Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasanah Dunia Akhirat

Kehidupan dimulai dari niat yang tulus dan ikhlas mencari keridhaan Allah. Niat tulus itu
kemudian ditunjang dengan keinginan yang kuat. Orang mesti mempunyai mimpi mau ke mana
hidupnya di masa mendatang. Mimpi-mimpi itu, biar tidak sekadar menjadi khayalan semata,
harus ditopang dengan kerja keras tiada akhir.  Hal ini sesuai dengan pepatah Arab “Man jadda
wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil”.

Tidak cukup hanya dengan kerja keras, orang juga mesti berpikir bagaimana membuat
dirinya dan usahanya lebih produktif. Karena itulah, ia mesti mengembangkan kreativitas dan
inovasi pada setiap produk dan layanan yang ditawarkan. Dengan demikian, kreativitas dan
inovasi akan mampu membuat dirinya bertahan di tengah persaingan yang semakin sengit. Hal
ini juga sesuai dengan pepatah Arab yang berbunyi: “Man saara ‘ala ad-darbi washala”, yang
artinya: “Siapa yang berjalan pada jalannya, ia akan sampai”

Di tengah perjalanan, pasti akan ada proses yang harus dilewati, dan juga berbagai cobaan dan
rintangan menghadang. Karenanya, orang mesti menghadapinya dengan penuh kesabaran,
disiplin, dan konsisten. Tiga hal ini yang akan membuat keyakinan dan impian kita bisa tercapai.
Pepatah Arab yang sesuai dengan hal ini adalah: “Man shabara dzafira”, yang artinya: “Siapa
yang bersabar, ia akan beruntung”.

Barulah kemudian setelah proses kerja keras dilewati, dihantarkan dengan penuh
kesabaran, disiplin tinggi, dan konsistensi dalam kerja, orang diharapkan bisa mencapai tidak
hanya kebahagiaan di dunia, tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Inilah tujuan hidup yang paling
utama: Hasanah Dunia Akhirat, Kebaikan dan Kebahagiaan tidak hanya di dunia saja, tetapi juga
menjadi bekal bagi kehidupan di akhirat.

Hidup, karenanya tidak boleh ditujukan hanya sekadar sukses secara materi,   tetapi juga
sukses secara fisik dan spiritual. Kesuksesan secara materi, jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai
spiritual, hanya akan menghasilkan jiwa-jiwa yang kosong. Keseimbangan itulah yang dicari,
untuk Sukses Dunia Akhirat, Hasanah Dunia Akhirat.
B. Dari Man Jadda Wajada Menuju Hasanah Dunia Akhirat
1. Karakter sukses dunia akhirat
a. Hidup Mencari Keridhaan Tuhan
b. Pandai Mensyukuri Nikmat
c. Bertanggung Jawab terhadap Kehidupan
d. Ikhlas Bekerja dan Beramal
e. Bekerja Keras dan Cerdas
f. Bersabar dalam Mencapai Kesuksesa
g. Bertawakkal atas Apa Yang Dikerjakan
h. Istiqamah Menghadapi Tantangan
2. Karakter negative penghalang kesuksesan
a.Hindarkan diri dari Bermalas-malasan
b. Iri dan Dengki Dengan Kesuksesan Orang Lain
c.Menunda-Nunda Pekerjaan
d. Berkeluh Kesah atas Keadaan
e.Kikir dan Tidak Suka Berbagi
f. Bersedih Berkepanjangan
g. Pesimis Menghadapi Kehidupan
3. Menuju kebaikan dunia dan akhirat
a.Gali dan Kembangkan Potensi Diri
b. Setiap Perbuatan Ada Akibatnya
c.Hijrah dan Berubah Lebih Baik
d. Mencapai Kebahagiaan Dunia Akhirat

C. Makna Do’a :

َ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬


ِ َّ‫اب الن‬
(‫ار‬ ِ ‫)ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬
َ

“Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami di dunia ini hasanah (kebaikan) dan di akhirat
hasanah (kebaikan). Lindungilah kami dari adzab api neraka.”

al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,

1. Hasanah di dunia : meliputi semua permintaan duniawi, berupa penjagaan, rumah tinggal
yang lapang, isteri yang baik, anak yang berbakti, rizki yang luas, ilmu bermanfaat, dan amal
shalih.
2. Hasanah di akhirat : yang tertinggi adalah masuk al-Jannah (surga) dan semua hal yang
berkaitan dengannya berupa keamanan pada hari ketakutan terbesar, kemudahan dalam hisab,
dan lainnya dari berbagai urusan akhirat, serta penjagaan dari api neraka.

al-‘Allamah as-Sa’di rahimahullah berkata,

“Do’a ini merupakan do’a paling lengkap dan paling sempurna. Oleh karena itu doa ini
merupakan doa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam– yang terbanyak.”

asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,


“Sesungguhnya doa ini adalah doa yang paling lengkap.
« Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami di dunia ini kebaikan » : meliputi semua kebaikan
dunia, berupa isteri yang shalihah, kendaraan yang nyaman, tempat tinggal yang tenang, dan
lain-lain.
« dan di akhirat kebaikan », juga meliputi semua kebaikan di akhirat, berupa hisab yang mudah,
pemberian kitab catatan amal dari arah kanan, melewati ash-Shirat dengan mudah, minum dari
telaga Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam–, dan masuk surga, serta berbagai kebaikan
akhirat lainnya. Jadi doa ini di antara doa terlengkap, bahkan yang paling lengkap karena doa ini
mencakup semua hal.

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

، ُ‫ َرةُ نِيَّـتَه‬e‫ت اآْل ِخ‬


ِ َ‫ َو َم ْن َكان‬، ُ‫ب لَه‬َ ِ‫ َولَ ْم يَأْتِ ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا إِاَّل َما ُكت‬،ِ ‫ َو َج َع َل فَ ْق َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه‬، ُ‫ق هللاُ َعلَ ْي ِه أَ ْم َره‬
َ ‫ فَ َّر‬، ُ‫ت ال ُّد ْنيَا هَ َّمه‬
ِ َ‫َم ْن َكان‬
ٌ‫اغ َمة‬ ْ ْ َ ْ َ َ
ِ ‫ َوأتَتهُ ال ُّدنيَا َو ِه َي َر‬، ‫ َو َج َع َل ِغنَاهُ فِ ْي قلبِ ِه‬، ُ‫ج َم َع هللاُ أ ْم َره‬. َ

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya,
menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali
menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya
adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya,
dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ”

Ini adalah keburukan yang terbalik dari semua sisi. Juga berarti membalik sesuatu pada posisi yang
benar-benar terbalik. Ini sesuai sekali dengan firman Allâh Azza wa Jalla :

َ e ِ‫﴾ أُو ٰلَئ‬١٥﴿ َ‫َم ْن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ إِلَ ْي ِه ْم أَ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا اَل يُ ْب َخسُون‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ لَي‬
ۖ ‫ َر ِة إِاَّل النَّا ُر‬e‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل ِخ‬
َ‫صنَعُوا فِيهَا َوبَا ِط ٌل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ‫َو َحبِطَ َما‬

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan


kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh balasan di akhirat kecuali
neraka. Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang telah mereka kerjakan.” [Hûd/11:15-16].

D. Kebaikan-kebaikan di Dunia dan di Akhirat

Tentang makna hasanah dalam doa ini, Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa para salaf
berbeda-beda dalam mengungkapkannya. Ringkasannya sebagai berikut.

1. Al-Hasan menyatakan, “(Hasanah adalah) ilmu dan ibadah ketika di dunia.” Dalam riwayat
yang dha’if (lemah), al-Hasan mengatakan, “(Hasanah adalah) rezeki yang baik dan ilmu yang
bermanfaat, sedangkan hasanah di akhirat adalah surga.”Tafsiran bahwa makna hasanah di
akhirat adalah surga juga disampaikan oleh as-Suddi, Mujahid, Isma’il bin Abi Khalid, dan
Muqatil bin Hayyan.
2. Ibnu az-Zubair mengatakan, “Mereka beramal di dunia untuk mendapatkan dunia dan
akhirat.”
3. Qatadah mengatakan, “(Hasanah adalah) al-‘afiyah (kesejahteraan) di dunia dan di akhirat.”
4. Muhammad bin Ka’b al-Qurazhi mengatakan, “Istri yang salihah termasuk dari
hasanah.”Tafsiran semisal ini juga disampaikan oleh Yazid bin Abu Khalid.
5. Sufyan ats-Tsauri mengatakan, “Hasanah di dunia adalah rezeki yang baik dan ilmu,
sedangkan hasanah di akhirat adalah jannah (surga).”
6. Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, “Hasanah di dunia adalah al-muna (cita-cita).”
7. As-Suddi dan Muqatil mengatakan, “Hasanah di dunia adalah rezeki yang halal dan luas
serta amalan saleh. Adapun hasanah di akhirat adalah ampunan dan pahala.”
8. ‘Athiyyah mengatakan, “Hasanah di dunia adalah ilmu dan pengamalannya. Adapun
hasanah di akhirat adalah diringankannya hisab (perhitungan) dan masuk jannah.”
9. ‘Auf mengatakan, “Barang siapa yang diberi oleh Allah anugerah berupa Islam, al-Qur’an,
istri, harta, dan anak, Allah telah memberikan kepadanya hasanah di dunia dan hasanah di
akhirat.” (Dinukil dari Fathul Bari, melalui Maktabah Syamilah)
10. Al-Qasim bin ‘Abdurrahman mengatakan, “Barang siapa yang diberi hati yang bersyukur,
lisan yang suka berzikir, dan jasad yang penyabar, ia telah diberi hasanah di dunia, dan di
akhirat juga mendapat hasanah.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir, melalui Maktabah
Syamilah).

Ibnu Hajar mengutip—dari al-Kasysyaf—ucapan yang dinukilkan dari ‘Ali bahwa hasanah
di dunia adalah istri yang salihah, (hasanah) di akhirat adalah bidadari, sedangkan siksa neraka
adalah istri yang jelek.

Beliau juga mengutip ucapan ‘Imaduddin Ibnu Katsir (dalam Tafsirnya), “Hasanah di
dunia mencakup semua perkara dunia yang dicari, seperti kesejahteraan, rumah yang damai, istri
yang baik, anak yang berbakti, rezeki yang lapang, ilmu yang bermanfaat, amalan saleh,
kendaraan yang nyaman, pujian yang baik, dan hal-hal lain yang terkandung dalam ungkapan
tafsiran mereka. Sebab, semua ini termasuk hasanah di dunia

Adapun hasanah di akhirat, yang tertinggi adalah masuk ke jannah dan semua hal yang
menyertainya, yaitu rasa aman dari ketakutan yang besar ketika di ‘arashat (padang mahsyar),
dimudahkannya hisab (perhitungan), dan semua perkara akhirat lainnya.

Adapun perlindungan dari neraka, hal ini berkonsekuensi dimudahkannya sebab-sebabnya


di dunia, yaitu menjauhi perkara haram dan meninggalkan perkara syubhat.”

Ibnu Hajar menambahkan, “Atau semata-mata ampunan (atas dosa-dosa yang ia lakukan
ketika di dunia, -pen.).”

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa
mengamalkan doa ini dan memahami kandungannya yang sangat agung. Amin.

 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kedudukan doa sapu jagat, doa yang paling sering dipanjatkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam.
2. Tafsiran hasanah dalam doa sapu jagat menurut para salaf.
3. Celaan bagi orang-orang yang hanya mementingkan perkara dunia dan memandang
bahwa kesuksesan hidup diartikan dengan perolehan materi, baik berupa harta, jabatan,
maupun wanita cantik.
4. Orang yang hanya memikirkan dan mementingkan perkara dunia akan mendapatkan
kerugian di akhirat, bahkan tidak mendapatkan bagian yang baik di akhirat kelak.
5. Di antara sifat orang yang beriman adalah meminta kebaikan di dunia dan di akhirat. Dia
menggabungkan kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
6. Perkara dunia akan menjadi kebaikan ketika dipegang oleh orang-orang yang beriman.
7. Kemuliaan wanita salihah dan anjuran untuk menjadikan wanita salihah sebagai pasangan
hidup. Bahkan, wanita salihah adalah perhiasan dunia yang terbaik. Maka dari itu,
bersyukurlah karena Anda menjadi wanita, dan berusahalah untuk menjadi wanita
salihah.

B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dicari oleh manusia. Begitu juga dalam
Agama Islam. Agama Islam mewajibakan setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan untuk menuntut ilmu, yang dimulai dari saat manusia itu lahir sampai pada
akhirnya manusia tersebut meninggal.
Dalam menunutut ilmu, harus seimbang antara mencari ilmu dunia dan mencari ilmu
akhirat. Keduanya harus dilaksanakan seimbang tanpa mementingkan salah satu saja dari
keduanya. Karena pada dasarnya, pendidikan juga mempunyai tujuan yaitu untuk dapat
mencapai kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai