BAB I
PENDAHULUAN
biasanya dikonsumsi bertindak melawan bakteri. Maka dari itu vaksin merupakan
bagian dari obat yang memiliki peran khusus didalam kekebalan dan kesehatan
manusia.
Vaksin merupakan komponen utama dalam pelaksanaan imunisasi, untuk
mencapai tujuan imunisasi secara maksimal, maka perlu ditunjang dengan
pengelolaan dan ketersediaan vaksin dalam jumlah cukup, berkualitas serta tepat
waktu. Semua vaksin merupakan produk biologis yang sangat rentang dan
mudah rusak sehingga memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya
khususnya penyimpanan. Penyimpanan vaksin di unit-unit pelayanan kesehatan
seperti puskesmas harus diperhatikan dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas diatas peneliti tertaik melakukan penelitian
tentang “Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat Vaksin Di Puskesmas
Tanjung Sari Medan” untuk mengetahui apakah selama ini pengelolaan Vaksin
pada puskesmas Tanjung Sari Medan telah memenuhi indikator pengelolaan
obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Thn 2014 Tentang Puskesmas
yang di maksud dengan puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelanggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama. Dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan kegiatan puskesmas di butuhkan
beberapa standar di antaranya adalah standar pelayanan kefarmasian.
Esensi dari keberadaan standar pelayanan kefarmasian merupakan tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian (permenkes
No 74 Thn 2016). Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dan penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien.
2.3 Vaksin
2.3.1 Pengertian Vaksin
vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.Vaksin dapat berupa galur virus
atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin
dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil kemurniaannya (protein,
peptide,partikel serupa visus, dsb). Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen
tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebakan untuk melawan sel-sel degenerative (kanker). Pemberian vaksin
diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibody
spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin.
Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apapun jenisnya tujuannya sama,
yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Penemuan
vaksin pertama kali berasal dari cina pada 900 SM. Bangsa cina saat itu
menemukan bentuk vaksinasi yang disebut variolasi. Metode vaksinasi ini
digunakan untuk mencegah cacar yang menyerang orang sehat pada jaringan
scabs yang disebabkan oleh virus. Mereka melakukan hal ini dengan
menghapus nanah dan cairan dari lesi cacar, kemudian menyuntikkannya pada
bagian bawah kulit yang akan dilindungi Atau dengan cara mengupas scars dari
lesi yang telah kering kemudian menggilingnya menjadi bubuk dan membiarkan
orang yang tidak terinfeksi menghirupnya. Metode lain yang digunakan yaitu
mengambil beberapa bubuk keropeng dalam jumlah sedikit dengan jarum
kemudian beberapa bubuk keropeng dalam jumlah sedikit dengan jarum
kemudian menyuntikkannya langsung ke dalam pembuluh darah seseorang.
Vaksin merupakan antigen (mikoorganisma) yang diinaktifkan atau dilemahkan
yang bila diberikan kepada orang yang sehat akan menimbulkan antibody
spesifik terhadap mikroorganisma tersebut sehingga bila kemudian dia terpapar,
akan kebal dan tidak sakit. Dengan demikian bahan dasar membuat vaksin tentu
memerlukan mikroorganisme baik virus maupun bakteri.
6
f. Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinan adalah vaksin rekombinan memungkinkan prosuksi
protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan
dieksperiksan dalam sel prolariot atau eukariot. Sistem eksperi eukariot
meliputi sel bakteri E.coli, east, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA
rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vector untuk membawa gen sebagai antigen
pelindung dari virus lainnya, minsalnya gen untuk antigen dari berbagai
virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan
dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibody yang baik.
Susunan vaksin ini (missal hepatitis B) memerlukan epitop organisme
yang pathogen. Sintesus dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
g. Vaksin DNA (plasmid DNA Vaccines)
Vaksin DNA adalah vaksin dengan oendekatan baru dalam teknologi
vaksin yang memiliki potensi dalam peginduksi imunitas seluler. Dalam
vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmin
bakteri yang direkaasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntukkan DNA plasmid
akan menetap dalam nucleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam
DNA sel (kromosom), selanjutnya mensistesis antigen yang dikodenya.
Selain itu vector plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat
imunostumlan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini
berdarakan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang
pathogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.Hasil akhir
penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA
(virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan seluler yang cukup
kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saait ini sedang
dilakukan.
9
2.5 Pendistribusian
Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat
pelayanan, harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu
memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran.
12
i. Pelarut dan penetes dikemas pada suhu kamar terpisah dengan vaksin
(tanpa menggunakan pendingin).
j. Pada setiap cold box disertakan alat pemantau paparan suhu tambahan
berupa:
i. Indikator paparan suhu beku untuk vaksin sensitif beku (DT, Td, Hep.B
dan DPT-HB-Hib).
ii. Indikator paparan suhu panas untuk vaksin BCG.
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C s.d. 8°C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan, pelarut
disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C. Beberapa ketentuan yang harus selalu
diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin
terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan
serta ketentuan pemakaian sisa vaksin.
Penyimpanan, Kesesuaian
Pengelolaan, pendistribusian dan dengan PMK NO.
persediaan obat vaksin penghapusan 12 Tahun 2017
di puskesmas.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah vaksin yang tersedia di puskesmas
tanjung sari medan yaitu vaksin BCG, Polio, BOPV, Polio IPV, Campak, DPT GB
HIB, Hepatitis, TD, DT, TT, MR.
21
.
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah dokumen tersimpan dan keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh tenaga kerja atau petugas di Puskesmas Tanjung Sari Medan.