Anda di halaman 1dari 16

MULTIPLE SCELEROSIS

A. Pengertian

Penyakit akibat kerusakan myelin yaitu selubung pelindung yang


mengelilingi serabut saraf pada sistem saraf pusat. Ketika myelin mengalami
kerusakan, maka hal tersebut akan menggangu penyampaian ‘pesan’ antara
otak dan bagian-bagian tubuh lainnya.
Penyakit ini mempengaruhi orang dewasa muda, biasanya antara
umur 20 dan 50 tahun dan dua kali lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pada laki-laki. Sekitar 20% orang yang terkena Multiple
Sclerosis memiliki kerabat dekat yang juga dipengaruhi oleh penyakit ini.
Penyakit Multiple Sclerosis sifatnya penyakit yang sangat tidak
menentu dan tak terduga. Seseorang dengan Multiple Sklerosis dapat
kambuh serius dan memburuk sehingga tampaknya harus selalu memakai
kursi roda, lalu tiba-tiba membaik dan dapat berjalan lagi. Hal ini
menyebabkan kesulitan dalam kasus tertentu untuk memprediksi
perkembangan penyakit ini (kesembuhan lengkap, kesembuhan sementara,
memburuk).

1
B. Etiologi
Penyebab multiple skelerosis belum diketahui secara pasti namun ada
dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada
juga yang mengaitkan dengan factor genetic. Ada beberapa factor pencetus,
antara lain :
• Kehamilan
• Infeksi yang disertai demam
• Stress emosional
• Cedera
Faktor presipitasi yang mungkin termasuk infeksi, cedera fisik dan
strees emosional, kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :
• Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)
• Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
• Racun yang beredar dalam Cairan Serebro Spinal.
• Infeksi virus pada Susunan Syaraf Pusat.

B. TANDA DAN GEJALA

Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-


gejalanya bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada
pola khusus pada Multiple Sklerosis dan setiap penderita Multiple Sklerosis
memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu
bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan
semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang
sama.
Tidak ada Multiple Sklerosis yang tipikal. Kebanyakan penderita Multiple
Sklerosis akan mengalami lebih dari satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-
gejala umum yang diderita banyak orang, tidak ada seorangpun yang memiliki
semua gejala tersebut sekaligus. Gejala-gejala umum tersebut adalah:

1. Gangguan Penglihatan

• Penglihatan kabur
• Penglihatan membayang (diplopia)
• Neuritis optikal

2
• Pergerakan mata yang tak terkontrol
• kebutaan (sangat jarang terjadi)

2. Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi

• hilang keseimbangan tubuh


• Gemetar (tremor)
• ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
• pusing (vertigo)
• kekakuan anggota tubuh
• gangguan koordinasi
• perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki
dan kemampuan berjalan

3. Kekakuan (spasticity)

• kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan


• kejang

4. Gangguan indra perasa

• perasaan geli di beberapa bagian tubuh


• perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
• kebas (paraesthesia)
• perasaan seperti terbakar

 nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah


(seperti trigeminal neuralgia), dan nyeri otot

5. Gangguan kemampuan berbicara

• perlambatan cara berbicara


• berbicara seperti menggumam
• perubahan ritme berbicara
• sulit menelan (dysphagia)

3
6. Keletihan berlebihan

• Perasaan lemah dan letih yang datang tidak terduga dan tidak
sebanding dengan aktivitas yang sedang dikerjakan. Keletihan
berlebihan adalah gejala penyakit Multiple Sklerosis yang paling umum
(dan yang paling menyusahkan).

7. Gangguan kandung kemih dan usus

• Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat
buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
• Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang
diare.

8. Gangguan Seksual

• impoten
• Berkurangnya kemampuan seksual
• kehilangan gairah

9. Sensitivitas terhadap Panas

• perburukan gejala-gejala yang dialami karena udara panas

10. Gangguan Kognitif dan Emosi

• kehilangan memori jangka pendek


• kehilangan kemampuan konsentrasi, penilaian, penalaran
Lain dengan gejala-gejala yang jelas terlihat dengan segera, gejala
yang lain seperti keletihan (fatigue), gangguan indra perasa, gangguan
memori dan konsentrasi sering menjadi gejala yang tersembunyi.
Gejala seperti ini mungkin sulit untuk dijelaskan kepada orang lain dan
kadang-kadang keluarga dan perawat tidak dapat memahami efeknya
terhadap pekerjaan, aktivitas sosial, dan kualitas hidup penderita MS.

C. JENIS-JENIS MULTIPLE SKLEROSIS

4
Cara kerja penyakit MS tidak terduga. Bagi sebagian orang,
penyakit ini hanya sedikit mengganggu, sedangkan sebagian yang lain
mengalami perburukan yang cepat hingga membuatnya sama sekali tidak
berdaya, dan sebagian yang lain berada di antara dua kondisi ekstrem
tersebut.
Walaupun setiap individu mengalami kombinasi kondisi gejala MS
yang berbeda, tetapi kita dapat mengklasifikasikan MS menjadi beberapa
tipe/jenis:

1. Relapsing-Remitting MS (MS Hilang-Timbul/Kambuhan)

Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan)


yang tidak terduga. Serangan ini berlangsung dalam waktu yang
bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan dapat pulih secara
parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat ‘tidak aktif’ selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Frekuensi – kurang lebih 25%.

2. Benignan Multiple Sklerosis (MS Jinak)

Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total,
MS jenis ini tidak mengalami perburukan dan tidak timbul kecacatan
permanen. MS jinak hanya dapat diidentifikasi ketika adanya ringan
yang timbul pada masa 10 – 15 tahun setelah serangan dan pada
awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. MS jinak
cenderung berhubungan dengan gejala-gejala yang tidak parah ketika
terjadinya serangan (contohnya pada sistem sensorik). Frekuensi –
kurang lebih 20%.

3. Secondary Progressive Multiple Sklerosis (MS Progresif Sekunder)

Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang


– timbul, dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan
lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat
progresif, dan seringkali disertai kekambuhan terus menerus.
Frekuensi – kurang lebih 40%

5
4. Primary Progressive Multiple Sklerosis (MS Progresif Primer)

MS jenis ini ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah,


tetapi ada serangan-serangan kecil dengan gejala-gejala yang terus
memburuk secara nyata. Terjadi satu akumulasi perburukan dan
ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada tingkat/titik
yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Frekuensi – kurang lebih 15% .

D. PATOFISIOLOGI

6
E. FAKTOR RESIKO MULTIPLE SKLEROSIS

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena multiple sclerosis :

• Umur. Walaupun multiple sclerosis dapat terjadi pada segala umur,

paling sering dimulai pada orang antara usia 20 dan 40 .

• Seks. Perempuan sekitar dua kali lebih beresiko dibandingkan laki-laki

untuk terjadinya multiple sclerosis.

• Keturunan. Risiko multiple sclerosis lebih tinggi untuk orang-orang

yang memiliki riwayat keluarga penyakit Multiple sclerosis. Misalnya,

jika salah satu dari orang tua atau saudara kandung memiliki multiple

sclerosis, maka anda memiliki resiko 1 sampai 3 persen untuk

terjadinya Multiple sclerosis dibandingkan dengan risiko pada populasi

umum, yang hanya sepersepuluh dari 1 persen.

• Infeksi. Berbagai virus telah dikaitkan dengan multiple sclerosis salah

satunya adalah virus Epstein – Barr. Bagaimana virus Epstein- Barr

dapat mengakibatkan Multiple sclerosis dalam penelitian lebih lanjut.

• Ras. Orang kulit putih, khususnya mereka yang berasal keluarga di

Eropa utara, berada pada resiko tertinggi terkena multiple sclerosis .

Orang-orang Asia , Afrika atau keturunan Amerika asli memiliki risiko

terendah terserang Multiple sclerosis.

• Faktor geografis. Multiple sclerosis lebih sering terjadi di negara-

negara dengan daerah beriklim sedang, termasuk Eropa, Kanada

7
bagian selatan, utara Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia

bagian tenggara. Risiko tampaknya meningkat dengan lintang.

• Penyakit lainnya. Orang-orang yang sangat sedikit lebih mungkin untuk

mengembangkan multiple sclerosis jika mereka memiliki salah satu

gangguan autoimun berikut : penyakit tiroid, diabetes tipe 1 dan radang

usus.

E. KOMPLIKASI

• Infeksi otak karena bakteri atau virus (penyakit Lyme, AIDS, sifilis)

• Kelainan struktur pada dasar tengkorak dan tulang belakang (artritis berat

pada leher, ruptur diskus spinalis)

•Tumor atau kista di otak dan medula spinalis (siringomielia)

•Kemunduran spinoserebelar dan ataksia herediter (penyakit dimana aksi otot

tidak teratur atau otot tidak terkoordinasi)

•Stroke ringan (terutama pada penderita diabetes atau hipertensi yang peka

terhadap penyakit ini)

•Sklerosis amiotrofik lateralis (penyakit Lou Gehrig)

•Peradangan pembuluh darah di dalam otak atau medula spinalis (lupus,

arteritis).

F. PENATALAKSANAAN

• Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

• Farmakoterapi :

8
Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat

meningkatkan konduksi saraf.

Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon,

Azatioprin, betaseron.

Baklofen sebagai antispasmodic

Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat

dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan

ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G

(IgG).

• DCT Scan : gambaran atrofi serebral.

• MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan

mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.

• Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.

• Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif

H. PENGKAJIAN

Eliminasi : Inkontinensia, konstipasi, diare, retensi urine

Aktivitas : Keletihan, kekakuan, kurang koordinasi,

9
Nyeri : Nyeri otot, Nyeri Wajah. nyeri spasme, neuralgia fasial

Seksual : Impotensi, kehilangangairah.

Kognitif Kehilangan memori jangka pendek, konsentrasi,

penilaian, penalaran.

Sensori Persepsi : Penglihatan kurang, diplopia, pandangan kabur

Sirkulasi : edema, kapiler rapuh


Makanan / cairan : sulit mengunyah/menelan
Hygiene : kurang perawatan diri
Interaksi social : menarik diri, gangguan bicara
Neurosensori paralysis otot, kebas, kesemutan, susah
berkomunikasi, kejang (euphoria, depresi, apatis, peka,
disorientasi. Nistagmus
Kemampuan motorik spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski
+ , klonus pada lutut

10
No Symton dan Sign Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Multiple Sklerosis Gangguan pola eliminasi NOC: NIC:


Gangguan pola eliminasi Gangguan pola eliminasi
-Inkontinensia urine:inkontinens
urine:Inkontinensia urine:Inkotinensia
-Otot-otot detrusor
· Klien dapat mengontrol ·Monitor keadaan bladder
melemah Definisi:Kondisi dimana pengeluaran urine setiap setiap 2 jam
4 jam
- Diare seseorang tidak mampu
· Tidak ada tanda-tanda Tingkatkan aktivitas dengan
mengendalikan
retensi dan inkontinensia kolaborasi Dokter
pengeluaran urin. urine
·Klien berkemih dalam Kolaborasi dalam bladder
Kemungkinan berhubungan
keadaan rileks Training
dengan: Gangguan

neuromuskuler. Hindari faktor pencetus


inkontinensia urine seperti
· Spasme bladder.
cemas
· Trauma pelvic.

·Infeksi Saluran kemih. Kolaborasi dengan Dokter


dalam pengobatan dan
·Trauma medulla spinalis.
kateterisasi
Kemungkinan Data yang

11
ditemukan: Jelaskan tentang :
-Pengobatan
·Inkontinensia
-Kateter
·Keinginan berkemih yang
-Penyebab
segera -Tindakan lain

Sering ke toilet

Menghindari minum

Spassme bladder

Setiap berkemih kurang

dari 100 ml atau lebih dari

550 ml.

Multiple Sklerosis Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan Energy conservation Energy Management
-Kelemahan keletihan, hipoksemia, dan Self Care : ADLs Observasi adanya
pola pernafasan tidak pembatasan klien dalam
-Kurang koordinasi efektif. Kriteria Hasil : melakukan aktivitas

-Gemetar Definisi : Ketidakcukupan Berpartisipasi dalam Dorong anak untuk


energu secara fisiologis aktivitas fisik tanpa disertai mengungkapkan perasaan
maupun psikologis untuk peningkatan tekanan darah, terhadap keterbatasan
meneruskan atau nadi dan RR
menyelesaikan aktifitas Kaji adanya factor yang
yang diminta atau aktifitas Mampu melakukan aktivitas menyebabkan kelelahan

12
sehari hari. sehari hari (ADLs) secara
mandiri
Batasan karakteristik : Monitor pasien akan adanya
a.Melaporkan secara verbal kelelahan fisik dan emosi
adanya kelelahan atau secara berlebihan
kelemahan.
b.Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi Activity Therapy
terhadap aktifitas Kolaborasikan dengan Tenaga
c.Perubahan EKG yang Rehabilitasi Medik
menunjukkan aritmia atau dalammerencanakan progran
iskemia terapi yang tepat.
d.Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat Bantu klien untuk
beraktivitas. mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Faktor factor yang
berhubungan : Bantu untuk memilih aktivitas
 Tirah Baring atau konsisten yangsesuai dengan
imobilisasi kemampuan fisik, psikologi
 Kelemahan menyeluruh dan social
 Ketidakseimbanganantara
suplei oksigen de ngan Bantu untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan mendapatkan sumber
 Gaya hidup yang yang diperlukan untuk aktivitas
dipertahankan. yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat


bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek

Bantu untu mengidentifikasi

13
aktivitas yang disukai

Bantu klien untuk membuat


jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek.M Gloria dkk, 2008, Nursing Interventions Classifikation, Iowa City,


Penerbit Mosby Elservier.

Brunner & suddarth.2007. keperawatan medikal bedah ed 8 vol.3 EGC.


Jakarta
Lumbantobing S.M.2008, Neurologi Klinik; Pemeriksaan Fisik Dan Mental,
Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Moorheard Sue, 2004, Nursing Outcomes Classifikation, Penerbit Mosby

Simpson Paula, Management Of Urinary Incontinence in a patient with


multiple sklerosis, Jurnal

16

Anda mungkin juga menyukai