Anda di halaman 1dari 7

ANEMIA PADA GAGAL JANTUNG

Cecilia Hendrata
Reginald L. Lefrandt

Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: meyhendratta@yahoo.com

Abstract: Anemia, a frequently occuring comorbid in patients with heart failure, is increasingly
recognized as an independent predictor of morbidity and mortality. The etiology of anemia
associated with heart failure is not entirely understood. It is assumed as a multifactorial anemia,
most likely caused by chronic kidney diseases and other chronic diseases. Besides that, iron
deficiency due to lack of iron intake and absorption, and chronic blood loss due to anti-platelet
agents play some important roles, too. Other factors related to risks of anemia in heart failure
are old age, female gender, decrease of body mass index, usage of angiotensin converting
enzyme inhibitors (ACE-inhibitors) and angiotensin receptor blockers (ARBs), and advanced
heart failure. Based on its documented impact on clinical outcomes, anemia has emerged as a
possible target for treatment in patients with heart failure. Further studies are needed to
determine the optimal threshold for initiation of treatment, target hemoglobin, optimum dosing
regimen, choices of erythropoietic agents, roles of iron suplementation, and long-term safety of
erythropoietic agents in anemic patients with heart failures.
Keywords: anemia, heart failure, management, therapy

Abstrak: Anemia merupakan komorbid yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung
dan telah dikenal sebagai prediktor independen dari morbiditas dan mortalitas. Penyebab
anemia yang menyertai gagal jantung tidak sepenuhnya diketahui, diduga sebagai anemia
multifaktor yang umumnya diakibatkan oleh gagal ginjal kronis dan penyakit kronis lainnya.
Selain itu defisiensi besi akibat kurangnya asupan maupun absorbsi besi, serta kehilangan darah
kronik akibat konsumsi obat-obatan anti platelet turut berperan. Faktor lainnya yang
berhubungan dengan resiko terjadinya anemia pada gagal jantung adalah: usia tua, jenis kelamin
perempuan, adanya penurunan indeks massa tubuh, penggunaan obat-obat angiotensin
converting enzyme inhibitors (ACE-inhibitors) dan angiotensin receptor blockers (ARBs), serta
gagal jantung tingkat lanjut. Berdasarkan dampaknya terhadap hasil klinis, anemia perlu
dipikirkan sebagai target pengobatan pada penderita gagal jantung. Studi lanjut diperlukan
untuk menentukan ambang optimal untuk memulai pengobatan anemia, hemoglobin target,
regimen dosis yang optimum, pemilihan preparat eritropoietik, peran suplementasi besi, dan
keamanan pemberian jangka panjang preparat eritropoietik pada penderita anemia dengan gagal
jantung.
Kata kunci: anemia, gagal jantung, penanganan, pengobatan

Gagal jantung secara umum didefinisikan se- gagal jantung diperkirakan 1-3 per 1000
bagai ketidakmampuan jantung untuk me- penduduk pada usia di atas 25 tahun, dan
mompa darah beserta nutrientnya, dalam menjadi 3-13 % pada populasi usia di atas 65
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebu- tahun.2
tuhan metabolisme jaringan, baik pada saat Anemia merupakan salah satu faktor
istirahat maupun selama aktifitas.1 Insidens komorbid penting yang sering ditemukan

133
134 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 3, November 2010, hlm. 133-139

pada pasien dengan gagal jantung.3 Definisi dan merupakan prediktor kuat meningkatnya
anemia berdasarkan World Health Organiza- resiko anemia pada gagal jantung. Perkiraan
tion (WHO)dikutip dari 1 adalah Hb < 13 gr% jumlah penderita gagal ginjal kronik dengan
untuk laki-laki, dan < 12 gr% untuk perem- laju filtrasi glomerulus < 60 mL/menit pada
puan. populasi penderita gagal jantung adalah 20-
Prevalensi anemia pada gagal jantung 40%.7,8
bervariasi dari 12-55 %. Luasnya variasi pre- Faktor lain yang berhubungan dengan
valensi anemia ini disebabkan oleh ketidak- resiko terjadinya anemia pada gagal jantung
seragaman definisi yang dipakai sebagai adalah: usia tua, jenis kelamin perempuan,
dasar untuk menegakkan diagnosis anemia adanya penurunan indeks massa tubuh,
pada berbagai studi yang dilakukan. Bebe- penggunaan obat-obat angiotensin convert-
rapa studi menggunakan definisi berdasarkan ing enzyme–inhibitor (ACE-inhibitor) dan
WHO sebagai dasar diagnosis anemia, se- angiotensin receptor blocker (ARB), serta
mentara studi lain menggunakan batasan Hb gagal jantung tingkat lanjut.1,2,9
< 12 gr% sebagai definisi anemia secara Sebagian besar (50-60%) anemia pada
umum, tanpa memandang jenis kelamin gagal jantung merupakan anemia normo-
maupun umur penderita.2 Faktor lain yang krom normositer akibat penyakit kronik dan
menyebabkan variabilitas ini adalah adanya anemia renal. Penyebab anemia lainnya ada-
perbedaan populasi penderita yang diikut- lah defisiensi besi (30%) akibat kurangnya
sertakan dalam studi, dimana prevalensi ane- asupan maupun absorbsi besi, serta kehi-
mia meningkat pada populasi yang didomi- langan darah kronik akibat konsumsi obat-
nasi pasien gagal jantung dengan usia tua, je- obatan anti platelet. Pada gagal jantung
nis kelamin perempuan, serta adanya riwayat terjadi peningkatan volum plasma yang
gangguan ginjal. Prevalensi anemia juga berakibat hemodilusi dan menyebabkan
meningkat bermakna dengan makin beratnya ”anemia” tanpa penurunan aktual volum sel
gagal jantung.4 darah merah.1,2
Anemia pada gagal jantung menyebab-
kan makin berkurangnya toleransi terhadap
PATOFISIOLOGI
beban kerja, memperburuk klas fungsional
gagal jantung berdasarkan New York Heart Inflamasi memegang peranan penting
Association (NYHA) functional class, serta dalam mekanisme terjadinya anemia pada
menyebabkan meningkatnya hospitalisasi gagal jantung. Sitokin proinflamasi seperti
dan kematian akibat gagal jantung.3-5 Resiko TNF-ά, interleukin-1 dan interleukin-6 me-
kematian pada penderita gagal jantung di- ningkat pada gagal jantung, dan menyebab-
laporkan meningkat 2-3% pada setiap penu- kan gangguan pada berbagai aspek eritro-
runan hematokrit 1%.6 Hal ini menjadikan poiesis seperti mengurangi sekresi eritro-
anemia potensial untuk dijadikan target poietin serta menurunkan aktifitas ertropoi-
pengobatan, bersama-sama dengan peng- etin pada prekursor eritrosit dalam sumsum
obatan terhadap gagal jantungnya sendiri.1-3 tulang.1,10 Sitokin proinflamasi juga mening-
Dalam tinjauan kepustakaan ini akan dibahas katkan kadar hepcidin, suatu peptida yang
etiologi, patofisiologi, konsekuensi anemia dihasilkan oleh hepatosit. Hepcidin menye-
terhadap gagal jantung, serta koreksi anemia babkan gangguan absorbsi besi di duode-
pada penderita gagal jantung. num, meningkatkan ambilan besi ke dalam
makrofag serta menghambat pelepasan besi
dari makrofag. Hal ini menyebabkan besi
ETIOLOGI terperangkap dalam makrofag sehingga me-
Terdapat berbagai faktor yang berkon- ngurangi bioavailabilitas cadangan besi un-
tribusi terhadap resiko terjadinya anemia tuk sintesis hemoglobin.1,2,11
pada penderita gagal jantung. Insufisiensi Gagal ginjal ditemukan pada sekitar 50%
ginjal merupakan faktor komorbid penting penderita gagal jantung. Pada penderita
yang sering ditemukan pada gagal jantung, gagal ginjal dengan laju filtrasi glomerulus
Hendrata, Lefrandt; Anemia pada Gagal Jantung 135

< 35-40 ml/menit akan terjadi anemia jantung kongestif yang tidak disertai edema,
sebagai konsekuensi gangguan sintesis didapatkan 46% penderita mempunyai nilai
eritropoietin yang terutama berlangsung di hematokrit yang rendah dengan jumlah
sel endotel peritubular ginjal.1 Patofisiologi eritrosit yang normal, sehingga anemia pada
yang mendasari belum jelas, diduga akibat pasien-pasien ini diakibatkam oleh pening-
terjadinya fibrosis tubulointerstisial ginjal, katan volum plasma yang berakibat hemo-
adanya kerusakan tubuli, serta obliterasi dilusi.14
pembuluh darah.12,13 Eritropoietin merupa-
kan komponen utama dalam sistem homeo-
stasis, dan dapat mencegah apoptosis sel KONSEKUENSI ANEMIA TERHADAP
progenitor eritrosit, serta menstimulasi pro- GAGAL JANTUNG
ses proliferasi, maturasi, dan diferensiasi Anemia menyebabkan abnormalitas
eritrosit. Gangguan terhadap produksi eritro- fungsi dan struktur jantung. Iskemi perifer
poietin oleh ginjal atau berkurangnya res- akibat anemia menyebabkan vasodilatasi dan
pons sumsum tulang terhadap eritropoietin penurunan tekanan darah. Keadaan ini akan
menyebabkan terjadinya anemia.13 mengaktivasi sistem renin angiotensin aldo-
Pada penderita gagal jantung terdapat steron, menyebabkan penurunan aliran darah
resiko terjadinya defisiensi besi akibat ter- ginjal dan laju filtrasi glomerulus, serta me-
ganggunya absorbsi besi di usus halus. ningkatkan absorbsi air dan garam. Mening-
Mekanisme yang mendasari keadaan ini katnya volum cairan ekstrasel akibat retensi
adalah adanya iskemi pada mukosa usus, cairan menyebabkan hemodilusi dan sema-
penebalan dinding usus akibat edema, serta kin rendahnya kadar Hb. Overload plasma
peranan mediator proinflamasi yang meng- menyebabkan beban jantung bertambah dan
hambat absorbsi besi.1 mengakibatkan dilatasi ventrikel. Pada
Sistem renin-angiotensin memainkan pe- perlangsungan yang lama, terjadi hipertrofi
ranan penting terhadap regulasi volum plas- ventrikel kiri, kematian otot jantung dan
ma dan eritrosit. Peningkatan pengkodean gagal jantung yang selanjutnya mem-
angiotensin II pada ginjal merobah tekanan perburuk anemia.1.2
oksigen peritubuler yang merupakan faktor Konsentrasi Hb merupakan petunjuk pen-
regulasi penting terhadap sekresi eritro- ting terhadap distribusi oksigen ke otot rang-
poietin. Penurunan tekanan oksigen peri- ka selama aktifitas. Pada pasien dengan ga-
tubuler pada korteks adrenal menyebabkan gal jantung kemampuan kompensasi fisio-
peningkatan aktifitas hypoxia inducible fac- logik terhadap penurunan kadar Hb berku-
tor-1 (HIF-1) dan ekspresi gen eritro-poietin. rang, sehingga terjadi penurunan kapasitas
Angiotensin II meningkatkan sekresi eritro- aerobik sebagai respons terhadap anemia.
poietin dengan menurunkan aliran darah Beberapa peneliti melaporkan adanya hu-
ginjal dan meningkatkan reabsorbsi sodium bungan antara penurunan Hb dengan makin
di tubuli proksimal. Angiotensin II juga memburuknya klas fungsional gagal jantung
mempunyai efek stimulasi langsung terhadap berdasarkan klasifikasi NYHA.15
prekursor eritrosit di sumsum tulang. Peng- Remodeling jantung merupakan penanda
hambatan sistem renin angiotensin dengan dari gagal jantung yang progresif. Anemia
obat-obatan ACE inhibitor ataupun ARB yang berlangsung lama dan tidak diobati
berhubungan dengan penurunan produksi menyebabkan peningkatan curah jantung,
eritrosit sehingga menyebabkan anemia.1,12,13 dilatasi dan peningkatan massa ventrikel kiri,
Anemia pada gagal jantung sering serta mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri.
berhubungan dengan gejala dan tanda Massa jantung meningkat 25 % pada tikus
kongesti, sehingga peningkatan volum coba dengan anemi kronik. Hubungan terba-
plasma mungkin berkontribusi terhadap lik antara penurunan kadar Hb dan hipertrofi
terjadinya anemia pada gagal jantung melalui ventrikel kiri telah diperlihatkan pada
proses hemodilusi. Pada suatu penelitian berbagai studi klinis terhadap penderita
terhadap 37 penderita anemia dengan gagal gagal ginjal kronik (GGK) predialisis
136 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 3, November 2010, hlm. 133-139

maupun dengan hemodialisis rutin. Studi dalam sumsum tulang. Dengan demikian
dari Randomized Etanercept North American dapat terjadi proliferasi, pertumbuhan dan
Strategy to Study Antagonism of Cytokines maturasi dari proeritroblas dan normoblas,
(RENAISSANCE) memperlihatkan pening- dengan hasil akhir kenaikan kadar Hb.16
katan 1 gr% Hb berhubungan dengan penu- Dewasa ini terdapat tiga jenis eritro-
runan 4,1 gr/m2 massa ventrikel kiri setelah poietin yang telah digunakan sebagai peng-
24 minggu.2,15 obatan terhadap anemia, yaitu: epoetin-α,
epoetin-β (keduanya merupakan recombi-
nant human erythropoietin [rHuEPO]) dan
PENANGANAN ANEMIA PADA GA- darbepoetin-α. Pada tahun 1985 rHuEPO
GAL JANTUNG pertama kali disintesis, dan mulai digunakan
Penanganan anemia pada gagal jantung pada tahun 1988 untuk penderita anemia
sampai saat ini masih kontroversial. Pada dengan GGK stadium akhir. Waktu paruh
penderita gagal jantung sebaiknya dilakukan rHuEPO setelah pemberian intravena adalah
pemeriksaan berkala kadar Hb setiap enam 6-8 jam, sedangkan pada pemberian sub-
bulan untuk mendeteksi anemia sedini kutan mencapai 24 jam. Jumlah rHuEPO
mungkin; juga harus dilakukan pemeriksaan yang diperlukan untuk mencapai target Hb
lanjut untuk mengetahui etiologi anemia.3 pada pasien GGK kira-kira 25% lebih kurang
dibanding dengan pemberian intravena.
Transfusi darah Darbepoietin-α merupakan eritropoietin de-
ngan waktu kerja yang panjang, merupakan
Penggunaan transfusi darah untuk peng-
suatu N-linked supersialylated analog dari
obatan anemia pada penderita dengan pe-
human erythropoietin, dan mulai digunakan
nyakit kardiovaskular masih kontroversial.
pada tahun 2001 sebagai pengobatan anemia
Menurut guidelines dari American College of
pada GGK. Dibandingkan dengan rHuEPO,
Physicians and the American Society of
darbepoetin-α mempunyai afinitas yang lebih
Anesthesiologist, transfusi diberikan bila ka-
kuat terhadap reseptor eritropoietin, dan
dar Hb < 8gr%. Penelitian Hebert dkk pada
waktu paruh lebih panjang yaitu sampai 48
838 pasien dengan penyakit kritis (26 %
jam; sebagai konsekuensi dapat diberikan
diantaranya dengan penyakit kardiovaskuler)
dengan interval lebih lama yaitu 1-2 minggu
menunjukkan bahwa mempertahankan Hb
selama pengobatan pemeliharaan.2
pada nilai 10-12 gr% tidak memberikan hasil
Efek pengobatan rHuEPO pada penderita
lebih baik terhadap penurunan angka kema-
gagal jantung dengan anemia pertama kali
tian <30 hari, dibandingkan dengan kadar Hb
dilaporkan oleh Silverberg dkk.17 Dalam pe-
7-8 gr%. Transfusi juga beresiko terhadap
nelitiannya mereka menemukan bahwa pem-
terjadinya berbagai efek samping seperti
berian rHuEPO subkutan dengan dosis 5000
supresi sistem imun dengan resiko terinfeksi,
IU dan besi sukrosa intravena 200 mg sekali
sensitisasi terhadap antigen HLA, serta kele-
seminggu selama 28 minggu menghasilkan
bihan cairan dan besi. Dengan adanya ber-
peningkatan Hb 2 gr%, perbaikan klas fung-
bagai resiko ini maka transfusi lebih ber-
sional, peningkatan fraksi ejeksi ventrikel
manfaat untuk mengatasi keadaan akut pada
kiri, dan berkurangnya kebutuhan diuretik
anemia berat, dan tidak ditujukan untuk pe-
pada 26 pasien yang diteliti, dibandingkan
nanganan jangka panjang terhadap anemia
dengan kelompok kontrol. Mancini dkk18
pada gagal jantung.1,3
menemukan pada 23 pasien gagal jantung
dengan anemia, pemberian rHuEPO subku-
Pemberian preparat eritropoietin tan 5000 IU tiga kali perminggu meningkat-
Anemia pada gagal jantung berespons kan hematokrit dari < 35% menjadi > 45%
terhadap pemberian suplemen eritropoietin. dalam tiga bulan. Disamping itu terjadi pe-
Mekanisme utama stimulasi eritroproietin ningkatan puncak ambilan oksigen dan
terhadap produksi eritrosit adalah melalui perpanjangan durasi treadmill. Peningkatan
inhibisi apoptosis dari progenitor eritrosit kadar hematokrit berhubungan linier dengan
Hendrata, Lefrandt; Anemia pada Gagal Jantung 137

peningkatan ambilan oksigen.18 lain dengan penggunaan preparat eritro-


Pada penelitian terhadap 33 penderita poietin. Penggunaan anti koagulan dan anti-
gagal jantung dengan anemia (Hb <12,5 platelet yang umumnya rutin digunakan pen-
gr%) didapatkan bahwa pemberian darbe- derita gagal jantung mungkin mengurangi
poetin-α satu kali perbulan dengan dosis 2,0 efek protrombotik dari preparat eritropoetin.3
ug/kgBB menyebabkan kenaikan kadar Hb
tanpa adanya efek samping. Penelitian dari Hipertensi
van Veldhuisen dkk, pemberian darbepoetin- Selain resiko trombosis, pengobatan
α 0,7 ug/kgBB subkutan dua kali seminggu dengan preparat ertropoetin jangka panjang
selama 26 minggu pada penderita gagal jan- juga berhubungan dengan kenaikan tekanan
tung dengan anemia (Hb 9-12 gr%), mem- darah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
perlihatkan adanya peningkatan bermakna viskositas darah akibat bertambahnya massa
kadar Hb, perbaikan toleransi terhadap eritrosit, perubahan mileu neurohormonal,
aktifitas, serta peningkatan kualitas hidup, maupun efek langsung terhadap struktur dan
dibandingkan dengan kelompok plasebo.19 fungsi mikrovaskuler. Pada GGK, faktor
resiko terjadinya hipertensi pada penderita
Efek samping pemberian preparat eritro- yang diberi preparat eritropoietin berhubung-
poietin an dengan peningkatan tiba-tiba nilai he-
Trombosis matokrit saat pengobatan, rendahnya nilai
hematokrit awal sebelum pengobatan,
Penggunaan eritropoietin beresiko ter-
rHuEPO dosis tinggi yang diberikan intra-
jadinya trombosis, disebabkan oleh pening-
vena, serta adanya predisposisi genetik ter-
katan viskositas darah serta interaksi pla-
hadap hipertensi. Pada studi Mancini dkk,
telet-eritrosit, maupun efek langsung eritro-
pemberian rHuEPO tidak merobah tekanan
poietin terhadap platelet dan endotel kapiler.
darah, baik saat istirahat maupun aktifitas.18
Beberapa studi klinis mengenai terjadinya
trombosis akibat pengobatan dengan
rHuEPO jangka panjang memperlihatkan Pemberian suplementasi besi
hasil yang bervariasi. Besaral dkk memban- Meskipun defisiensi besi hanya ditemu-
dingkan penggunaan rHuEPO dengan target kan pada sebagian kecil (< 30%) kasus ane-
Ht 30% dibandingkan dengan target Hb mia pada gagal jantung, defisiensi besi fung-
normal pada 1233 penderita GGK stadium sional yang dikarakteristik oleh penurunan
akhir dengan hemodialisis rutin dan mem- efektifitas cadangan besi untuk eritropoiesis
punyai faktor komorbid penyakit jantung. merupakan masalah pada penderita gagal
Mereka mendapatkan adanya peningkatan jantung. Sejumlah studi memperlihatkan
resiko kematian maupun infark miokard adanya peningkatan Hb yang bermakna
pada kelompok dengan target Hb normal. sebagai respons terhadap pemberian rHuEPO
Pada studi retrospektif terhadap pasien de- dan suplementasi besi. National Kidney
ngan kanker cerviks, terapi dengan rHuEPO Foundation merekomendasikan penggunaan
jangka panjang berhubungan dengan resiko besi intravena untuk mempertahankan kadar
terjadinya trombosis vena dalam.3 ferritin serum >100 ng/mL dan saturasi
Meskipun temuan pada penderita GGK transferin >20% untuk mengoptimalkan
dan kanker belum tentu berhubungan dengan respons klinik terhadap pemberian preparat
penderita gagal jantung, namun hasil dari eritropoietin. Meskipun demikian, kelebihan
berbagai studi ini menyebabkan perlunya cadangan besi harus diwaspadai karena
penelitian lanjut untuk mengetahui efektifitas beresiko terhadap terjadinya infeksi dan
dan keamanan penggunaan preparat eritro- gangguan kardiovaskuler lebih lanjut.1.,3
poietin pada penderita gagal jantung. Pada
penelitian penderita anemia pada gagal Pemberian diuretik
jantung yang dilakukan Silverberg dkk, tidak Pada penderita gagal jantung dengan
ditemukan trombosis maupun efek samping anemia yang disebabkan oleh hemodilusi,
138 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 3, November 2010, hlm. 133-139

pemberian preparat eritropoietin akan AM Coll Cardiol 2003;41:1933-9.


menaikkan massa eritrosit yang berakibat 7. McClellan WM, Flanders WD, Langston
peningkatan volum darah total, yang akan RD, Jurcovitz C, Presley R. Anemia and
memperberat gagal jantung. Pada penderita renal insufficiency are independent risk
dengan hemodilusi, pemberian diuretik yang factors for death among patients with
congestive heart failure admitted to
agresif akan menurunkan volum plasma community hospitals: a population-based
sehingga anemia dapat terkoreksi.3 study. J Am Soc Nephrol 2002;13:1928-36.
Pemberian transfusi darah, preparat 8. McKechnie RS, Smith D, Montoye C,
eritropoietin, suplementasi besi atau diuretik Kline-Rogers E, O’Donnell MJ, DeFranco
memerlukan pertimbangan yang matang AC et al. Prognostic implication of anemia
serta kekhususan untuk setiap kasus yang on in-hospital outcomes after percutaneous
dihadapi. coronary intervention. Circulation 2004;
110:271-7.
9. Cromie N, Lee C, Struthers AD. Anemia in
SIMPULAN chronic heart failure: what is its frequency in
Anemia merupakan salah satu faktor the UK and its underlying causes? Heart
komorbid penting yang sering ditemukan 2002;87:377-81.
10. Deswal A, Peterson NJ, Fieldman AM,
pada pasien dengan gagal jantung. Penyebab
Young JB, White BG, Mann DL et al.
anemia pada gagal jantung belum jelas Cytokines and cytokines receptors in
dipahami, diduga sebagai anemia multi- advanced heart failure. Circulation
faktorial dengan penyakit kronis dan gagal 2001;103:2055-9.
ginjal kronik sebagai penyebab utama. Pena- 11. Ganz T. Hepcidin a key regulator of iron
nganan anemia pada gagal jantung sampai metabolism and mediator of anaemia of
saat ini masih kontroversial. Pemantapan inflammation. Blood 2003;102:783-8
pemberian transfusi darah, preparat eritro- 12. Go AS, Yang J, Ackerson LM, Lepper K,
poietin, suplementasi besi dan diuretik masih Robbins S, Massie BM et al. Hemoglobin
memerlukan studi lanjut. level, chronic kidney disease, and the risks of
death and hospitalization in adults with
chronic heart failure. Circulation
DAFTAR PUSTAKA 2006;113:2713-23.
1. Anker SD, von Hachling S. Anaemia in 13. Sarnak MJ, Levey AS, Schoolwerth AC,
chronic heart failure (First Edition). Bremen: Coresh J, Culleton B, Hamm L et al.
UNI-MED, 2009. Kidney disease as a risk factor for the
2. Mitchell JE. Emerging role of anemia in development of cardiovascular disease.
heart failure. Am J Cardiol 2007;99(6B):13- Circulation 2003;108:2154-69.
21. 14. Androne AS, Katz SD, Lund L, LaManca
3. Tang YD, Katz SD. Anemia in chronic heart J, Hudaihed A, Hayniewicz K et al.
failure. Prevalence, etiology, clinical Hemodilution is common in patients with
correlates, and treatment options. Circulation advanced heart failure. Circulation
2006;113:2454-61. 2003;107:226-9.
4. Horwich TB, Fonarow GC, Hamilton MA, 15. Amin MG, Tighiouhart H, Weiner DE,
McLellan WR, Borenstein J. Anemia is Stark PC, Griffith JL, MacLeod B et al.
associated with worse symptoms, greater Hematocrit and left ventricular mass: the
impairment in functional capacity, and a Framingham Heart Stydy. J Am Coll Cardiol
significant increase in mortality in patients 2004;43:1276-82.
with advanced heart failure. J Am Coll 16. Silverberg DS, Wexler D, Blum M,
Cardiol 2002;39:1780-6. Tchebiner JZ, Sheps D, Keren G et al. The
5. Anand I, McMurray JJV, Whitmore J, et effect of correction of anemia in diabetic and
al. Anemia and its relationship to clinical non diabetics with severe resistant
outcome in heart failure. Circulation congestive heart failure and chronic renal
2004;110:149-54. failure by subcutaneous erythropoietin and
6. Mozaffarian D, Nye R, Levy WC. Anemia intravenous iron. Nephrol Dial Transplant
predicts mortality in severe heart failure. J 2003;18:141-6.
Hendrata, Lefrandt; Anemia pada Gagal Jantung 139

17. Silverberg DS, Wexler D, Blum M, Keren Effect of erythropoietin on exercise capacity
G, Sheps D, Leibovitch E et al. The use of in patients with moderate to severe chronic
subcutaneous erythropoietin and intravenous heart failure. Circulation 2003;107:294-9.
iron for the treatment of the anemia of 19. van Veldhuisen DJ, Dickstein K, Cohen-
severe, resistant, congestive heart failure Solal A, Lok DJ, Wasserman SM, Baker N
improves cardiac and renal function and et al. Randomized, double blind, placebo-
functional cardiac class, and markedly controlled study to evaluate the effect of two
reduces hospitalizations. J Am Coll Cardiol dosing regiments of darbepoetin-α on
2000; 35:1737-44. hemoglobin response and symptoms in
18. Mancini DM, Katz SD, Lang CC, patients with heart failure and anemia. Eur
LaManca J, Hudaihed A, Androne AS. Heart J 2007;28:2208-16.

Anda mungkin juga menyukai