KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
a. Definisi Akuntansi
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga kegiatan dasar dalam akuntansi, yaitu
akuntansi ini lebih dikenal dengan sebutan laporan keuangan (financial statement).
sistem pembukuan ganda (double-entry system), yaitu apabila ada suatu pencatatan
yang dibuat perusahaan, maka akan ada dampak ganda, minimal satu pencatatan di sisi
Debit berasal dari kata debere, yang berarti sisi kiri, sedangkan kredit berasal
dari kata credere yang berarti sisi kanan. Debit atau kredit tidak bermakna kenaikan
8
9
atau penurunan. Istilah didebit berarti dicatat di sebelah kiri, sebaliknya dikredit berarti
yang digunakan dalam sistem akuntansi untuk merujuk pada sifat yang sama. Akun-
akun tersebut bisa dikelompokkan menjadi lima bagian besar, yaitu Aset, Liabilitas,
Ekuitas, Pendapatan, dan Beban. Pencatatan yang dilakukan pada sisi debit atau kredit
Tabel 2.1
Debit Kredit
Akun Aset Meningkat (+) Menurun (-)
Akun Liabilitas Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Ekuitas Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Pendapatan Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Beban Meningkat (+) Menurun (-)
Sumber : Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK Tahun 2016 Halaman 61
Posisi yang dicatat pada saat transaksi yang menunjukkan peningkatan menjadi
indikator saldo normal dari masing-masing akun. Dengan demikian, saldo normal akun
aset adalah debit, sedangkan akun liabilitas dan ekuitas adalah kredit.
d. Siklus Akuntansi
untuk mengolah data-data keuangan hingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi
e. Laporan Keuangan
Seluruh akun setelah diklasifikasikan dan diolah dalam sistem akuntansi akan
(Revisi 2013), laporan keuangan minimal terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual saham entitas
kerja
4) Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya pada saat
jatuh tempo
Berdasarkan konsep akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
terjadinya (bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan). Konsep akrual lebih
mencerminkan substansi ekonomi suatu transaksi. Berdasarkan asumsi ini, entitas tidak
hanya mengakui kas yang diterima tetapi juga mengakui klaim kepada pihak lain
(piutang), liabilitas kepada pihak lain (utang), mengakui aset selain kas.
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain adalah laporan yang
kinerja perusahaan digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas
Unsur yang langsung berkaitan dengan laba adalah penghasilan (income) dan
beban (expenses). Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, tergantung pada
konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan entitas dalam penyusunan
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa dan dikenal,
sering disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa.
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
keuntungan penjualan aset tetap, keuntungan dari hasil investasi, dan keuntungan
2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
penanam modal. Beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dari
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain memiliki beberapa keterbatasan,
diantaranya:
1) Penghasilan atau beban yang tidak dapat diukur dengan andal, tidak dimasukkan ke
mensyaratkan bahwa penghasilan atau beban dapat diakui ketika dapat diukur
dengan andal.
diperkenankan oleh SAK untuk memilih dasar alokasi atau metode untuk
manajemen.
memenuhi definisi unsur dinyatakan laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain. Pengakuan menentukan waktu atau saat suatu pos
harus dilakukan. Pos yang memenuhi definisi suatu unsure laporan keuangan harus
diakui jika:
1) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut
2) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau
14
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan dapat
keuangan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
1) Biaya historis (historical cost) adalah biaya perolehan pada tanggal transaksi
2) Biaya kini (current cost) adalah biaya yang seharusnya diperoleh saat ini atau pada
saat pengukuran
4) Nilai kini (present value) adalah arus kas masuk neto di masa depan yang
didiskontokan ke biaya kini dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil
a) Pengertian Pajak
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk
masyarakat luas.
b) Jenis Pajak
1) Menurut Golongan
a) Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada pihak lain. Pajak
b) Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi
nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak
yang menjual barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara
eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa).
tidak langsung dalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga unsur yang
atas:
(1) Penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal yuridis diharuskan
melunasi pajak
(2) Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu
beban pajaknya
(3) Pemikul pajak, adalah orang yang menurut undang-undang harus dibebani
pajak.
Pajak Langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut terpisah atau terdapat pada
2) Menurut Sifat
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat Subjek Pajak Orang
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
a) Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
b) Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat
Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak
Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea
1) Stelsel Pajak
a) Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan
pada objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu, pemungutan pajaknya
baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan
nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode, sehingga:
(1) Wajib Pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada
akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas
(2) Semua Wajib Pajak akan membayar pajak pada akhir tahun sehingga
sebelumnya, sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap
sama dengan pajak yang terutang tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini, berarti
besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau
Kelebihan stelsel fiktif adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa
dilakukan pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan tinggi atau mungkin
pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak
b) Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
c) Asas Kebangsaan
suatu negara.
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
Sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga yang
ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak
peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan penerapan self
assessment system.
seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar,
dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan
system.
a) Pembayaran/Pelunasan
lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh Wajib
b) Kompensasi
c) Kadaluwarsa
Kadaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu
tertentu suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya, utang pajak tersebut
dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi. Utang pajak
akan kadaluwarsa setelah melewati waktu sepuluh tahun, terhitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
d) Pembebasan/Penghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus karena
d. Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsure, yaitu
tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau persentase
tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap, tarif proporsional (sebanding),
1) Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun besarnya
dasar pengenaan pajak. Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea meterai.
24
Pembayaran dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapapun jumlahnya
Tarif proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap
pajak, makin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara
(tarif 10%), PPh Pasal 26 (tarif 20%), PPh Pasal 23 (tarif 15% dan 2%), PPh WP
badan dalam negeri dan BUT (tarif Pasal 17 ayat (1) b atau 28% untuk tahun 2009
Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang makin meningkat
PPh. Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 dan
Pajak Penghasilan. Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1995 sampai dengan
tahun 2000 dan diatur dalam Pasal 17 UU No. 10 tahun 1994. Mulai tahun
2001, jenis tarif ini masih diberlakukan sampai dengan akhir tahun 2008, tetapi
4) Tarif Degresif (Menurun), tarif berupa persentase tertentu yang makin menurun
e. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
2) Subjek Pajak
Penghasilan. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008, Subjek Pajak
a) Subjek Pajak orang pribadi, yaitu orang pribadi sebagai subjek pajak dapat
b) Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak. Warisan yang berlum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
26
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan
c) Subjek pajak badan. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
d) Subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT). BUT adalah bentuk usaha yang
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
(5) Pabrik
27
(6) Bengkel
(7) Gudang
(13) Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu dua belas
bulan
(14) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas
(15) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
(16) Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
keadaan) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
28
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
a) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
c) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak,
seperti bunga, dividen, royalty, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU No. 36 tahun 2008, penghasilan yang termasuk
a) penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
c) laba usaha;
(2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
bersangkutan; dan
(5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
perusahaan pertambangan;
utang;
30
g) dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
n) premi asuransi;
o) iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
p) tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
a) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
modal ventura
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan
lainnya
6) Pengurangan Penghasilan
Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
32
(1) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
(b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
bentuk uang;
(g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
(3) iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
33
(4) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
Indonesia;
(a) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
(b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
Peraturan Pemerintah;
tidak dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang
yang baik.
(1) pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen,
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
(5) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
(9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
(10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
(11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
karena pengguna laporan keuangannya adalah pihak eksternal, yaitu kantor pajak.
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
berdasarkan prinsip yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK),
entitas.
Fiskal
adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur
38
dan biaya.
Beberapa prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) yang telah diakui secara
umum dalam dunia bisnis dan profesi, tetapi tidak diakui dalam fiskal, meliputi:
“terendah antara harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang
dengan nilai taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi
biaya tenaga kerja yang berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk
rata-rata (average), masuk pertama keluar pertama (first in-first out – FIFO),
masuk terakhir keluar pertama (last in-first out – LIFO), pendekatan laba bruto,
pendekatan harga jual eceran, dan lain-lain. Dalam fiskal hanya membolehkan
39
memilih dua metode, yaitu rata-rata (average) atau masuk pertama keluar
pertama (FIFO).
memilih metode penyusutan seperti metode garis lurus (straight line method),
metode saldo menurun (declining balanced method), atau saldo menurun ganda
(double declining balanced method), metode jam jasa, metode jumlah unit
persediaan, dan lain-lain untuk semua jenis harta berwujud atau aset teap.
Dalam fiskal, pemilihan metode penyusutan lebih terbatas, antara lain metode
garis lurus (straight line method) dan saldo menurun (declining balanced
method) untuk kelompok harta berwujud jenis non bangunan, sedangkan unutk
harta berwujud bangunan dibatasi pada metode garis lurus saja. Di samping
dapat menaksir sendiri umur ekonomis atau masa manfaat suatu aset,
sedangkan dalam fiskal umur ekonomis atau masa manfaat diatur dan
tertentu seperti usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, usaha asuransi,
perpajakan.
dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba
dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba
menurut akuntansi komersial. Penghasilan ini terdapat dalam pasal 4 ayat (2)
(1) Kerugian suatu usaha di luar negeri. Dalam akuntansi komersial kerugian
(3) Imbalan dengan jumlah yang melebih kewajaran. Imbalan yang diterima
atas pekerjaan yang dilakukan oleh pemegang saham atau pihak yang
menurut akuntansi. Dalam SPT Tahunan PPh, merupakan koreksi fiskal positif.
Biaya ini secara rinci diatur dalam pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 36
tahun 2008.
differences).
menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Perbedaan tetap
mengakibatkan laba (rugi) bersih menurut akuntansi berbeda (secara tetap) dengan
penghasilan (laba) kena pajak menurut fiskal. Contoh perbedaan tetap adalah:
(1) Penghasilan yang pajaknya bersifat final, seperti bunga bank, dividen, sewa tanah
dan bangunan, dan penghasilan lain sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
(2) Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, sebagaimana diatur dalam Pasal 4
pajak penghasilan, dan biaya atau pengurang lain yang tidak diperbolehkan (non
deductible expenses) menurut fiskal sesuai Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 36
Tahun 2008.
biaya dalam menghitung laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui menurut
akuntansi komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini
bersifat sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya. Contoh perbedaan
ini, antara lain: pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta berwujud, amortisasi
1) Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
2) Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal,
3) Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut kauntansi tetapi tidak diakui sebagai
4) Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai
1) Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
akuntansi.
1) Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut
akuntansi.
akuntansi.
Berikut ini adalah format yang biasa digunakan untuk memudahkan rekonsiliasi fiskal:
Tabel 2.2
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Koreksi Fiskal
Keterangan Menurut Akuntansi Menurut Fiskal
Positif Negatif
Pendapatan:
-
Biaya-biaya:
-
Laba Laba bersih sebelum pajak Laba kena pajak
Sumber: Perpajakan: Teori dan Kasus Tahun 2014 Halaman 406
45
B. Kerangka Pemikiran
keuangan disusun dalam satu periode yang dimulai dari Januari dan berakhir pada Desember.
Laporan keuangan PT XYZ telah diaudit dan pelaporannya sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Indonesia (SAK). Laporan keuangan PT XYZ terdiri dari Laporan Posisi
Keuangan, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain meliputi pendapatan dan beban yang terjadi selama periode
berjalan yang selisih positifnya disebut laba komersial atau laba sebelum pajak.
PT XYZ terdaftar sebagai wajib pajak badan yang harus memenuhi kewajibannya yaitu
kewajiban menghitung, PT XYZ wajib menyesuaikan pendapatan dan beban yang telah
Dalam istilah pajak, penyesuaian yang dilakukan dikenal dengan koreksi fiskal. Koreksi
fiskal terbagi menjadi koreksi fiskal positif dan negatif. Koreksi ini disebabkan adanya
perbedaan tetap dan waktu antara pengakuan menurut akuntansi dan pajak. Setelah dilakukan
koreksi fiskal, maka laba komersial atau laba sebelum pajak disebut laba neto fiskal. Laba neto
fiskal yang dikurangkan dengan kompensasi kerugian akan menghasilkan penghasilan kena
pajak sebagai dasar dalam menghitung pajak penghasilan badan PT XYZ. Dalam tugas akhir
ini, penulis mencoba menyajikan pencatatan laba sebelum pajak menurut akuntansi
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan pencatatan laba kena pajak menurut ketentuan
peraturan perpajakan pada PT XYZ tahun 2015. Kerangka pemikiran penulis disajikan pada
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
PT XYZ
Pembukuan
Pendapatan Beban
Dasar Hukum:
Keterangan :
Garis fungsional