Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan penulisan.................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Definisi.................................................................................................................................6
B. Etiologi............................................................................................................................10
C. Manifestasi klinis............................................................................................................11
D. Patofisiologi........................................................................................................................12
E. Stadium Katarak....................................................................................................................14
F. Komplikasi Katarak...............................................................................................................16
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................16
H. Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak.........................................................................19
Evidance Based..........................................................................................................................32
BAB III..........................................................................................................................................34
PENUTUP.....................................................................................................................................34
A. Kesimpulan.........................................................................................................................34
B. Saran...................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari pancaindra yang paling penting, dari mata kita
dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan optimal. Mata merupakan
jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh otak berasal dari mata. Jika pada system
penglihatan mengalami gangguan maka akan berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Lensa terletak dibelakang manik mata bersifat membiaskan dan
memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik kuning. Bila lensa menjadi
keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning dengan baik, penglihatan akan
menjadi kabur. Kekeruhan pada lensa yang relatif kecil tidak banyak mengganggu
penglihatan, akan tetapi bila tingkat kekeruhannya tinggi maka akanmengganggu
penglihatan.Salah satu gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan
ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutan.
Banyaknya kejadian katarak membuat kita sebagai perawat harus mempelajari lebih
dalam terkait upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat
dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuat kita
terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan
upaya penyembuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Katarak?
2. Apa etiologi Katarak?
3. Apa manifestasi klinis Katarak?
4. Bagaimana patofisiologi Katarak?
5. Apa pemeriksaan penunjang Katarak?
6. Apa penatalaksanaan Katarak?
2
7. Apa asuhan keperawatan Katarak?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Katarak.
2. Untuk mengetahui etiologi Katarak.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Katarak.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Katarak.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Katarak.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Katarak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih (C.Smeltzer& G.Bare,
2001). Katarak adalah kelainan mata yang menyebabkan keadaan patologis dimana
lensa mata menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup kabut (Haryono & Utami, 2019). Kondisi ini
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang.
Lensa mata merupakan bagian transparan dibelakang pupil (titik hitam ditengah
bagian mata yang gelap) yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada lapisan
retina. Katarak membuat kejernihan lensa mata berkurang, dan cahaya yang masuk
kemata terhalang. Katarak tidak menyebabkan rasa sakit, dan termasuk kelainan mata
yang umum terjadi, terutama dengan pertumbuhan usia. Penderita katarak
membutuhkan operasi untuk mengganti lensa mata yang rusak dengan lensa buatan.
Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia bahkan di
dunia. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% per tahun. Dalam satu tahun
diperkirakan terdapat 1.000 penderita baru katarak. Penduduk indonesia juga
memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan
penduduk daerah sub tropis, sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berusia
55 tahun. Masih banyak penderita katarak yang tidak menyadari kelainan dideritanya.
Hal ini terlihat dari tiga alasan terbanyak penderita katarak yang belum operasi, yaitu
sebanyak 51,6% karena tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak
4
mampu mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai, dan
8,1% karena takut operasi.
5
3. Katarak senilis a. Katarak senilis biasanya muncul
pada orang orang berusia 50 tahun
keatas
b. Secara klinis, katarak sinilis
dikenal dalam empat stadium yakni
insipiens, imatur, matur, dan
hipermatur
c. Katarak sinilis dibagi mnejadi
dua jenis, yakni katarak kortikal dan
katarak inti (nuclear)
d. Katarak kortikal memiliki
kekeruhan korteks lensa perifer
berbentuk ruji roda yang dipisahkan
oleh celah celah air. Meningkatnya
cairan yang masuk kedalam lensa
mengakibatkan terjadinya separasi
lamellar, dan akhirnya terjadi
kekeruhan korteks berwarna abu abu
putih yang tidak merata.
e. Pada katarak inti (nuclear),
kekeruhan inti embryonal dan inti
dewasa yang berwarna kecoklatan.
Korteks anterior dan posterior relative
jernih dan masih tipis. Bentuk
kekeruhan nuclear ini biasanya
menyebabkan terjadinya biopia berat
yang memungkinkan penderita
membaca jarak dekat tanpa memakai
kacamata koreksi seperti seharusnya
(Second Sight)
6
4. Katarak intumesen a. Kekeruhan disertai
pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air.
Masuknya air kedalam celah lensa
disertai pembengkakan lensa akan
mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal disbanding keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaucoma.
b. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia
lentikularis. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga akan
mencembung dan daya biasnya akan
bertambah. Pada pemeriksaan
slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat
lensa.
7
Katarak diabetes terbagi dalam tiga
bentuk, antara lain:
a. Katarak pada pasien dengan
hidrasi berat, asidosis, dan
hiperglikemia. Pada lensa mata pasien
akan terlihat kekeruhan berupa garis
akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama, akan terjadi
kekeruhan lensa. Kekeruhan lensa
tersebut akan hilang bila terjadi
rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.
b. Katarak pada pasien diabetes
juvenile, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48
jam. Katarak dapat berbentuk snow
flake atau berbentuk piring
sublkapsular.
c. Katarak pada pasien diabetes
dewasa, dimana gambaran secara
histologic dan biokimia sama dengan
katarak pasien nondiabetic.
B. Etiologi
Katarak biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistekis, seperti diabetes
mellitus atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar
matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(C.Smeltzer& G.Bare, 2001).
8
Sebagian besar katarak disebabkan oleh perubahan yang berkaitan dengan usia pada
lensa mata yang menyebabkannya menjadi keruh atau buram. Namun faktor faktor
lain dapat berkontribusi terhadap perkembangan katarak, termasuk :
C. Manifestasi klinis
1) Penglihatan berkabut atau buram.
2) Warna tampak pudar.
3) Timbulnya glare. Sorot lampu atau sinar matahari mungkin tampak terlalu
terang. Sebuah lingkaran cahaya akan muncul disekitar lampu.
4) Penglihatan malam yang buruk
5) Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata. Gejala ini menjadi jelas
ketika katarak semakin membesar.
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop.
9
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak
kekuningan, abu abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa terkoreksi yang lebih kuat
pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu megembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya,
ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna. Nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
10
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim yang dimaksud ialah enzimaldose reduktase
yang akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak. Enzim ini berfungsi mengkatalisis proses pengubahan
sorbitol menjadi fruktosa. Pada beberapa kasus, glukosa memasuki jalur sorbitol.
Selanjutnya sorbitol akan diubah menjadi fruktosa oleh enzim aldose reduktase.
Apabila sorbitol tidak diubah menjadi fruktosa dan memasuki proses glikolisis,
sorbitol salah satunya akan tersimpan dan menumpuk di lensa. Hal ini disebabkan
membran lensa yang memiliki permeabilitas kurang terhadap sorbitol. Proses ini akan
menarik air masuk ke dalam lensa, lensa menebal, merusak serabut lensa dan
mengganggu transisi sinar sehingga penglihatan terdistorsi. Peningkatan produksi
sorbitol juga ditemukan pada penderita DM.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke
tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat obatan, alcohol, merokok, diabetes dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama. Adapun faktor trauma
dan radiasi, dapat merusak sel batang di retina, menyebabkan deposisi pigmen warna
sehingga penglihatan terganggu.
Pasien dengan katarak biasanya akan melalui proses pembedahan untuk
mengganti lensa mata dengan lensa buatan. Luka post pembedahan akan terasa nyeri.
Opasifikasi kapsul posterior merupakan komplikasi paling umum yang dapat terjadi
paska pembedahan katarak. Opasifikasi kapsul posterior atau yang sering dikenal
sebagai “katarak sekunder” banyak terjadi pada populasi pasien dengan usia muda
yang menjalani bedah katarak. Komplikasi ini dapat terjadi pada 20-50% pasien
dalam jangka waktu rerata 2-5 tahun pasca bedah katarak. Waktu tercepat terjadinya
opasifikasi kapsul posterior adalah 1 tahun pascaoperasi katarak sementara setelah 5
11
tahun pascaoperasi opasifikasi masih dapat terjadi. Opasifikasi kapsul posterior
merupakan sebuah konsekuensi pasca pembedahan fisiologis yang terjadi karena sisa
sel epitel kapsul yang bertumbuh. Kekeruhan ini dapat terjadi bahkan pada
pembedahan katarak biasa tanpa komplikasi intraoperasi.
E. Stadium Katarak
Katarak dibagi menjadi 4 staduim yaitu :
12
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
3. Katarak intumesan, kekeruhan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Pada keadaan ini fapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.
13
F. Komplikasi Katarak
Komplikasi preoperasi katarak antara lain glaucoma sekunder, uveitis, dan dislokasi
lensa. Komplikasi postoperasi katarak meliputi afakia (iris tremulens, +10 sampai
+13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat) dan pseudoafakia
(dengan pemasangan IOL)
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan nonbedah
Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata,
lensa, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredam cahaya.
● Kaca Mata Apakia mampu memberikan pandangan sentral yang
baik. Namun pembesaran 25% sampai 30%, menyebabkan
penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang menyebabkan
kesulitan dalam memahami relasi special, membuat benda benda
Nampak jauh lebih dekat dari yang sebenarnya. Kaca mata ini juga
menyebabkan aberasi sferis, mengubah garis lurus menjadi
lengkung. Pandangan binokuler tak dapat dilakukan kecuali kedua
lensa telah diangkat dari mata. Memerlukan waktu penyesuaian
yang lama sampai pasien mampu mengkoordinasikan gerakan,
memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan pandangan yang
terbatas. Kaca mata apakia sangat tebal dan merepotkan dan
membuat mata kelihatan besar.
14
● Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia. Tak terjadi
pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi
sferis, tak ada penurunan lapang pandangan dan taka da kesalahan
orientasi spasial. Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang
hamper sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara
memasang, melepaskan dan merawat dan bagi mereka yang
mengenakannya dengan nyaman. Pada beberapa pasien, lensa
jangka panjang dapat memberikan alternative yang beralasan,
namun lensa jangka panjang memerlukan kunjungan berkala untuk
pelepasan dan pembersihan. Harganya juga mahal dan sering harus
diganti karena hilang atau sobek. Kerugian lainnya adalah
meningkatnya risiko keratitis infeksiosa.
2) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau buruk lagi, bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan
gloukoma.
Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram
dan menggantinya dengan lensa buatan yang transparan. Lensa buatan,
yang disebut lensa intraocular, diposisikan ditempat yang sama dengan
lensa alami dan akan menjadi bagian permanen dari mata pasien.
15
Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar
pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin
akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara
pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena
tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
16
insisi yang lebih kecil dengan enggunakan alat ultrason frekuensi
tinggi untuk memecah nucleus dan korteks kensa menjadi partikel
kecil yag kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
Pengangkatan lensa. Karena lensa kristalina bertanggung jawab
terhadap sepertiga kekuatan focus mata, maka bila lensa diangkat,
pasien memerlukan koreksi optikal.
● Implant lensa Intraokuler (IOL) memberikan alternative bagi lensa
apakia yang tebal dan berat untuk mengoreksi penglihatan
pascaoperasi. Implan IOL telah menjadi pilihan koreksi optikal
karena semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan
rancang IOL. IOL adalah lensa permanen plastic yang secara
bedah diimplantasi kedalam mata. Mampu menghasilkan bayangan
dengan bentuk dan ukuran normal. Karena IOL mampu
menghilangkan efek optikal lensa optikal lensa afakia yang
menjengkelkan dan ketidakpraktisan penggunaan lensa kontak,
maka hamper 97% pembedahan katarak (lebih dari seribu tiap
tahun) dilakukan bersamaan dengan pemasangan IOL.
Sekitar 95% IOL dipasang dikamera posterior, dan yang 5%
sisanya dikamera anterior. Lensa kamera anterior dipasang pada
pasien yang menjalani ekstraksi intrakapsuler atau kapsul
posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler
17
sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40
tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan
bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai gambaran
kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
18
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan
kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan
merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan
air mata)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-
tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Pemeriksaan fisik
● Pemeriksaan Visus Mata
Tes ketajaman visual digunakan untuk menentukan huruf kecil yang
dapat seseorang baca pada bagan standar (grafik Snellen) atau kartu
yang berjarak 20 kaki (6 meter). Grafik khusus digunakan selama
pengujian pada jarak yang lebih pendek dari 20 kaki (6 meter).
Beberapa bagan Snellen sebenarnya adalah monitor video yang
menampilkan huruf atau gambar. Lebih lanjut tes ini digunakan untuk:
19
a. Memberikan catatan dasar mengenai ketajaman visual
b. Membantu pemeriksanaan dan diagnosis penyakit mata atau
kelainan fraksi
c. Menilai setiap perubahan dalam penglihatan
d. Mengukur hasil katarak atau operasi lainnya
Alat yang dibutuhkan:
Asigmatic dial
20
Kartu snellen atau E chart
● Pemeriksaan Intraokuler
Pengukuran tekanan intraokuler merupakan pemeriksaan rutin yang
penting pada mata dan merupakan salah satu tanda untuk mengetahui
kondisi mata seseorang dalam menilai dinamika humor aquos.
Tekanan intraokuler terutama diatur oleh dinamika cairan humor aquos
termasuk diantaranya, produksi cairan aquos, aliran cairan, dan
pembuangan humor aquos.
Tes ini mengukur jumlah kekuatan yang diperlukan untuk meratakan
bagian kornea secara temporer. Tes ini melibatkan penggunaan slit
lamps yang dilengkapi dengan menopang dahi dan dagu.
Tonometer Goldman
21
Tonometer Schiotz
3. Pemeriksaan penunjang
Katarak dapat terdeteksi melalui pemeriksaan mata komprehensif yang
meliputi:
a. Tes ketajaman visual. Tes grafik mata ini mengukur seberapa baik
seseorang melihat pada berbagai jarak.
b. Pemeriksaan pembesaran pupil. Pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui kondisi pupil, retina, serta saraf optic untuk tanda tanda
kerusakan dan masalah mata lainnya.
c. Tonometry. Instrument mengukur tekanan di dalam mata.
4. Diagnosa keperawatan
Sebelum Operasi
22
mendadak atau lambat menggunakan yang memperberat
dan berintensitas ringan teknik non- dan memperingan
hingga berat yang farmakologis nyeri.
berlangsung kurang meningkat. Terapeutik
dari 3 bulan. - Penggunaan - Berikan teknik
analgesik. nonfarmakologis
Penyebab: untuk mengurangi
- Agen pencedera rasa nyeri.
fisiologis (mis. - Kontrol lingkungan
inflamasi, iskemia, yang memperberat
neoplasma). rasa nyeri.
- Pertimbangkan
Gejala dan Tanda jenis dan sumber
Mayor: nyeri dalam
- Mengeluh nyeri. pemilihan strategi
- tampak meringis meredakan nyeri.
Edukasi
Kondisi Klinis - Jelaskan penyebab,
Terkait: periode, dan
- infeksi pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
23
sensori (mis.
Penyebab: terlau terang)
- Gangguan 3. batasi stimulus
Penglihatan lingkungan
(mis. cahaya)
Gejala dan Tanda untuk
Mayor: optimalisasi
- Distorsi Sensori. penglihatan
4. konbinasi
Kondisi Klinis prosedur atau
Terkait: tindakan
- Katarak dalam satu
waktu, sesuai
kebutuhan
edukasi
5. ajarkan cara
minimalisir
stimulus (mis.
mengatur
pencahayaan
ruangan)
kolaborasi
6. kolaborasi
pemberian
obat yang me
mpengaruhi
persepsi
sensori
24
pendidikan
Gejala dan Tanda kesehatan sesuai
Mayor: kesepakatan.
- Menunjukkan - Berikan
persepsi yang keliru kesempatan untuk
terhadap masalah. bertanya.
Edukasi
Kondisi Klinis - Jelaskan faktor-
Terkait: faktor yang dapat
- Kondisi klinis yang mempengaruhi
baru dihadapi oleh kesehatan.
klien.
25
diagnosis,
pengobatan, dan
prodiagnosis.
- Anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi.
- Latih teknik
relaksasi.
Kolaborasi
- Kolaborasikan
pemberian obat
antlansietas, jika
perlu.
Sesudah Operasi
26
Diagnosis Outcomes Intrvensi
27
Gangguan Persepsi Fungsi Sensori minimalis rangsangan
Sensori(D.0085) (L.06048) (I.08241)
Kategori: Psikologis
Subkategori: Integritas Kriteria Hasil: aktivitas-aktivitas :
Ego - Ketajaman observasi :
penglihatan 1. periksa status
Definisi: membaik. sensori (seperti
Perubahan persepsi ketajaman
terhadap stimulus baik mata)
internal maupun teraupetik
eksternal yang disertai 2. diskusikan
dengan respon yang tingkat
berkurang, berlebih toleransi
atau terdistorsi. terhadap beban
sensori (mis.
Penyebab: terlau terang)
- Gangguan 3. batasi stimulus
Penglihatan lingkungan
(mis. cahaya)
Gejala dan Tanda untuk
Mayor: optimalisasi
- Distorsi Sensori. penglihatan
4. kombinasi
Kondisi Klinis prosedur atau
Terkait: tindakan dalam
- Katarak satu waktu,
sesuai
kebutuhan
edukasi
5. ajarkan cara
minimalisir
stimulus (mis.
mengatur
pencahayaan
ruangan)
kolaborasi
6. kolaborasi
pemberian obat
yang
mempengaruhi
sensori
28
Risiko Infeksi Kontrol Risiko Pencegahan Infeksi
(D.0142) (L.14128) (1.14539)
Kategori: Lingkungan
Subkategori: Kriteria Hasil: Tindakan:
Keamanan dan - Kemampuan Observasi
Proteksi mencari informasi - Monitor tanda dan
tentang faktor gejala infeksi lokal
Definisi: risiko. dan sistemik.
Berisiko mengalami - Kemampuan Terapeutik
peningkatan terserang mengidentifikasi - Pertahankan teknik
organisme patogenik. faktor risiko. aseptik pada pasien
- Kemampuan berisiko tinggi.
Faktor Risiko: melakukan strategi Edukasi
- Efek prosedur kontrol risiko. - Jelaskan tanda dan
invasif. gejala infeksi.
- Ajarkan cara
Kondisi Klinis memeriksa kondisi
Terkait: luka atau luka
- 6Tidakan invasif. operasi.
Kolaborasi
- Kolaborasikan
pemberian
imunisasi, jika
perlu.
29
Evidance Based
30
Rumah Sakit RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto”, menunjukan adanya
pengaruh pemberian health education dengan metode leaflet terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah kelainan mata yang menyebabkan keadaan patologis dimana lensa mata
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup kabut. Katarak biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi
dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Sebagian besar katarak disebabkan
oleh perubahan yang berkaitan dengan usia pada lensa mata yang menyebabkannya
menjadi keruh atau buram. Namun dapat pula disebabkan kelainan metaboik,
trauma,radiasi, radikalbebas, dll. Orang dengan katarak akan mengalami penglihatan
kabur dan buram. Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata juga dapat
terjadi. Gejala ini menjadi jelas ketika katarak semakin membesar. Jika tidak diatasi
segera dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma,uveitis, dan dislokasi lensa.
Adapun komplikasi pasca pembedahan berupa ablasio retina, glaukoma sekunder, afakia,
pseudofakia,dll.
B. Saran
Dari makalah yang telah dibuat, diharapkan semua mahasiswa mampu memahami materi
isi makalah ini. Baik itu sebagai referensi maupun sebagai bahan acuan untuk
mengerjakan tugas selanjutnya dan menambah wawasan dalam pemberian intervensi
sebagai perawat di masa depan.
32
DAFTAR PUSTAKA
C.Smeltzer, S., &G.Bare, B. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.
Haryono, R., & Utami, M. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Qurrata ayuni, dini. (2020). Buku ajar asuhan keperawatan pada pasien post operasi
katarak. Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Sue, Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Jakarta: Elsevier.
Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
33