Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

ELEKTRONIKA DAYA

Nama : Fitri Dewi Annisa


NRP : 1303191016
Kelas : 2 D3 Teknik Elektro Industri A
Dosen : Novie Ayub Windarko, S. ST., MT., Ph. D.
Tanggal : 30 November 2020

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI
2020
PERCOBAAN 6
BOOST CONVERTER

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar Boost Converter.
2. Praktikan dapat memahami operasi switching pada rangkaian.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil percobaan
2. Praktikan dapat mengetahui karakteristik dan performasi rangkaian

III. DASAR TEORI


Rangkaian Boost Converter dapat dilihat pada Gambar 1. Operasi konverter
ini ditentukan pada periode switching saat on dan off. Disebut sebagai Boost
Converter karena tegangan outputnya lebih besar daripada tegangan inputnya
Rangkaian dianalisa dengan mengobservasi tegangan pada induktor dan arus saat
saklar on dan saat saklar off.

Gambar 1. Rangkaian Boost Cunverter


Analisa Konverter Boost ketika saklar ON (tertutup)
Jika saklar tertutup, dioda terbias mundur (off), maka output terisolasi dari
input. Input mensuplai energi ke induktor. Rangkaian ekuivalen Boost Converter
saat saklar tertutup clapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian ekuivalen Boost Converter saat saklar tertutup


Dari Gambar 2. maka tegangan induktor dapat ditentukan sebagai berikut :
𝑑𝑖𝐿 𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑆
𝑉𝐿 = 𝑉𝑆 = 𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐿
Perubahan arus induktor :
∆𝑖𝐿 ∆𝑖𝐿 𝑉𝑆
= =
∆𝑡 𝐷𝑇 𝐿
Karena perubahan arus adalah konstan positif, maka arus naik secara linier
seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Gelombang Tegangan Induktor dan Arus Induktor


Penyelesaian untuk ΔiL pada saat saklar tertutup adalah :
𝑉𝑆 𝐷𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
𝐿
Analisa Boost pada saat saklar OFF (terbuka)
Jika saklar terbuka, sisi output menerima energi dari dua sumber yaitu dari
input dan dari induktor. Maka sisi output menjadi besar. Rangkaian ekivalen Boost
Converter saat saklar terbuka dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rangkaian Ekivalen Buck Converter Saat Saklar Terbuka


Dari Gambar 4. maka tegangan induktor saat saklar terbuka adalah :
Tegangan induktor :
𝑑𝑖𝐿
𝑉𝐿 = 𝑉𝑆 − 𝑉𝑂 = 𝐿
𝑑𝑡
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑆 − 𝑉𝑂
=
𝑑𝑡 𝐿
Perubahan arus induktor :
𝑑𝑖𝐿 ∆𝑖𝐿 ∆𝑖𝐿 𝑉𝑆 − 𝑉𝑂
= = =
𝑑𝑡 ∆𝑡 (1 − 𝐷 )𝑇 𝐿
Penyelesaian untuk ΔiL pada saat saklar terbuka adalah :
(𝑉𝑆 − 𝑉𝑂 )(1 − 𝐷)𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑜𝑝𝑒𝑛𝑒𝑑 =
𝐿
Perubahan arus induktor saat saklar terbuka dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk Gelombang Tegangan Induktor dan Arus Induktor


Operasi Keadaan Tunak (Steady-State Operation)
Operasi Steady-state terjadi jika arus induktor ( iL ) pada akhir siklus
switching sama dengan awal siklus switching berikutnya. Berarti perubahan arus i L
dalam satu periode sama dengan nol :
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 + (∆𝑖𝐿 )𝑜𝑝𝑒𝑛𝑒𝑑 = 0
𝑉𝑆 𝐷𝑇 (𝑉𝑆 − 𝑉𝑂 )(1 − 𝐷)𝑇
+ =0
𝐿 𝐿
𝑉𝑆
𝑉𝑂 = 1−𝐷
Konverter Boost memproduksi tegangan output yang lebih besar dibanding
tegangan inputnya.

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 6. Rangkaian Percobaan Boost Converter


V. ALAT DAN KOMPONEN
1. Triangular-wave Voltage Source 1 buah
2. DC Voltage Source 2 buah
3. Voltmeter 4 buah
4. Amperemeter 1 buah
5. Resistor 1 buah
6. Induktor 1 buah
7. Kapasitor 1 buah
8. Dioda 1 buah
9. IGBT 1 buah
10. Comparator 1 buah
11. On-Off Controller 1 buah

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Atur nilai tegangan pada Vs = 50 V, induktor L = 1mH, kapasitor C =
100 µF, frekuensi switching fs = 20k Hz.
2. Atur nilai resistansi beban dengan rumus :
RLoad = 5 + (no absen/10)
RLoad = 5 + (15/10)
RLoad = 6,5 Ω
3. Atur nilai duty cycle pada rangkaian dengan nilai 25%, 50% dan 75%.
4. Tentukan nilai Vo rata-rata dan Vo secara teori dan hasil simulasi.

5. Tentukan nilai IL rata-rata dan IL secara teori dan hasil simulasi.
6. Sertakan printscreen hasil simulasi untuk no. 4 dan 5.
VII. SIMULASI PERCOBAAN
A. LANGKAH – LANGKAH SIMULASI
1. Pertama, Buka aplikasi PSIM pada di layar desktop untuk memulai
simulasi.

2. Kemudian saat telah masuk ke aplikasi, pilih pilihan File dan pilih
”New” untuk membuat project baru.

3. Setelah membuat lembar project baru, lalu pilih komponen yang akan
digunakan dan atur peletakannya sesuai dengan rangkaian percobaan.
4. Sambungkan setiap komponen hingga menjadi sebuah rangkaian. Lalu
atur nilai inputnya dan beri label agar lebih mudah dipahami.

5. Jika sambungan rangkaian telah terhubung dengan benar, lanjutkan


dengan menjalankan rangkaian yaitu pilih pilihan Simulate diatas dan
pilih Simulation Control kemudian pilih Run Simulation.

6. Lalu akan didapatkan gelombang output untuk nilai variabel terukur


yang dibutuhkan. Ulangi percobaan dengan mengatur nilai duty cycle
pada rangkaian yaitu 25%, 50%, dan 75% sesuai petunjuk percobaan.
B. HASIL OUTPUT DAN GRAFIK SIMULASI
- Nilai Duty Cycle = 25 %
Grafik VS, VO, dan iL
Vs

56

54

52

50

48

46

44

Vo

100

80

60

40

20

IL

25

20

15

10

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01


Time (s)

Hasil Output

Grafik VO Saat Steady State


Vo

68.75

67.5

66.25

65

63.75

0.0085 0.009 0.0095 0.01


Time (s)
Hasil Output VO Saat Steady State

Grafik iL Saat Steady State


IL

14.0625

13.9063

13.75

13.5938

13.4375

13.2813

13.125

0.009 0.00925 0.0095 0.00975


Time (s)

Hasil Output iL Saat Steady State


- Nilai Duty Cycle = 50 %
Grafik VS, VO, dan iL
Vs

56

54

52

50

48

46

44

Vo

120

100

80

60

40

20

IL

50

40

30

20

10

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01


Time (s)

Hasil Output

Grafik VO Saat Steady State


Vo
105

102.5

100

97.5

95

0.008 0.0085 0.009 0.0095


Time (s)
Hasil Output VO Saat Steady State

Grafik iL Saat Steady State


IL

31.875

31.25

30.625

30

29.375
0.009 0.00925 0.0095 0.00975
Time (s)

Hasil Output iL Saat Steady State


- Nilai Duty Cycle = 75 %
Grafik VS, VO, dan iL
Vs

56

54

52

50

48

46

44

Vo

250

200

150

100

50

IL

140
120
100
80
60
40
20
0

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01


Time (s)

Hasil Output

Grafik VO Saat Steady State


Vo

206.25

200

193.75

187.5

0.0085 0.009 0.0095 0.01


Time (s)
Hasil Output VO Saat Steady State

Grafik iL Saat Steady State


IL

124.375

123.75

123.125

122.5

121.875

121.25

120.625

120

0.00925 0.0095 0.00975


Time (s)

Hasil Output iL Saat Steady State


VIII. DATA PERCOBAAN
No. D Teori Simulasi
(%) Vo Vo iL iL Vo Vo iL iL
(V) (V) (A) (A) (V) (V) (A) (A)
1. 25 66,67 1,28 13,68 0,63 66,61 1,28 13,68 0,63

2. 50 100 3,85 30,77 1,25 99,85 3,84 30,74 1,25

3. 75 200 11,54 123,08 1,88 198,57 11,46 122,61 1,88

IX. ANALISA DATA PERCOBAAN


Pada percobaan 6 ini dilakukan simulasi percobaan untuk Rangkaian Boost
Converter menggunakan software aplikasi PSIM.
Boost converter merupakan konverter daya dari DC ke DC yang berfungsi
untuk menaikkan tegangan dengan tegangan output yang lebih besar dari pada
tegangan input. Meskipun Konverter jenis ini mampu untuk menaikkan tegangan,
namun juga harus mengikuti aturan dari boost converter tersebut, yaitu dengan
mengatur Duty Cycle (D) / siklus kerja. Rangkaian Boost Converter terdiri atas
switching-mode power supply (SMPS) yang mengandung dua komponen
semikonduktor (dioda dan transistor IGBT), serta dua elemen penyimpanan energi
yaitu kapasitor dan induktor.
Prinsip kerja utama dari Boost converter ini adalah kecenderungan induktor
untuk melawan perubahan arus yaitu dengan menciptakan dan menghancurkan
medan magnet. Dalam Boost converter, tegangan output akan selalu lebih tinggi
dari tegangan input.
Ketika transistor IGBT on (tertutup) dan dioda off, arus mengalir searah
jarum jam dari sumber menuju ke induktor (terjadi pengisian arus pada induktor).
Polaritas induktor pada sisi kiri lebih positif dibandingkan sisi kanannya.
Ketika transistor IGBT off (terbuka) dan dioda on, arus yang disimpan di
induktor akan berkurang karena impedansi yang lebih tinggi. Berkurangnya arus
pada induktor menyebabkan induktor tersebut melawannya dengan membalik
polaritasnya (lebih negatif pada sisi kiri). Sehingga, arus yang mengalir pada dioda
dan pada beban adalah penjumlahan antara arus pada sumber dan arus pada induktor
(seri). Disaat yang bersamaan kapasitor juga akan melakukan penyimpanan energi
dalam bentuk tegangan. Itulah sebabnya Boost Converter memiliki keluaran yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masukannya. Rasio antara tegangan keluaran
terhadap tegangan masukan konverter sebanding dengan rasio antara periode
penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. Ciri khas utama jenis konverter ini
adalah bisa menghasilkan arus masukan yang kontinyu.
Pada Boost Converter dikenal dengan adanya mode continous dan
discontinous. Mode continous adalah mode dimana arus yang dihasilkan oleh
induktor tidak pernah habis sampai nol ketika transistor IGBT pada rangkaian
tersebut dalam kondisi off. Sedangkan mode discontinous adalah mode dimana arus
yang dihasilkan oleh induktor pada saat transistor IGBT pada kondisi off dapat
mencapai nilai nol. Hal ini dikarenakan oleh adanya beban yang terlalu ringan pada
rangkaian.
Kelebihan dari Boost Converter ini yaitu memiliki efisiensi tinggi, rangkaian
sederhana, rangkainnya tidak memerlukan transformer dan tingkat ripple yang
rendah pada arus masukan. Namun Boost converter juga memiliki kekurangan yaitu
tidak memiliki isolasi antara masukan dan keluaran, hanya satu keluaran yang
dihasilkan, dan tingkatan ripple yang tinggi pada tegangan keluaran.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai Vo dan iL secara teori pada rangkaian ini
dapat digunakan rumus berikut :
𝑉𝑆
𝑉𝑂 =
1−𝐷
𝑉𝑆
𝑖𝐿 =
(1 − 𝐷)2 𝑅𝐿
Dengan menggunakan nilai Vs dan Duty Cycle yang telah ditetapkan,
kemudian dapat dihitung nilai Vo dan iL nya menggunakan rumus diatas. Berikut
perhitungannya :
1. Untuk Nilai Duty Cycle = 25 %
50
𝑉𝑂 =
1 − 0,25
𝑉𝑂 = 66,67 𝑉
50
𝑖𝐿 =
(1 − 0,25)2 (6,5)
𝑖𝐿 = 13,68 𝐴

2. Untuk Nilai Duty Cycle = 50 %


50
𝑉𝑂 =
1 − 0,5
𝑉𝑂 = 100 𝑉
50
𝑖𝐿 =
(1 − 0,5)2 (6,5)
𝑖𝐿 = 30,77 𝐴
3. Untuk Nilai Duty Cycle = 75 %
50
𝑉𝑂 =
1 − 0,75
𝑉𝑂 = 200 𝑉
50
𝑖𝐿 =
(1 − 0,75)2 (6,5)
𝑖𝐿 = 123,08 𝐴

Lalu untuk nilai Vo dan iL juga dapat dihitung secara teori dan simulasi
menggunakan rumus berikut :
𝑉𝑂 𝐷
𝑉𝑜 =
𝑅𝐶𝑓
𝑉𝑆 𝐷𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
𝐿
Berikut perhitungan nilai Vo dan iL secara teori yang menggunakan nilai
Vo dan iL dari rumus perhitungan :
1. Untuk Nilai Duty Cycle = 25 %
66,67 . 0,25
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
16,67
𝑉𝑜 = = 1,28 𝑉
13
50 . 0,25 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
0,625 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 0,63 𝐴

2. Untuk Nilai Duty Cycle = 50 %


100 . 0,5
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
50
𝑉𝑜 = = 3,85 𝑉
13
50 . 0,5 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
1,25 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 1,25 𝐴

3. Untuk Nilai Duty Cycle = 75 %


200 . 0,75
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
150
𝑉𝑜 = = 11,54 𝑉
13
50 . 0,75 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
1,88 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 1,88 𝐴

Berikut perhitungan nilai Vo dan iL secara simulasi yang menggunakan
nilai Vo dan iL dari hasil simulasi :
1. Untuk Nilai Duty Cycle = 25 %
66,61 . 0,25
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
16,65
𝑉𝑜 = = 1,28 𝑉
13
50 . 0,25 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
0,625 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 0,63 𝐴

2. Untuk Nilai Duty Cycle = 50 %


99,85 . 0,5
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
49,93
𝑉𝑜 = = 3,84 𝑉
13
50 . 0,5 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
1,25 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 1,25 𝐴

3. Untuk Nilai Duty Cycle = 75 %


198,57 . 0,75
𝑉𝑜 =
6,5 . 100 . 10−6 . 20𝑘
148,93
𝑉𝑜 = = 11,46 𝑉
13
50 . 0,75 . 5 . 10−5
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
1,88 . 10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
10−3
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 1,88 𝐴
Pada kedua hasil yang diperoleh untuk nilai Vo, iL, dan Vo dari simulasi
maupun teori diketahui bahwa terdapat beberapa hasil nilai yang sama dan beberapa
hasil nilai lainnya saling mendekati dengan selisih nilai yang sangat sedikit yaitu
hanya beberapa angka dibelakang koma untuk setiap variabel sehingga percobaan
ini dapat dikatakan berhasil.
Untuk nilai iL secara simulasi maupun teori sudah dipastikan memiliki nilai
yang sama karena rumus perhitungannya menggunakan variabel-variabel yang
nilainya telah ditentukan dari awal.
Meski begitu, hasil dari simulasi dianggap lebih tepat karena kondisi
rangkaian serta komponen yang digunakan pada simulasi menggunakan software
aplikasi yang dianggap ideal.
Pada perhitungan menggunakan teori adalah kondisi dimana perhitungan
dilakukan tanpa adanya pengaruh karakteristik dari komponen yang digunakan
sehingga hasilnya murni hanya dari nilai setiap variabel yang ada.

X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Boost converter merupakan konverter daya dari DC ke DC yang berfungsi
untuk menaikkan tegangan dengan tegangan output yang lebih besar dari
pada tegangan input.
2. Prinsip kerja utama dari Boost converter ini adalah kecenderungan induktor
untuk melawan perubahan arus yaitu dengan menciptakan dan
menghancurkan medan magnet.
3. Pada Boost Converter dikenal dengan adanya mode continous dan
discontinous. Mode continous adalah mode dimana arus yang dihasilkan
oleh induktor tidak pernah habis sampai nol ketika transistor IGBT pada
rangkaian tersebut dalam kondisi off. Sedangkan mode discontinous adalah
mode dimana arus yang dihasilkan oleh induktor pada saat transistor IGBT
pada kondisi off dapat mencapai nilai nol.
4. Kelebihan dari Boost Converter ini yaitu memiliki efisiensi tinggi, rangkaian
sederhana, rangkainnya tidak memerlukan transformer dan tingkat ripple
yang rendah pada arus masukan. Namun Boost converter juga memiliki
kekurangan yaitu tidak memiliki isolasi antara masukan dan keluaran, hanya
satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkatan ripple yang tinggi pada
tegangan keluaran.
5. Untuk memperoleh nilai Vo dan iL secara teori pada Rangkaian Boost
Converter dapat dilakukan perhitungan menggunakan rumus berikut :
𝑉𝑆
𝑉𝑂 =
1−𝐷
𝑉𝑆
𝑖𝐿 =
(1 − 𝐷)2 𝑅𝐿
6. Untuk memperoleh nilai Vo dan iL secara teori dan simulasi pada
rangkaian Boost Converter dapat dilakukan perhitungan menggunakan
rumus berikut :
𝑉𝑂 𝐷
𝑉𝑜 =
𝑅𝐶𝑓
𝑉𝑆 𝐷𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 =
𝐿
7. Percobaan ini dapat dikatakan berhasil karena dari simulasi dan perhitungan
teori menghasilkan nilai Vo, iL, Vo dan iL yang beberapa diantaranya
memiliki nilai yang sama dan beberapa lainnya memiliki nilai yang saling
mendekati dengan selisih hanya beberapa angka dibelakang koma.

Anda mungkin juga menyukai