Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dendy Hasriandry Nama : Mohamad Rifan Rahmadi

Nim : 11170700000065 Tanggal lahir : 2 Januari 1998

Tugas : UTS Psikologi agama Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Etnis : Betawi-Jawa

Tingkat Pendidikan : S1 Jurusan Komunikasi


Univesitas Gunadarma

Menurut interviewee, radikal itu tidak hanya islam, orang yang memiliki paham radikal adalah
seseorang yang memiliki pengetahuan dan sudut pandang tertentu yang ia anggap paling benar
dan ia mencoba menyebarkan hal tersebut dengan cara yang sedikit ekstrim, seperti kekerasan,
kegiatan di luar nalar, bom bunuh diri, dan sebagainya. Interviewee juga mengatakan
bahwasannya radikal itu tidak hanya Islam, ada budaya lain juga yang bisa di anggap radikal.
Interviwee juga menambahkan bahwasannya banyak juga pembunuhan masal di luar negeri
seperti pembunuhan di gereja dan di manapun ada, dan pelakunya juga bukan orang Islam.
Menurutnya, radikal itu bukan dari Agama nya tetapi orangnya.

Interviewee mengatakan bahwasannya ada atau tidaknya Islam radikal di Indonesia kembali lagi
pada pandangan masing-masing. Interviewee yakin bahwa orang yang radikal itu ada, dan
menurut pandangan dan opininya orang yang radikal adalah orang yang berpikiran sempit,
kebalikan dari “Open-minded Person”. Jika saja orang tersebut berpikiran terbuka dan tidak
memandang sesuatu dari satu sudut pandang saja dia bisa menilai sesuatu dari segi banyak
sudut pandang. Sedangkan, orang radikal fokus kepada sesuatu yang ia anggap benar dengan
paham-paham yang dimiliki, dan menyampaikan tujuan dan maksud dari paham yang dimiliki
dengan cara apapun seperti kekerasan ataupun cara yang tidak bisa di tolerir. Menurut
Inteviewee, mungkin Islam radikal itu ada, namun pada dasarnya orang tersebut memang
radikal, hanya kebetulan saja ia memeluk agama Islam.

Interviewee memandang bahwa radikal bertujuan untuk menyebarkan paham-paham dan


sudut pandang agar orang lain sepaham dan mengerti dengan menggunakan cara-cara yang
ektrim dan kekerasan. Namun interviewee menambahkan bukan berarti mereka menjadi
teroris. Interviewee membahas sebelumnya ada kasus yang viral dimana seorang ibu
mencemooh orang yang dengan ras yang berbeda bahkan hingga meludahi orang berbeda ras
tersebut, menurut interviewee ibu tersebut bukanlah teroris, namun dia orang yang radikal. Ibu
tersebut tidak tolerir dengan perbedaan ras, hingga ibu tersebut mengatakan “Ras ini dia bukan
orang Indonesia” dan banyak umpatan-umpatan kasar lainnya, dan interviewee mengatakan
menurutnya bahwa ini sudah tindakan yang sangat radikal dengan cara verbal dan sudah
menjurus ke rasist, apalagi hingga menghina ras dan agama. Interviewee menyimpulkan
bahwasannya ibu dalam kasus tersebut bukanlah teroris namun bisa disebut radikal karena ibu
tersebut hanya melihat dari sudut pandang yang ia miliki saja. Interviewee menyatakan bahwa
ada orang dengan paham radikal dan berpikiran sempit, namun orang tersebut bukanlah
teroris.

Interviewee sangat tidak setuju dengan adanya simbol-simbol berpakaian yang diartikan
sebagai simbol radikal karena hal tersebut balik lagi ke masalah budaya dan minoritas.
Interviewee mengatakan ia pernah belajar istilah “Spiral of Silence” bahwasannya orang
minoritas tidak memiliki kuasa dan suara untuk melawan budaya dan aspek apapun. Di
Indonesia, jika ada orang yang mengenakan pakaian seperti bercadar atau yang tidak sesuai
dengan mayoritas budaya di Indonesia pasti akan banyak orang lain yang mencekam hal itu
karena ketidaksesuaian budaya tersebut. Jadi hal tersebut sebenarnya adalah bagaimana
mayoritas memandang yang minoritas, menurut interviewee. Interviewee juga menegaskan
bahwasannya tidak bisa kita memberi cap kepada seseorang hanya dengan cara berpenampilan.

Untuk masalah setuju dan tidak setuju mengenai pelarangan bercadar dan celana cingkrang
untuk PNS di kantor, interviewee tidak dapat setuju 100% ataupun tidak setuju 100%. Alasan
interviewee adalah bahwasannya PNS sendiri merupakan dari negara, jika negara ingin
membangun citra/image diperlukan membuat aturan-aturan. Balik lagi ke bagaimana negara
ingin PNS dipandang seperti apa, mau rapih atau agak santai, semua itu tergantung arah citra
PNS yang ingin di bangun oleh negara. Namun, menurut pribadi Interviewee mengatakan,
“semakin beragam, semakin bagus”. Jadi interviewee juga tidak mempermasalahkan pengenaan
cadar ataupun celana cingkrang, namun kembali lagi ke aturan dimana untuk membentuk citra
PNS yang diinginkan negara.

Anda mungkin juga menyukai