Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Analisis jaringan sosial mengacu pada studi tentang hubungan antar node atau
sebuah kesimpulan. Untuk membuat analisis sosial (bukan fisik atau biologis), node
atau kesimpulan biasanya mengacu pada orang atau organisasi atau negara, sedangkan
link mewakili beberapa bentuk koneksi atau aliran antara node (misalnya, persahabatan,
perdagangan, keterlibatan militer). Jaringan yang menghubungkan node melalui link
merepresentasikan pola hubungan antar aktor sosial atau politik, dan dapat dipahami
sebagai suatu tipe struktur. Motivasi di balik pemeriksaan penting yang membentuk
perilaku sosial, politik, atau ekonomi. Misalnya, jaringan jarang cenderung rapuh,
sedangkan jaringan padat, yang memiliki banyak jalur di antara kelompok node,
cenderung tidak berantakan seiring waktu. Dalam ilmu politik, gagasan tentang jaringan
atau aktor yang secara sadar diorganisir untuk mencapai tujuan politik.
Pembahasan
Deny (2006) menjelaskan bahwa jaringan politik merupakan suatu jaringan
dimana ikatan-ikatan politik yang menghubungkan satu aktor politik ke aktor politik
lain untuk menjalin hubungan politik yang kuat. Deny (2005) juga menyebutkan bahwa
pada hubungan politik yang kuat terjadi interaksi politik yang berkelanjutan sehingga
satu sama lain terikat dengan seperangkat harapan yang sama.
Sebagaimana pernyataan dari jurnal tersebut dituliskan bahwa didalam Political
Sciences, sebuah pokok pemikiran atau gagasan mengenai jaringan atau aktor yang
secara sadar mengatur serta mengorganisir dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan
politik. Hal tersebut dalam pemahaman saya bahwa ada hubungannya dengan sebuah
momen sejarah/sebuah peristiwa penting dalam dunia perpolitkan bangsa ini yaitu pada
tanggal 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi.
21 Mei 1998 tercatat sebagai salah satu momen penting dalam sejarah bangsa
Indonesia. Pasalnya, pada Kamis pagi itu, Soeharto mengumumkan pengunduran
dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia. Gerakan reformasi menjadi alasan utama
Soeharto kehilangan kekuasaan. Demonstrasi ini bermula karena Soeharto menyatakan
bersedia terpilih kembali menjadi partai golongan profesional presiden. Terjadi
rangkaian penghilangan aktivis demokrasi dan mahasiswa yang dinilai bertentangan
dengan pemerintahan Soeharto. Sejak itu, perlawanan rakyat terhadap Soeharto menjadi
semakin nyata. Aksi mahasiswa tersebut awalnya dilakukan di kampus dan kemudian di
luar kampus pada Maret 1998. Dalam serangan langsung, tragedi terjadi ketika aparat
mengatasi demonstrasi mahasiswa dengan kekerasan pada 12 Mei 1998. Empat
mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak peluru tajam milik aparat keamanan.
Pada tanggal 18 Mei 1998, perilaku sejumlah besar mahasiswa berhasil menguasai
gedung DPR / MPR. Saat itu, status Soeharto semakin terpuruk. Sebab pada hari itu,
pimpinan DPR / MPR yang diketuai Harmoko meminta Soeharto mundur sebagai
presiden. Dalam keterangan tertulis yang dihimpun di gedung Bappenas pada 20 Mei
1998, 14 menteri diam-diam meminta Soeharto mundur. Soeharto menyadari bahwa
posisinya semakin lemah. Singkat cerita pada akhirnya dari berbagai pertimbangan,
Suharto memutuskan mundur keesokan harinya pada 21 Mei 1998.
Dari peristiwa tersebut diatas, menunjukan bahw bagaimana peran dari jaringan
politik yang terjadi untuk menjalin hubungan politik yang kuat. Jadi antara satu aktor ke
aktor lainnya memiliki dan menjalin hubungan yang kuat dengan tujuan yang sama.
Dapat kita pahami ketika para mahasiswa menuntut untuk kemunduran presiden
soeharto hingga terjadi penguasaan gedung DPR/MPR, lalu pimpinan DPR/MPR
meminta untuk presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Hal ini pun sejalan dengan
keberpihakan 14 mentri yang menginginkan hal serupa. Atas jaringan politik tersebut
dan dengan tujuan yang sama pula akhirnya pada tanggal 21 mei 1998 Soeharto pun
mundur dari jabatannya sebagai presiden RI pada kala itu.
Salah satu jaringan politik yang terbentuk ialah kelompok kepentingan non-partai
yang ikut serta menjadi aktor politik dalam mendukung pasangan calon. Secara garis
besar, pada jurnal tersebut menjelaskan bahwa jaringan pada pengertian ini adalah
gerakan sosial, dan banyak mahasiswa serta muda-mudi yang mengikuti tradisi ini,
bahasa jaringan dapat diganti dengan ontologi suatu gerakan sosial. Dikatakan juga
bahwa sudut pandang ini, jaringan mencapai dua hal yang secara umum dapat berguna
bagi pendukung yaitu Mereka mempercepat akan transmisi informasi dan membantu
untuk build-up dan memperkuat "identitas" dan kerangka acuan umum.
Hal tersebut pun secara tidak langsung, sadar dan tidak sadar kita serta muda-
mudi lainnya ikut menjadi aktor atas terjadinya jaringan politik. Bisa kita ambil contoh
pada saat peristiwa besar negara ini yaitu Pemilu 2004, pemilihan umum yang diadakan
secara langsung. Sekelompok masyarakat termasuk pemuda-pemudi indonesia
menentukan hak pilihnya tentu dengan susuai kata hati dan keyakinan terhadap calon
pemimpin yang kita pilih. Proses dari sebelum mempunyai pilihan hingga yakin akan
pilihan tentu melewati berbagai macam faktor, salah satunya adalah visi misi yang
disampaikan melalui gerakan sosial yaitu kampanye. Berawal dari situlah komunikasi
jaringan politik tercipta hingga mempunyai tujuan yang sama. Dikatakan dalam jurnal
juga bahwa Dalam pandangan Keck & Sikkink, jaringan adalah aktor kesatuan yang
keseluruhan dibentuk oleh tindakan serta identitas para advokat dan aktivis (aktor lain).
Jaringan advokasi bertindak dalam konteks kampanye.
Dari pemaparan diatas tentu ada nilai-nilai yang dapat kita implementasikan
dalam keseharian kita, seperti apabila ada pesta rakyat (pemilu) kita ikut serta dalam hal
tersebut. Untuk masyarakat bisa ikut serta untuk berpartisipasi dalam politik yaitu
berperan dalam mengambil suatu keputusan, atau ikut serta menjumpangkan tenaga dan
pikiran ke dalam suatu kegiatan seperti pemiihan kepala negara, kepala daerah dan
kepala desa. Nilai-nilai inipun harus kita jaga bersama jangan sampai jaringan politik
dibentuk dengan cara yang tidak dapat dibenarkan, contohnya seperti penerimaan dana
illegal partai politik dan dana kampanye pemilu serta kecurangan-kecurangan yang
sering terjadi. Masyarakatpun dapat menjadi aktor dengan cara berperan sebagai
anggota dari sebuah partai dan menjadi elit sosial politik. Sebagian masyarakat ini yang
terjun sebagai kader partai, berperan sebagai pelopor perubahan, memberikan contoh
kepada sebagian masyarakat lain, agar berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang
terdapat di dalam masyarakat, menjadi motivator bagi masyarakat untuk melakukan
perubahan yang terencana dan teratur.
Bagaimana cara kita agar nilai politik yang baik dapat terjaga? Caranya adalah
dengan Belajar tentang dunia Perpolitikkan, Ikut serta dalam proses pendistribusian dan
pengalokasian sumber-sumber sebagai keputusan politik. Dengan ilmu ini yang kita
dapat dari guru atau dosen-dosen, diharapkan untuk terciptanya anak-anak didik yang
lebih baik dan membawa nilai-nilai politik yang sesuai. Urgensi dari Ilmu politiklah
yang seharusnya dipelajari karena untuk menjadikan hasanah keilmuan bagi orang-
orang sosiologi, karena telah kita ketahui masih banyak manusia awam yang belum
mengerti bagaimana politik itu yang sesungguhnya, oleh sebab itu dengan adanya
pelaksaanaan dan penggerak politik manusia dituntut agar lebih sempurna dan lebih
matang dalam memahami nya ketika telah terjun dikehidupan kenegaraan dan politik
yang sesungguhnya.

Penutup

Jaringan politik merupakan suatu jaringan dimana ikatan-ikatan politik yang


menghubungkan satu aktor politik ke aktor politik lain untuk menjalin hubungan politik
yang kuat. Didalam Political Sciences, sebuah pokok pemikiran atau gagasan mengenai
jaringan atau aktor yang secara sadar mengatur serta mengorganisir dengan maksud
untuk mencapai suatu tujuan politik, contohnya saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan
Reformasi.
Nilai-nilai yang dapat kita implementasikan dalam keseharian kita, seperti apabila
ada pesta rakyat (pemilu) kita ikut serta dalam hal tersebut. Untuk masyarakat bisa ikut
serta untuk berpartisipasi dalam politik yaitu berperan dalam mengambil suatu
keputusan, atau ikut serta menjumpangkan tenaga dan pikiran ke dalam suatu kegiatan
seperti pemiihan kepala negara, kepala daerah dan kepala desa. Salah satu cara nilai
politik yang baik dapat terjaga adalah dengan belajar tentang dunia Perpolitikkan, Ikut
serta dalam proses pendistribusian dan pengalokasian sumber-sumber sebagai keputusan
politik. Dengan ilmu ini yang kita dapat dari guru atau dosen-dosen, diharapkan untuk
terciptanya anak-anak didik yang lebih baik dan membawa nilai-nilai politik yang
sesuai. Urgensi dari Ilmu politiklah yang seharusnya dipelajari karena untuk menjadikan
hasanah keilmuan, karena telah kita ketahui masih banyak orang awam yang belum
mengerti bagaimana politik itu yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Denny, J.A. 2006, Catatan Politik, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.


Firdausi, Cindy Indira, 2016, Jurnal Politik Muda, Jaringan Politik Dalam Pilwali
Surabaya Tahun 2015, Vol.6 No.1
Nugroho, Kris. 2011, Ikhtiar Teoritik Mengkaji Peran Partai dalam Mobilisasi Politik
Elektoral, Malang: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai