).
b. Pengumpulan bukti (evidence colletion) dan evalusi bukti (evidence evaluasi).
c. Pelaporan temuan (report findings).

BAB VII
PELAKSANAAN AUDIT KECURANGAN

A. Identifikasi Masalah dan Perencanaan Review


1. Indentifikasi Masalah
Temuan awal tentang adanya kecurangan atau kasus dapat dipoleh dari temuan internal
atau eksternal auditor atau pengaduan oleh pihak-pihak tertentu. Kemudian dilakukan
penelitian awal atau telaahan dengan mempelajari sebanyak mungkin mengenai orang-
orang yang diduga terlibat.termasuk didalamnya antara lain:
a. Menentukan posisi mereka dalam struktur organisasi
b. Memastikan kewenangan/tanggungjawab yang diberikan kepada mereka, berdasarkan
riviu jobs description mereka.
c. Meriviu data pribadi untuk memastikan latar belakang pendidikan, pengalaman dan
perpepsi atas setiap individu.
d. Jika dianggap tepat, memiliki latar belakang dan/atau gaya hidup dibuktikan dengan
penampilan atas setiap individu yng mungkin dicurigai terlibat dalam fraud.
Setelah seluruh proses pekerjaan di atas dilaksanakan seluruh informasi dikembangkan:
masalah-masalah yang mungkin terjadi disaring, dirangkum dan dievaluasi. Berdasarkan
hasil evaluasi, diputuskan apakah audit atas kasus ini diteruskan atau dibatalkan pada tahap
ini. Jika diputuskan bahwa fraud audit tidak diteruskan, masih dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan reviu khusus atas bagian tertentu yang dipermasalahkan. Jika fakta
menunjukkan bahwa fraud kemungkinan besar terjadi atau benar-benar terjadi, perlu
dimulai perencanaan pelaksanaan riviu/audit investigasi. Jika diputuskan audit ditetapkan
untuk diteruskan, maka pendekatan teori fraud dapat diaplikasikan: “setiap fraud audit
dimulai dengan proposisi (dalil) bahwa seluruh kasus akan berakhir dengan penuntutan”.
Semakin kompleks fraud maka semakin penting teori ini untuk investigative auditor.
2. Perencanaan Review/Audit
Audit kecurangan mengikuti pendekatan kerangka kerja umum management audit, sebagai
berikut:
a. Karakteristik yang Unik (Unique Characteristic)
 Tujuan dan sasaran audit investigasi harus diidentifikasi secara jelas
 Sumber informasi
 Seperti halnya financial atau operational audit, audit investigasi bergantung pada
bukti-bukti faktual. Audit investigasi lebih menfokuskan pada kelemahan
terindentifikasi, kerugian yang terjadi, bukti pelanggaran, dan langkah-langkah yang
diambil berdasarkan informasi yang dikembangkan.
 Cakupan dampak
 Evaluasi kualitatif atas dampak pada audit investigasi lebih luas dari pada financial
atau operational audit. Ruang lingkupnya fleksibel, sehingga riviu dapat diperluas
atau dikurangi tergantung pada temuan hasil langka sebelumnya.
 Kerangka referensi
 Audit tertahap fraud mengacu pada keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan
manjemen yang telah diambil di masa lalu dan mengevaluasi dampaknya terhadap
aktivitas, fungsi yang diriviu/diaudit.
b. Variabel Struktural (Structural Variable)
 Peran individu dalam tim (Role of parties)
 Ruang Lingkup (Scope).
 Sasaran (Objective)
 Kedalaman analisis (Depth of analysis)
c. Kendala Umum (Common Pitfall)
 Komunikasi tentang biaya (Commmunication of costs).
 Kekurangan sepakatan tentang struktur tim (Lack of aggrement about team
structure).
 Kegagalan mewujudkan aturan kerahasiaan (Fallure to establish confidentially
provisions)
 Ketidak-cocokan data (Inssuficient corroboration of data)
 Ketidak-seimbangan gambaran hasil analisis (Imbalances in the portrayal of
analytical results)
B. Pengumpulan Bukti
Eksternal dan internal auditor cenderung untuk mengklasifikasi bukti menjadi salah satu dari
beberapa klasifikasi dibawah ini:
1. Prosedur analitis – dengan menggunakan perbandingan
2. Konfirmasi – yang positif atau negatif respon dari pihak ketiga yang independen
3. Dokumen – yang mendukung transaksi atau pencatatan
4. Penyelidikan – penyediaan catatan atau informasi lisan
5. Akurasi mekanis – pengecekan kembali perhitungan atau transfer informasi diantara
pencatatan dan fungsi
6. Observasi – kenyataan bahwa mencari sesuatu yang pasti terjadi
7. Pengujian secara fisik – inspeksi atau perhitungan yang nyata
C. Evaluasi Bukti
Beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam menganalisis suatu bukti yaitu:
a. Find. Sesuai dengan hipotesa yang telah disusun dalam perencanaan audit, melalui teknik
audit, auditor berupaya untuk memperoleh bukti-bukti yang relevan terhadap kasus yang
ditangani.
b. Read and interpret document. Setiap bukti diperoleh, dipelajari dan diinterpretasikan oleh
auditor.
c. Determined relevance. Adalah menentukan relevansi bukti yang diperoleh terhadap kasus
yang ditangani.
d. Verify the evidence. Adalah melakukan verifikasi dari bukti itu sendiri. Yang artinya
menilai kebenaran dari bukti itu sendiri.
e. Assemble the evidence. Adalah memasukan bukti tersebut dalam rangkaian bukti-bukti
yang dapat menggambarkan kenyataan yang ditemui.
f. Draw conclusions. Adalah menyusun simpulan atas setiap bukti yang diterima.
D. Pelaporan
Dalam mengungkapkan informasi dalam laporan hasil audit, auditor yang menyusun laporan
hasil audit perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengungkapan atas arti penting.
b. Kegunaan informasi dan ketetapan waktu pelaporan.
c. Objektifitas informasi yang disajikan..
d. Tingkat kenyakinan penyajian.
e. Penyajian yang ringkas, sederhana namun jelas dan lengkap.
BAB VIII
KORUPSI

A. Istilah Korupsi
Pengertian tindak pidana korupsi dituangkan dalam Undang-undang No. 31 tahun 1999
tentang pemberantasan Tindak Pindana Korupsi sebagai pengganti Undang-undang No 3
Tahun 1971. Walaupun Undang-undang ini kemudian diperbaruhi lagi dengan Undang-
undang No. 20 Tahun 2001, pengertian korupsi yang dipergunakan tetap mengacu pada
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 karena perubahan pada Undang-undang 2001 pada
dasarnya hanya merinci lebih jelas pengenaan pidananya serta perluasan pengertian bukti
hukum sesuai perkembangan materi yang timbul di pengadilan.
B. Strategi Pemberantasan Korupsi
Strategi pemberantasan korupsi menurut proses terjadinya korupsi yaitu sebagai berikut :
1. Strategi Preventif
Strategi preventif dilakukan dengan pengendalian atas faktor-faktor penyebab korupsi,
misalnya dengan:
a. Memperkuat peran lembaga tinggi negara seperti DPR RI, Mahkamah Agung dan BPK.
b. Membangun kode etik di sektor publik dan lembaga lainnya seperti parpol, oranisasi
profesi dan lainnya.
c. Penataan manajemen yang berorientasi hasil dan berazas akuntabilitas baik manajemen
SDM, keuangan dan manajemen pelayanan publik
2. Strategi Detektif
Upaya mrngidentifikasi tindakan korupsi dengan rumusan sebagai berikut :
a. Penyempurnaan sistem pengaduan masyarakat atas pelayanan publik
b. Peningkatan kemampuan audit investigasi bagi auditor internal dalam mendeteksi
korupsi.
c. Peningkatan partisipasi perusahaan pada gerakan anti korupsi dan pencucian uang pada
masyarakat internasional
d. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan pribadi yang jumlanhya
signifikan dan pelaporan kekayaan pribadi manajemen perusahaan.
3. Strategi Represif
Tindakan untuk menangani perbuatan-perbuatan korupsi yang terjadi sesuai dengan
peraturan perundang-undanganyang berlaku. Dirumuskan dengan:
a. Penyelidikan, penuntutan, peradilan dan penerapan hukuman bagi para manajemen dan
pegawai yang melakukan korupsi
b. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penyelesaian tindak pidana korupsi secara
terpadu
c. Penataan kembali pelaksanaan tugas
C. Peran Auditor Internal dalam Penanganan Korupsi
Auditor internal mempunyai peranan penting dalam penanganan korupsi dengan:
a. Membantu aparat hukum dalam penyelesaian kasus korupsi
b. Memperbaiki citra dan kewibawaan manajemen
c. Membantu pimpinan mengevaluasi sistem pengendalian internal
D. Tindak Pidana Korupsi
1. Perumusan Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana korupsi dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut:
a. Tindak Pidana Korupsi Pokok
b. Tindak Pidana Korupsi KUHP
c. Tindak Pidana Umum Bukan Pegawai Negeri
d. Tindak Pidana Korupsi Percobaan, Pembantuan, atau Pemufakatan
e. Tindak Pidana Korupsi memberikan bantuan, kesempatan sarana atau keuntungan bagi
orang di luar wilayah negara RI
f. Tindak Pidana Lain yang Berkaitan Dengan TPK
2. Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi
Unsur-unsur tindak pidana korupsi menurut pasal 2 (1) Undang-undang No 31 Tahun
1999:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan..........
Pada dunia hukum pasal tersebut pada umumnya dikenal sebagai definisi dan pengertian
tindak pidana korupsi. Dengan demikian unsur-unsur pada pasal tersebut selalu dirujuk
sebagai unsur-unsur tindak pidana korupsi, yaitu:
 Setiap orang
 Melawan hukum
 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korupsi
 Dapat merugikan keuangan dan atau perekonomian negara

Anda mungkin juga menyukai