Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1. 1 Latar Belakang.................................................................................................4
1. 2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1. 3 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB II............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2. 1 Definisi Multiple Sclerosis.................................................................................6
2. 2 Etiologi.............................................................................................................6
2. 3 Faktor Risiko...................................................................................................6
2. 4 Manifestasi Klinis.............................................................................................7
2. 5 Staging............................................................................................................. 8
2. 6 Patofisiologi......................................................................................................9
2. 7 Komplikasi.....................................................................................................11
2. 8 Penatalaksanaan Medis..................................................................................11
2. 9 Asuhan Keperawatan.....................................................................................12
2.9.1 Pengkajian................................................................................................12
2.9.2 Diagnosis Keperawatan..............................................................................15
2.9.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................17
BAB III........................................................................................................................ 32
PENUTUP.................................................................................................................... 32
3. 1 Kesimpulan....................................................................................................32
3. 2 Saran............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................34

1
BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
MS dapat menyerang orang dari segala usia. Awitan MS biasanya antara
usia 20 dan 50 tahun, dengan gejala pertama kali muncul pada usia rata-rata 30
hingga 35 tahun. Orang yang didiagnosis pada usia 50 tahun atau lebih
umumnya memiliki penyakit yang lebih progresif. MS mempengaruhi wanita 2
sampai 3 kali lebih sering daripada pria. Sekitar 400.000 orang di Amerika
Serikat menderita MS, dengan 10.000 kasus baru didiagnosis setiap tahun.
MS lebih umum di daerah beriklim sedang, seperti yang ditemukan di
Amerika Serikat bagian utara, Kanada, dan Eropa. Orang yang lahir di daerah
berisiko tinggi dan pindah ke daerah berisiko rendah sebelum usia 15 tahun
menanggung risiko rumah baru mereka. Kami menduga paparan beberapa agen
lingkungan sebelum pubertas dapat menyebabkan seseorang mengembangkan
MS di kemudian hari. MS lebih jarang terjadi pada orang Hispanik, Asia, dan
orang keturunan Afrika. Ini jarang terjadi di beberapa kelompok etnis, termasuk
Penduduk Asli Alaska dan Aborigin.
1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi penyakit Multiple Sclerosis?


2. Bagaimana etiologi penyakit Multiple Sclerosis?
3. Bagaimana faktor risiko penyakit Multiple Sclerosis?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit Multiple Sclerosis?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Multiple Sclerosis?
6. Bagaimana komplikasi penyakit Multiple Sclerosis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit Multiple Sclerosis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Multiple Sclerosis?

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi definisi penyakit Multiple Sclerosis


2. Mengidentifikasi etiologi penyakit Multiple Sclerosis

2
3. Mengidentifikasi faktor risiko penyakit Multiple Sclerosis
4. Mengidentifikasi manifestasi klinis penyakit Multiple Sclerosis
5. Mengidentifikasi patofisiologi penyakit Multiple Sclerosis
6. Mengidentifikasi komplikasi penyakit Multiple Sclerosis
7. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis penyakit Multiple Sclerosis
8. Mengidentifikasi asuhan keperawatan penyakit Multiple Sclerosis

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Definisi Multiple Sclerosis


Multiple sclerosis (MS) adalah gangguan
sistem saraf pusat kronis, progresif, dan degeneratif
yang ditandai dengan demielinasi serabut saraf otak
dan sumsum tulang belakang yang tersebar luas
(Harding, Kwong, Roberts, Hagler, & Reinisch,
2020). Pada MS, sistem kekebalan menyerang
mielin yang menutupi serabut saraf dan
menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan
seluruh tubuh. Akibatnya, bisa menyebabkan kerusakan permanen atau
kemunduran saraf (Mayo Clinic Staff, 2020). MS dapat menyerang orang dari
segala usia. Awitan MS biasanya antara usia 20 dan 50 tahun, dengan gejala
pertama kali muncul pada usia rata-rata 30 hingga 35 tahun. Orang yang
didiagnosis pada usia 50 tahun atau lebih umumnya memiliki penyakit yang
lebih progresif.
2. 2 Etiologi
Penyebab multiple sclerosis tidak diketahui, ini dianggap sebagai
penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya
sendiri. Dalam kasus MS, kerusakan sistem kekebalan ini menghancurkan zat
lemak yang melapisi dan melindungi serabut saraf di otak dan sumsum tulang
belakang (Mayo Clinic Staff, 2020).
Tidak jelas mengapa MS berkembang pada beberapa orang dan tidak
pada orang lain. Kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan tampaknya
menjadi penyebab multiple sclerosis ini. Memiliki kerabat tingkat pertama
dengan MS meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit
(Harding, Kwong, Roberts, Hagler, & Reinisch, 2020).
2. 3 Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko adalah:

4
a) Usia
Multiple sclerosis terjadi pada semua usia, tetapi onsetnya biasanya terjadi
sekitar usia 20 hingga 40 tahun. Namun, orang yang lebih muda dan lebih tua
bisa terpengaruh.
b) Gender
Wanita lebih berisiko dua kali lebih mungkin mengalami multiple sclerosis
dibandingkan dengan pria.
c) Infeksi Tertentu
Berbagai virus telah dikaitkan sengan MS, termasuk Epstein-Barr, virus yang
menyebabkan mononukleosis menular.
d) Ras
Orang kulit putih, terutama keturunan Eropa Utara, memiliki risiko tinggi
mengidap penyakit MS. Keturunan Asia, Afrika atau Amerika asli memiliki
risiko paling rendah.
e) Penyakit Autoimun Tertentu
Yang berisiko terkenan multiple sclerosis adalah mereka yang memiliki
gangguanauto imun lain seperti penyakit tiroid, anemia pernisiosa, psoriasis,
diabetes tipe 1 ataupun penyakit radang usus

2. 4 Manifestasi Klinis
Gejala samar terjadi secara berkala selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Untuk beberapa pasien, MS ditandai dengan kemunduran yang cepat dan
progresif. Yang lain mengalami remisi dan eksaserbasi. Dengan eksaserbasi
berulang, kecenderungan keseluruhan adalah penurunan fungsi neurologis secara
progresif.
Gejala bervariasi pada setiap pasien berdasarkan area SSP yang terkena.
Beberapa pasien memiliki gejala yang parah dan bertahan lama di awal
perjalanan penyakit. Yang lain hanya mengalami gejala ringan sesekali selama
beberapa tahun setelah onset. Gejala pertama MS dapat berupa penglihatan
kabur atau ganda, distorsi warna merah hijau, atau bahkan kebutaan pada 1
mata.

5
Banyak pasien
menggambarkan
kelemahan otot
ekstremitas dan masalah
dengan koordinasi dan
keseimbangan. Gejala
tersebut dapat
memengaruhi berjalan
atau berdiri. MS dapat
menyebabkan
kelumpuhan sebagian
atau seluruhnya dalam
Gmbr 1. Manifestasi Klinis Multiple Sclerosis di tiap kasus-kasus terburuk.
sistem
Sebagian besar
mengalami mati rasa dan kesemutan. Tanda Lhermitte adalah gejala sensorik
sementara yang digambarkan sebagai sengatan listrik yang turun ke tulang
belakang atau ke anggota tubuh dengan fleksi leher. Beberapa pasien
melaporkan nyeri, terutama di daerah dada dan perut bagian bawah. Masalah
umum lainnya termasuk gangguan bicara, gangguan pendengaran, tremor, dan
pusing. Tanda-tanda serebelar yang mungkin termasuk nistagmus, ataksia,
disartria, dan disfagia. Banyak pasien mengalami kelelahan yang parah, bahkan
melumpuhkan. Ini diperburuk oleh panas, kelembaban, dekondisi, dan efek
samping pengobatan (Harding, Kwong, Roberts, Hagler, & Reinisch, 2020).

2. 5 Staging
a. Relapsing Remitting : Ditandai dengan episode relaps atau eksaserbasi
yang diikuti dengan episode remisi. Sekitar 85% orang pada awalnya
didiagnossi dengan tipe ini.
b. Primary Progressive : perlahan-lahan memperburuk fungsi neurologis
sejak awal tanpa kekambuhan atau remisi yang jelas. Sekitar 10% orang
didiagnosis dengan jenis MS ini.

6
c. Secondary Progressive : Pola ini dimulai dengan gejala kambuh
bergantian dengan remisi, diikuti perkembangan penyakit secara
bertahap.
d. Progresive Relapsing : penyakit progresif sejak onset, dengan
kekambuhan akut yang jelas, dengan atau tanpa pemulihan penuh.
Periode antara kekambuhan ditandai dengan perkembangan yang
berkelanjutan

2. 6 Patofisiologi
Limfosit T dan B yang tersensitisasi melewati sawar darah-otak;
fungsinya untuk memeriksa antigen SSP dan kemudian pergi. Pada MS, sel T
yang peka tetap berada di SSP dan mendorong infiltrasi agen lain yang merusak
sistem kekebalan. Serangan sistem kekebalan menyebabkan peradangan yang
menghancurkan mielin (yang biasanya mengisolasi akson dan mempercepat
konduksi impuls di sepanjang akson) dan sel oligodendroglial yang
menghasilkan mielin di SSP.
Demielinasi mengganggu aliran impuls saraf dan menghasilkan berbagai
manifestasi, tergantung pada saraf yang terkena. Plak muncul pada akson yang
terdemielinasi, yang selanjutnya mengganggu transmisi impuls. Akson
terdemielinasi tersebar secara tidak teratur di seluruh SSP. Area yang paling
sering terkena adalah saraf optik, kiasme, dan saluran; otak besar; batang otak
dan otak kecil; dan sumsum tulang belakang. Akson itu sendiri mulai merosot,
mengakibatkan kerusakan permanen dan tidak dapat diperbaiki.

7
Pathway :

Perubahan pada antigen Sistem imun


Faktor Genetik leukoit manusia (HLA) mengaktivasi sel T CD4
DRB 1 di sirkulasi sistemik

Faktor Lingkungan

Berdiferensiasi Dengan bantuan IL-23


menjadi sel T helper
Memproduksi IL-17
(Th17)

Bereaksi dengan antigen


Melewati sawar Sel Th17
(myelin & oligodendrosit
darah otak melalui molekular menyebabkan
mimikri inflamasi pada SSP

Migrasi sel T lainnya


melewati sawar
darah otak

Mengaktifkan
makrofag

Sitokin proinflamasi yang


terproduksi menyebabkan
kerusakan myelin dan
oligodendrosit

Lesi pada traktus


kortikobulbar, paresis Demielinasi Lesi pada nervus V,
saraf kranial
VII, X dan XII

Kelumpuhan otot-otot
Terbentuk plak
menelan Terjadi spastisitas,
sklerotik
dan kelemahan
Disfungsi tahap
menelan
Munculnya jaringan Otot wajah, lidah,
parut & kerusakan pallatum, bibir, pita
Tersedak, nyeri saat
menelan, sulit menelan, dll saraf suara

Gangguan Menelan Obstruksi Ketidakmampuan


Jalan Nafas berkomunikasi
Multiple Sklerosis

Bersihan jalan napas


Hambatan
tidak efektif
Komunikasi verbal 8
Lesi Pada batang Lesi pada korteksi
otak/otak kecil Mikroglia aktif serebrum Lesi pada lobus
meningkatkan frontal
pensinyalan sitokin
Gangguan kemampuan
Saraf Kranial 3-4 pada Mengenai serat-serat pro inflamasi
serabut syaraf untuk
batang otak terganggu. traktus pada otot menghantarkan pesan ke Kontrol motorik dan
ekstraokular aktivasi protein seperti atau dari otak
bradikinin dengan koordinasi otot
reseptor B1 dan B2 menurun
Otot-otot penggerak
bola mata terganggu Nistagmus Penurunan fungsi
persepsi, berpikir, Kelemahan spastik
peningkatan regulasi anggota gerak
mengingat dll
Diplopia pensinyalan Wnt

fosforilasi CREB Penurunan fungsi Hambatan mobilitas


Gangguan
kognitif fisik
Penglihatan

Resiko cedera Yang terjadi di SSP Konfusi Akut


yang menambah
hipereksitabilitas dan
nyeri.

Lhermitte's sign

Nyeri Akut

9
Lesi pada bagian atas
Lesi pada nervus Gangguan pada nervus Otot panggul tidak T10
VIII X dan medulla rileks
spinalis

Aktivasi reseptor
Stimulus yang prejunction M1
Sensasi ingin BAB Kesulitan BAB
diterima tidak bisa
tidak tersampaikan ke
disampaikan ke otak
otak
Terjadi pelepasan
asetilkolin
Kesulitan
Tidak ada sensasi
mendengar Konstipasi
ingin BAB yang
Pelepasan
dirasakan neurotransmitter
berlebih
Hambatan interaksi Hambatan rasa
sosial nyaman

Overaktivitas detrusor

Tekanan detrusor
melebihi tekanan
sfingter
internal/eksternal

Inkontinensia Urin

Gangguan eliminasi
urin

10
2. 7 Komplikasi
Individu dengan penyakit multiple sclerosis bisa berkembang menjadi:
a) Kekakuan otot atau kejang
b) Kelumpuhan
c) Masalah dengan kandung kemih, usus atau fungsi seksual
d) Perubahan mental, seperti kelupaaan atau perubahan suasana hati
e) Depresi
f) Epilepsi

2. 8 Penatalaksanaan Medis
Tidak ada penegangan standar dalam pencegahan atau penyambuhan
mutliple sclerosis. Tujuan penanganan mutliple sclerosis lebih ke
memperpendek durasi serangan, mengurangi demielinasi, mempercepat
pemulihan dari serangan akut dan mengurangi tingkat kekambuhan. Selain itu,
penanganan mutliple sclerosis juga bertujuan untuk memperlambat pemunculan
lesi baru. Tujuan yang dicapai melalui beberapa pendekatan, antara lain :
a. Pendekatan Farmakologi
Secara medis tidak ada obat yang dapat menyembuhkan mutliple
sclerosis sepenuhnya. Obat-obatan hanya diberikan untuk menghambat interval
serangan, sedikit mengurangi tingkat keparahan serangan, dan memerlambat
perkembangan mutliple sclerosis. Obat-obatan tersebut umumnya dapat
mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja. Beberapa jenis obat
yang tidak menyembuhkan tetapi mampu memperlambat kerusakan antara lain :
 Kortikosteroid,ACTH, dan prednisine sebagai anti inflamasi serta untuk
meningkat konduksi saraf.
 Immunosupresan seperti siklofosfamid (Cytoxan), immuran, interferon,
Azatioprin, betaseron.
 Baklofen sebagai antipasmodik.
b. Tirah Baring ( Bed Rest)
Klien multiple sclerosis membutuhkan banyak istirahat, terutama setelah
mengalami serangan. Durasi istirahat tergantung kondisi klien. Semakin hebat

11
serangan yang dialami, semakin lama waktu istirahat yang diperlukan. Istirahat
yang disarankan adalah tirang baring, baik di rumah sakit maupun di rumah
klien sendiri.
c. Transplantasi Sel Induk
Walaupun belum ada pengobatan yang mampu menyembuhkan penyakit
ini, Ilmu kedokteran terus membawa harapan besar bagi pasien multiple
sclerosis. Penelitian dilakukan pada beberapa penderitanya di Amerika Serikat
yang menjalankan transplatasi sel induk. Pengobatan ini menggunakan sel induk
dari sumsum tulang belakang penderita. Meskipun tidak 100% sembuh,
penderita yang awalnya lumpuh dan harus meggunakan kursi roda, pada
akhirnya mempu menggunakan kakinya untuk berjalan. Pengobatan multiple
sclerosis dengan transplantasi sel induk belum menjanjikan kesembuhan penuh
dan biayanya sangat mahal, tetapi mungkin bisa menjadi harapan baru bagi
sebagian penderita.

2. 9 Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian
a) Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara
dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40 tahun).
b) Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami
spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier
yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan
juga kognitif
e) Riwayat penyakit keluarga

12
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang
pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering
pada keluarga dekat.
f) Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara. Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah
adanya gangguan afek, berupa euforia. Keluhan lain yang melibatkan
gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan dimensia.

g) Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum
Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran.Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan
bercak lesi di medula spinalis.
 B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita
mutiple sclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami
gangguan fungsi pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup
hal-hal sebagai berikut:

13
a. Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu napas.
b. Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas
 B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas
biasanya klien mengalami hipotensi postural.
 B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.Inspeksi umum didapatkan
berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
 B4 (Bladder)
Disfungsi kandung kemih.Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan
gangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan
urgensi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang
spatis.selalin itu juga timbul retensi dan inkontinensia.
 B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status
kognitif.Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
 B6 (Bone)
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya
kesuliatan untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota
gerak.kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara
asimetris pada keempat anggota gerak.merasa lelah dan berat pada satu
tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret

14
maju, dan pengontrolan yang kurang sekali. Klien dapat mengeluh
tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila ia
sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai
dengan spasme otot yang nyeri.

h) Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan pungsi lumbal
 Pemeriksaan CT scan untuk mendapat gembaran atrofiserebral
 Pemeriksaan MRI untuk mendapatkan bukti adanya plak-plak kecil,
selain itu pemeriksaan ini juga bisa digunakan untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.
 Pemeriksaan urodinamika jika terjadi gangguan urinaritas.
 Pemeriksaan neuropsikologik jika mengalami kerusakan kongnitif.

2.9.2 Diagnosis Keperawatan


Berikut urutan prioritas diagnosis keperawatan :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi jalan napas
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya tanda lhermitte sign dan
peningkatan regulasi pensinyalan Wnt.
3. Gangguan menelan berhubungan dengan disfungsi menelan
4. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan inkontinensia
urine
5. Konstipasi berhubungan dengan gangguan pada nervus x dan
medulla spinalis dan adanya otot panggul yang tidak rileks
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan spastik
anggota gerak
7. Konfusi akut berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif
8. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan berkomunikasi

15
9. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan sensori
pendengaran
10. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan sensori
pendengaran
11. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan

16
2.9.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosis Outcomes Intervensi
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Monitor pernapasan dan
jalan napas berhubungan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen jalan napas
dengan obstruksi pada jalan jam, pasien mampu
napas mempertahankan kepatenan Observasi:
jalan napas, dengan kriteria 1. Monitor kecepatan,
Definisi : hasil sebagai berikut : irama, kedalaman dan
Ketidakmampuan 1. Frekuensi pernapasan kesulitan bernapas
membersihkan sekresi atau dengan deviasi ringan 2. Monitor suara napas
obstruksi dari saluran napas dari kisaran normal tambahan
untuk mempertahankan 2. Kemampuan untuk 3. Monitor kemampuan
bersihan jalan napas mengeluarkan sekret batuk efektif pasien
dengan deviasi ringan 4. Monitor status
Batasan Karakteristik : 3. Tidak ada suara napas pernapasan dan
 Suara napas tambahan tambahan oksigenasi
 Perubahan pola napas 4. Batuk tidak ada

 Sputum dalam jumlah Terapeutik:

berlebihan 1. Posisikan pasien untuk

 Batuk yang tak efektif memaksimalkan ventilasi


2. Buang sekret dengan
memotivasi pasien untuk
melakukan batuk
3. Lakukan penyedotan
melalui endotrakea atau
nasotrakea, sebagaimana
mestinya

Edukasi:
1. Instruksikan pasien
bagaimana agar bisa

17
melakukan batuk efektif

Nyeri Akut b.d adanya tanda Kontrol nyeri dapat Manajemen nyeri
lhermitte sign dan meningkat setelah dilakukan Aktivitas –aktivitas :
peningkatan regulasi tindakan keperawatan selama Observasi :
pensinyalan Wnt. …x 24 jam dengan kriteria - Lakukan pengkajian
(Domain 12. Kelas 1. Kode hasil sebagai berikut : nyeri komprehensif yang
Diagnosis 00132) - Dapat mengenali meliputi lokasi,
Definisi : pengalaman sensori kapan nyeri terjadi karakteristik,
dan emosiaonla tidak - Mampu menggunakan onset/durasi, frekuensi,
menyenangkan berkaitan tindakan pencegahan kualitas, intensitas atau
dengan kerusakan jaringan - Mampu menggunakan beratnya nyeri dan factor
actual atau potensial, atau analgesic yang pencetus
yang digambarkan sebagai direkomendasikan - Gali factor – factor yang
kerusakan (Internasional dapat menurunkan atau
Association for The Study of memperberat nyeri
Pain); awitan yang tiba – tiba Terapi :
atau lambat dengan intensitas - Pilih dan
ringan hingga berat, dengan implementasikan
berakhirnya dapat diantisipasi tindakan terapi yang
atau diprediksi, dan dengan beragam (misalnya,
durasi kurang dari 3 bulan. farmakologi,
Batasan Karakteristik : nonfarmakologi,
- Perilaku ekspresif interpersonal) untuk
- Ekspresi wajah nyeri memfasilitasi penurunan
- Laporan tentang nyeri, sesuai dengan
perilaku nyeri/ kebutuhan
perubahan aktivitas Edukasi :
- Keluhan tentang - Ajarkan prinsip – prinsip
intensitas manajemen nyeri
menggunakan standar - Ajarkan penggunaan

18
skala nyeri teknik non-farmakologi
Faktor yang berhubungan : - Ajarkan metode
- Agens cedera farmakologi untuk
kimiawi menurunkan nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan terkait
pengurangan nyeri
Gangguan Menelan Setelah dilakukan tindakan Terapi Menelan
berhubungan dengan keperawatan setelah 3 x 24
disfungsi menelan jam, pasien bisa Observasi
mempertahankan status 1. Monitor pergerakan lidah
Definisi : menelan, dengan kriteria klien selama makan
Fungsi abnormal mekanisme hasil: 2. Monitor tanda-tanda
menelan yang dikaitkan 1. Pasien mempunyai kelelahan selama makan,
dengan defisit struktur atau kemampuan minum dan menelan
fungsi oral, faring, atau mengunyah
esofagus 2. Jumlah menelan Terapeutik
sesuai dengan ukuran 1. Tentukan kemampuan
Batasan Karakteristik : atau tekstur bolus klien untuk
Tahap pertama: Oral 3. Refleks menelan memfokuskan perhatian
 Abnormalitas pada sesuai dengan pada belajar/melakukan
fase oral pada waktunya tugas makan dan
pemeriksaan menelan 4. Terjadi peningkatan menelan
 Batuk atau tersedak usaha menelan 2. Sediakan periode
sebelum menelan istirahat sebelum
 Ngiler makan/latihan untuk

 Bibir tidak menutup mencegah kelelahan

rapat 3. Bantu klien untuk berada

 Mengunyah tidak pada posisi duduk selama

19
efisien 30 menit setelah makan
 Pembentukan bolus selesai
terlalu lambat
 Waktu makan lama Edukasi
dengan konsumsi 1. Jelaskan rasionalisasi
yang tidak adekuat latihan menelan ini pada
Tahap Kedua: Faring klien/keluarga
 Tersedak
 Keterlambatan Kolaborasi

menelan 1. Kolaborasikan dengan

Tahap Ketuga: Esofagus anggota tim kesehatan

 Nyeri epigastrik yang lain (misalnya,


terapis okupasional, ahli
 Nyeri uluhati
patologi wicara, ahli diet)
untuk menyediakan
rencana terapi yang
berlanjut bagi pasien.
Hambatan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Latihan otot pelvis
berhubungan dengan keperawatan selama ... x 24
inkontinensia urine jam, pasien mampu Observasi:
mengendalikan eliminasi 1. Kaji kemampuan urgensi
Definisi : urine kriteria hasil sebagai berkemih pasien
Disfungsi eliminasi urine berikut :
1. Mengenali keingan Terapeutik:
Batasan karakteristik: untuk berkemih 1. Instruksikan pasien
 Sering berkemih 2. Berkemih pada tempat untuk menahan otot-otot
 Dorongan berkemih yang tepat sekitar uretra dan anus,

 Inkontinensia urine 3. Menuju toilet diantara kemudian relaksasi,


waktu ingin berkemih seolah-olah ingin
dan benar-benar ingin menahan buang air kecil
segera berkemih 2. Instruksikan pasien

20
4. Memulai dan untuk tidak
menghentikan aliran mengkontraksikan perut,
urine pangkal paha dan
pinggul, menahan napas
atau mengejan selama
latihan
3. Instuksikan pasien
(perempuan) untuk
mengidentifikasi letak
levator ani dan otot-otot
urogenetalia dengan
meletakkan jari di vagina
dan menekannya
4. Instruksikan pasien
untuk melakukan latihan
pengencangan otot,
dengan melakukan 300
kontraksi setiap hari,
menahan kontraksi
selama 10 detik, dan
relaksasi selama 10
menit diantara sesi
kontraksi, sesuai dengan
protokol

Edukasi:
1. Informasikan pasien
bahwa latihan ini akan
efektif jika dilakuakn 6-
12 minggu
2. Ajarkan pasien untuk

21
memonitor keefektifan
latihan dengan mencoba
menakan BAK 1 kali
dalam seminggu

Kolaborasi:
1. Kombinasikan terapi
biofeedback atau
stimulasi elektrik pada
pasien sesuai kebutuhan
untuk mengidentifikasi
kontraksi otot dan atau
untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi otot
Konstipasi b.d gangguan pada Terjadi peningkatan eliminasi Manajemen Konstipasi/ Impaksi
nervus x dan medulla spinalis usus setelah dilakukan Aktivitas – aktivitas :
dan adanya otot panggul yang tindakan keperaatan selama… Observasi :
tidak rileks x 24 jam dengan kriteria hasil - Monitor tanda dan gejala
(Domain 3. Kelas 2. Kode : konstipasi
diagnosis 00011) - Pola eliminasi - Monitor pergerakan usus
Definisi : penurunan menjadi normal (feses) meliputi
frekuensi normal defekasi - Feses menjadi lembut frrekuensi, bentuk,
yang disertai kesulitan atau dan berbentuk volume, warna, dengan
pengeluaran feses tidak tuntas - Kemudahan BAB cara yang tepat
dan/ atau feses yang keras, - Tidak terjadi nyeri Terapi :
kering, dan banyak. pada saat BAB - Penggunaan laksatif/
Batasan Karakteristik : pelembut feses, dengan
- Peubahan pada pola cara yang tepat
defekasi Edukasi :
- Perubahan frekuensi - Instruksikan
defekasi pasien/keluarga untuk

22
- Tidak dapat defekasi mencatat warna, volume,
- Distensi abdomen frekuensi, dan
- Feses keras dan konsistensi dari feses
berbentuk - Informasikan pada pasien
Kondisi Terkait: mengenai prosedur untuk
- Gangguan neurologis mengeluarkan feses
secara manual, jika
diperlukan
Kolaborasi :
- Konsultasikan dengan
dokter mengenai
penurunan/ peningkatan
frekuensi bising usus
Hambatan Mobilitas Fisik b.d Adaptasi terhadap Perawatan Tirah Baring
Kelemahan spastik anggota Disabilitas Fisik
gerak Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
( Domain 4, Kelas 2, Kode keperawatan selama ...x24 Observasi :
Diagnosis 00085) jam diharapkan masalah - Monitor kondisi kulit
keperawatan Hambatan (pasien)
Batasan Karakteristik : Mobilitas Fisik teratasi - Monitor komplikasi dari
- Gangguan sikap dengan kriteria hasil: tirah baring (misalnya,
berjalan - Beradaptasi terhadap kehilangan tonus otot,
- Penurunan rentang keterbatasan secara nyeri panggung,
gerak fungsional konstipasi, peningkatan
- Ketidaknyamanan - Menggunakan stres, depresi,
- Gerakan lambat strategi untuk kebigungan, perubahan
mengurangi stres siklus tidur, infeksi
Faktor yang berhubungan :
yang berhubungan saluran kemih, kesulitan
- Intolean aktivitas
dengan disabilitas dalam berkemih,
- Penurunan kekuatan
- Mengidentifikasi pneumoniaJelaskan
otot
cara-cara beradaptasi alasan diperlukannya
- Penurunan kendali

23
otot dengan perubahan tirah baring
- Disuse hidup Terapeutik :
- Gaya hidup kurang - Mengidentifikasi - Tempatkan matras atau
gerak resiko komplikasi kassur terapeutik dengan
yang berhubungan cara yang tepat
dengan disabilitas - Posisikan sesuai body
- Menerima kebutuhan alignment yang tepat
akan bantuan fisik - Aplikasikan alat untuk
mencegah terjadinya
footdrop
- Balikkan pasien yang
tidak dapat memobilisasi
paling tidak setiap 2 jam,
sesuai dengan jadwal
yang spesifik
- Bantu menjaga
kebersihan (misalnya
deodoran dan farfum)
Edukasi :
- Jelaskan alasan
diperluan tirah baring

Konfusi akut b.d penurunan Terjadi peningkatan orientasi Stimulasi Kognitif


fungsi kognitif kognitif setelah dilakukan Aktivitas – aktivitas:
(Domain 5. Kelas 4. Kode tindakan keperawatan Observasi :
diagnosis 00128) selama…x 24 jam dengan - Berbicara pada klien
Definisi: awitan mendadak kriteria hasil: untuk mengkaji
gangguan kesadaran, - Mampu kemampuan kognitif
perhatian, dan persepsi yang mengidentifikasi diri klien
reversible dan terjadi dalam sendiri - Minta klien untuk
periode waktu singkat, dan - Mampu mengulang informasi

24
berlangsung kurang dari 3 mengidentifikasi yang pernah didapatkan
bulan orang – orang yang sebelumnya
Batasan karakteristik : signifikan Terapi :
- Gangguan fungsi - Mampu - Merangsang memori
kognitif mengidentifikasi hari, dengan mengulang
- Salah persepsi bulan, tahun, dan pemikiran terakhir klien
- Ketidakmampuan musim dengan benar - Orientasikan klien
mengikuti perilaku - Mampu terhadap waktu, tempat,
berorientasi tujuan mengidentifikasi dan orang
peritiwa saat ini yang - Stimulasi perkembangan
signifikan klien dengan melibatkan
aktivitas untuk
meningkatkan
pencapaian dan
pembelajaran dengan
memenuhi kebutuhan
klien
- Berikan stimulasi sensori
yang terencana
Edukasi :
- Informasikan klien
mengenai berita terkini
yang tidak mengancam
Kolaborasi:
- Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
membangun dasar
kognisi klien
Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan Peningkatan komunikasi :
berhubungan dengan keperawatan selama .. x 24 Kurang bicara
ketidakmampuan jam, pasien mampu

25
berkomunikasi berkomunikasi dengan Observasi:
kriteria hasil sebagai berikut : 1. Monitor proses kognitif,
Definisi : 1. Menggunakan bahasa anatomis dan fisiologis
Penurunan, perlambatan, atau lisan : vokal terkait dengan
ketiadaan kemampuan untuk 2. Kejelasan berbicara kemampuan berbicara
menerima, memproses, yang membaik (misalnya, memori,
mengirim, dan/atau 3. Menggunakan bahasa pendengaran, dan
menggunakan sistem simbol isyarat bahasa)

Batasan Karakteristik: Terapeutik


 Sulit bicara 1. Sesuaikan gaya
 Sulit mengungkapkan komunikasi untuk
kata-kata memenuhi kebutuhan
 Kesulitan klien (misalnya, berdiri
menggunakan ekpresi di depan klien saat
wajah berbicara, mendengarkan

 Defisit penglihatan dengan penuh perhatian,


menyampaikan satu ide
atau pemikiran pada satu
waktu, bicara pelan
untuk menghindari
berteriak, gunakan
komunikasi tertulis, atau
bantuan keluarga dalam
memahami pembicaraan
klien)
2. Sesuaikan metode
alternatif untuk
berkomunikasi dengan
berbicara ( misalnya
menulis di meja,

26
menggunakan kartu,
kedipan mata, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf, tanda
dengan tangan atau
postur, dan
menggunakan komputer)
3. Ulangi apa yang
disampaikan klien untuk
menjamin akurasi

Kolaborasi
1. Sediakan rujukan pada
terapis bicara patologis
2. Kolaborasi bersama
keluarga dan ahli/terapis
bahasa patologis untuk
mengembangkan rencana
agar bisa berkomunikasi
secara efektif.
Hambatan interaksi social b.d Terjadi peningkatan Peningkatan Komunikasi
gangguan sensori keterampilan interaksi social Kurang Pendengaran
pendengaran setelah dilakukan tindakan Aktivitas – aktivitas :
(Domain 7. Kelas 3. Kode keperawatan selama …x 24 Observasi :
diagnosis 00052) jam dengan kriteria hasil : - Lakukan atau atur
Definisi : kurang atau - Mampu bekerja sama pengkajian dan skrining
kelebihan kuantitas, atau dengan orang lain rutin terkait dengan
tidak efektif kualitas - Mampu terlibat fungsi pendengaran
pertukaran sosialnya dengan orang lain - Catat dan
Batasan Karakteristik : ( komunikasi) dokumentasikan metode
- Ketidaknyaman dalam komunikasi yang disukai

27
situasi social pasien ( misalnya, lisan,
- Disfungsi interaksi tertulis, berbicara bibir,
dengan orang lain atau America Sign
- Gangguan fungsi Language) dalam
sosial rencana keperawatan
- Minta pasien untuk
menyarankan strategi –
strategi dalam rangka
meningkatkan
komunikasi
Terapi :
- Dapatkan perhatian
pasien sebelum berbicara
( yaitu mendapatkan
perhatian melalui
sentuhan)
- Hindari berkomunikasi
lebih dari 2 – 3 kaki
jauhnya dari pasien
Edukasi :
- Instruksikan pasien,
tenaga keperawatan, dan
keluarga mengenai
penggunaan, perawatan,
serta pemeliharaan
perangkat dan alat bantu
pendengaran
Kolaborasi :
- Rujuk pada pemberi
perawatan primer atau
spesialis dalam rangka

28
mengevaluasi,
pengobatan, dan
rehabilitasi pendengaran.
Hambatan rasa nyaman b.d Terjadi perbaikan status Peningkatan Efikasi Diri
gangguan sensori kenyamanan setelah Aktivitas – aktivitas
pendengaran dilakukan tindakan Observasi :
(Domain 12. Kelas 3. Kode keperawatan selama…..x 24 - Eksplorasi persepsi
diagnosis 00214) jam dengan kriteria hasil : individu mengenai
Definisi : merasa kurang - Terjadi peningkatan kemampuannya untuk
nyaman, lega, dan sempurna kesejahteraan baik melaksanakan perilaku –
dalam dimensi fisik, secara fisik ataupun perilaku yang diinginkan
psikospiritual, lingkungan, psikologis - Identifikasi hambatan
budaya, dan/atau sosil - Terdapat dukungan yang ada yang bisa
Batasan karakteristik : social dari teman – mengubah perilaku
- Merasa tidak nyaman teman dan keluarga kesejahteraan klien
- Ketidakmampuan - Mampu Terapi :
untuk rileks mengkomunikasikan - Berikan lingkungan yang
- Berkeluh kesah kebutuhan mendukung yang
- Kurang puas dengan diinginkan untuk
keadaan mempelajari
Kondisi terkait : pengetahuan dan
- Gejala terkait keterampilan yang
penyakit diperlukan
Edukasi :
- Berikan informasi
mengenai perilaku yang
dibutuhkan atau
kebutuhan lain klien
- Berikan contoh/
tunjukkan perilaku yang
diinginkan

29
Kolaborasi :
- Dukung interaksi dengan
individu – individu lain
yang telah berhasil
mengubah perilaku
( misalnya, dukungan
kelompok atau
berpartisipasi pada
pendidikan kelompok)
Resiko Cedera b.d Gangguan Kerjadian Jatuh Manajemen Lingkungan
pengelihatan Setelah dilakukan tindakan
( Domain 11, Kelas 2,Kode keperawatan selama ...x24 Aktivitas-aktivitas :
Diagnosis 00035) jam diharapkan masalah
keperawatan Resiko Cedera Terapeutik :
Batasan Karakteristik : teratasi dengan kriteria hasil: - Ciptakan lingkungan
- Hambatan fisik - Jatuh saat berjalan yang aman bagi pasien
- Kurang pengetahuan - Jatuh saat di tempat - Identifikasi hal-hal yang
tentang faktor yang tidur membahayakan di
akan dirubah - Jatuh saat naik tangga lingkungan (misalnya,
- Moda transportasi - Terjun saat turun (bahaya) fisik, biologi,
tidak aman tangga dan kimiawi)
- Jatuh saat ke kamar - Bantu pasien saat
mandi melakukan perpindahan
ke lingkungan yang lebih
aman (misalnya, rujukan
untuk mempunyai asisten
rumah tangga)

Edukasi :
- Edukasi individu dan
kelompok yang berisiko
tinggi terhadap bahan

30
bahayanya yang ada
dilingkungan

31
BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Multiple sclerosis (MS) adalah gangguan sistem saraf pusat
kronis, progresif, dan degeneratif yang ditandai dengan demielinasi
serabut saraf otak dan sumsum tulang belakang yang tersebar luas.
Belum diketahui pasti penyebab multiple sclerosis, ini dianggap sebagai
penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringannya sendiri. Faktor genetik dan lingkungan merupakan
kombinasi yang berperan sebagai penyebab multiple sclerosis ini.
Memiliki kerabat tingkat pertama dengan MS meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan penyakit. Terdapat empat stase pada
penyakit multiple sclerosis ini yaitu relapsing remitting, primary
progressive, secondary progressive, progresive relapsing.
Terdapat 11 diagnosis keperawatan yang ditegeakkan untuk klien
dengan penyakit multiple sclerosis yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas; nyeri akut
berhubungan dengan adanya tanda lhermitte sign dan peningkatan
regulasi pensinyalan Wnt; gangguan menelan berhubungan dengan
disfungsi menelan; hambatan eliminasi urine berhubungan dengan
inkontinensia urine; konstipasi berhubungan dengan gangguan pada
nervus x dan medulla spinalis dan adanya otot panggul yang tidak rileks;
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan spastik
anggota gerak; konfusi akut berhubungan dengan penurunan fungsi
kognitif; hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan berkomunikasi; hambatan interaksi sosial berhubungan
dengan gangguan sensori pendengaran; hambatan rasa nyaman
berhubungan dengan gangguan sensori pendengaran; dan riisiko cedera
berhubungan dengan gangguan penglihatan.

32
3. 2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik yang membangun
agar kami dapat memperbaiki makalah kami yang akan datang. Dari
makalah ini, semoga bisa menambah wawasan para pembaca dengan
informasi yang telah kami sajikan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et.al. (2016). Nursing interventions classification (NIC) edisi


bahasa Indonesia, edisi keenam. Singapore: Elsevier.

Dirksen, Lewis. (2014). Ninth Edition Medical Surgical Nursing Assessment and
Management of Clinical Problems. Canada: Elsevier.

Harding, M. M., Kwong, J., Roberts, D., Hagler, D., & Reinisch, C. (2020). Lewis's
Medical Surgical Nursing Assesssment and Management of Clinical Problems
(11th ed.). Elsevier.

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018). Nanda-I diagnosis keperawatan


definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mayo Clinic Staff. (2020, Juni 12). Multiple Sclerosis. Retrieved from Multiple
Sclerosis: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/multiple-
sclerosis/symptoms-causes/syc-20350269

Moorhead, Sue, et.al. (2016). Nursing outcomes classification (NOC) pengukuran


outcomes kesehatan edisi bahasa Indonesia, edisi kelima. Singapore: Elsevier.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2003). Textbook of
medical surgical nursing 10th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott
Williams & Wilkins.

Susilo, C. B. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Persarafan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

34

Anda mungkin juga menyukai