Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...........................................................................................................................2

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah Adaptasi Fisiologis dari Neonatus......................................................3

1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

ISI....................................................................................................................................................4

1. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL).......................................................................................4

2. Perubahan Fisiologi Pada BBL.............................................................................................4

3. Konsep perawatan bayi baru lahir........................................................................................7

4. Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Resiko Tinggi..........................................................8

5. Asuhan Keperawatan bayi berisiko tinggi..........................................................................18

b. Diagnosis dan Intervensi.....................................................................................................24

BAB III..........................................................................................................................................33

PENUTUP.....................................................................................................................................33

1. Kesimpulan.........................................................................................................................33

2. Saran...................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejang demam adalah kejang pada anak-anak berusia antara 6 bulan dan 5 tahun yang
disebabkan oleh kenaikan suhu yang tiba-tiba terkait dengan penyakit demam akut. kejang
demam merupakan jenis gangguan syaraf paling umum terjadi pada usia ini karena pada usia
ini otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan.

Kejang demam pada anak dibawah usia 5 tahun ini merupakan masalah umum yang
biasanya menyebabkan kecamasan dan ketakutan dikalangan orangtua dikarernakan kejang
demam dapat berdampak pada kerusakan otak, mempunyai riwayat keluarga dengan kejang
demam, keterlambatan perkembangan, memunculkan gejala epilepsi dan bahkan dapat
berakibat kematian.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kejang?
2. Apa saja klasifikasi kejang pada anak?
3. Apa saja etiologic kejang pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi kejang ?
5. Apa saja manifestasi klinik kejang?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang kejang?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis kejang?
8. Bagaimana asuhan keperawatan kejang pada anak?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kejang.
2. Untuk mengetahui klasifikasi kejang.
3. Untuk mengetahui etiologic kejang.
4. Untuk mengetahui patofisiologi kejang.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik kejang.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kejang.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kejang pada anak.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan kejang pada anak.
BAB II

ISI

1. Pengertian Kejang

Definisi kejang adalah depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak, yang mengakibatkan
perubahan yang bersifat paroksismal fungsi neuron (perilaku, fungsi motorik dan otonom)
dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang
disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SPP.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 380C, yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi usia 3 bulan – 5 tahun. K

Kejang demam tidak selalu anak harus mengalami peningkatan suhu seperti di atas,
kadang dengan suhu yang tidak terlalu tinggi anak sudah kejang. Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita , kejang demam terjadi ketika
anak mengalami peningkatan suhu tubuh hingga melewati ambang batas (>390C). Kejang
demam pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang
berkepanjangan dan berulang – ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak
hingga anak mengalami kecacatan mental.

2. Klasifikasi Kejang Demam

a. Kejang Demam Sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 me- nit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

b. Kejang Demam Kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

- Kejang lama > 15 menit

- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

3. Etiologi Kejang
Penentuan faktor penyebab kejang sangat menentukan untuk tatalaksana selanjutnya,
karena kejang dapat diakibatkan berbagai macam etiologi. Adapun etiologi yang tersering
pada anak yaitu:

- Kejang demam
- Infeksi: meningitis, ensefalitis
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
metabolik bawaan
- Trauma kepala
- Keracunan: alkohol,teofilin
- Penghentian obat anti epilepsi
- Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, pendarahan intrakranial, idiopatik.
4. Patofisiologi Kejang Demam

Patofisiologi demam kejang pada anak masih idiopatik, namun hal ini sering
dikaitkan dengan adanya infeksi diluar kranial seperti tonsillitis yang bersifat toksit.
Toksik yang dihasilkan menyebar ke seluruh tubuh secara hematogen ataupun limfogen.
Kejang demam sering kali berkaitan dengan kondisi demam tinggi (>38°C) pada anak (6
Bulan-5 Tahun) yang diakibatkan oleh infeksi. Ketika terjadi peningkatan suhu tubuh,
maka metabolisme basal juga mengalami peningkatan dan kebutuhan akan O2 pun juga
mengalami peningkatan.

Hal ini mengakibatkan perubahan keseimbangan pada membran sel neuron kemudian
berakibat pada difusi Na+ dan K+ yang dapat menimbulkan gangguan mekanisme listrik
di otak sehingga terjadi kejang. Pada saat demam, menggigil merupakan suatu respon
tubuh dalam usahanya untuk mencapai homeostatis tubuh. Ketika demam, tubuh
membutuhkan energi lebih banyak, sehingga untuk memghasilkan energi dan panas pada
tubuh maka otak merespon otot untuk bergerak sehinggal timbul menggigil. Demam yang
tinggi pada anak dapat mengakibatkan kejadian kejang demam. Naiknya suhu di
hipotalamus, akan mengeluarkan mediator kimia berupa epinefrin dan prostaglandin yang
akan merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh
ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah karena adanya: perubahan


konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang datang mendadak seperti
rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, dan perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan
demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15%
dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak usia 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%.

Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium
melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga
terjadilah kejang.

5. Manifestasi Klinik Kejang Demam

Adapun manifestasi Klinik pada anak yang mengalami kejang demam antara lain adalah :

- Suhu badan mencapai 390 derajat celcius

- Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti


beberapa saat

- Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepada terkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat

- Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas

- Gigi terkatup dan kadang disertai muntah

- Napas dapat terhenti selama beberapa saat

- Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.
(Djamaluddin,2010)

- Lidah. (Djamaluddin,2010)
Manifestasi klinik k ejang tonik klonik terbagi menjadi dua fase yaitu fase tonik
dan fase klonik
a. Fase tonik.
Dalam fase ini, kesadaran penderita hilang seluruh otot menjadi kaku. Jika sedang
berdiri atau duduk, seseorang mungkin akan jatuh. Fase ini berlangsung selama 10-20
detik
b. Fase klonik
Dalam fase ini, seluruh oto tubuh penderuta berkontraksi dan bergerak secara ritmis.
Kejang biasanya terjadi kurang dari dua menit.

Selain itu ada juga gejala lain yang mungkin di temukan :

1. Menggigit pipi atau lidah


2. Menggertakkan gigi
3. Rahang terkunci
4. Mata mendelik
5. sianosis
6. Buang air kecil tidak terkontrol
7. Sulit bernapas
8. Pucat
Setelah kondisinya dapat dikendalikan, pasien akan sadar atau memiliki gejala berikut:

1. Linglung
2. Mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya
3. Tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama terkena serangan kejang
4. Sakit kepala
5. Salah satu sisi tubuh melemah selama beberapa menit atau jam
6. Kelelahan
7. Tidak bisa mengendalikan buang air.

6. Pemeriksaan penunjang Kejang


a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
(level II-2 dan level III, rekomendasi D).

b. Elektroensefalograf
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan
gelombang. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E).
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.

c. Pungsi lumbal
Dengan cara mengambil sampel cairan dari sumsum tulang untuk diperiksa di
laboratorium. Melalui tes ini, dokter bisa mendeteksi ada tidaknya infeksi dalam
sistem saraf pusat. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah
0,6%-6,7%.
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

d. Pemeriksaan Radiologi
Untuk melihat ada tidaknya kelainan pada otak yang mungkin menyebabkan
kejang. Misalnya, tumor, kista , atau kelainan pembuluh darah.Foto X-ray kepala dan
pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Meningitis (infeksi selaput otak)
2. Ensefalitis (infeksi otak) atau abses otak
3. Papiledema

7. Asuhan Keperawatan Kejang


a. Analisa Data

No. Data Diagnosis Keperawatan


1. DS: Hipertermia
 Ibu pasien mengatakan, anaknya sudah
demam selama 4 hari dan sudah diberi
antipiretik tapi demamnya tidak turun
 Kejang yang dialami pasien berlangsung
5 menit dan terjadi 1 kali

DO:
 Tubuh teraba hangat
 Kejang tonik klonik selama 1 menit
 Suhu 40oC

2. DS: Risiko Cedera

DO:
 Kejang tonik klonik selama 1 menit,
yang bisa saja setiap saat bisa terjadi

3. DS: Defisien Pengetahuan

DO:

4. DS: Risiko Ketidakefektifan Perfusi


 Ibu pasien mengatakan kejang yang Jaringan Cerebral
dialami anaknya berlangsung 5 menit
dan terjadi 1 kali

DO:
 Kejang tonik selama 1 menit

5. DS: Ansietas
 Orang tua pasien sangat khawatir karena
sebelumnya anaknya belum pernah
mengalami kejang
DO:
 Orang tua tampak khawatir dan gelisah
6. DS: Hambatan Rasa Nyaman

DO:

b. Diagnose NANDA, Kriteria Hasil NOC & Intervensi NIC

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)


1. Hipertermia Kriteria hasil yang Perawatan demam
diharapkan: Definisi : manajemen gejala dan
Definisi: Termoregulasi  kondisi terkait yang
Definisi : keseimbangan berhubungan dengan
Suhu inti tubuh di atas
antara produksi panas, peningkatan suhu tubuh di
kisaran normal diurnal mendapatkan panas, dan mediasi oleh pirogen endogen.
karena kegagalan kehilangan panas. Aktivitas-aktivitas:
termoregulasi Indikator : 1. Monitor warna kulit dan suhu
 Berkeringat saat 2. Pantau suhu dan tanda-tanda
Batasan Karakteristik: panas vital
1. Kejang  Menggigil saat 3. Beri obat atau cairan IV
dingin (misalnya, antipiretik, agen anti
2. Kulit kemerahan
 Melaporkan bakteri, dan agen anti
3. Gelisah kenyamanan suhu menggigil)
 Penurunan suhu 4. Dorong konsumsi cairan
Faktor yang berhubungan: kulit 5. Tutup pasien dengan selimut
Dehidrasi  dehidrasi atau pakaian ringan, tergantung
pada fase demam.
6. Fasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan aktivitas
jika diperlukan.
7. Pastikan tanda lain dari infeksi
yang terpantau pada orang tua
karena hanya menunjukkan
demam ringan atau tidak
demam sama sekali selama
proses infeksi.

2. Risiko Cedera Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh


tindakan keperawatan
Definisi: Risiko Cedera 1. Mengidentifikasi
Rentan mengalami cedera dapat teratasi kekurangan baik kognitif
fisik akibat kondisi
maupun fisik dari pasien
lingkungan yang Kriteria hasil:
berinteraksi dengan sumber yang mungkin
adaptif dan sumber Kejadian Jatuh meningkatkan potensi
defensive individu, yang jatuh pada lingkungan
dapat mengganggu 1. Risiko jatuh pada
kesehatan tertentu
saat berdiri tidak
2. Ajarkan anggota
ada
Fakto Risiko: keluarga mengenai faktor
Hambatan fisik 2. Tidak ada risiko
risiko yang berkontribusi
jatuh dari tempat
terhadap adanya kejadian
tidur
jatuh dan bagaimana
3. Tidak ada risiko
keluarga bisa
jatuh padasaat
menurunkan risiko ini
pasien sedang
3. Mengajarkan pada pasien
berjalan
bagaimana jika jatuh,
Kontrol Kejang Sendiri
untuk meminimalkan
1. Pasien mencegah
cidera
risiko/pemicu
4. Berkolaborasi dengan
kejang
anggota tim kesehatan
2. Pasien mampu
lain untuk
mempertahankan
meminimalkan efek
sikap yang positif
samping dari pengobatan
pada gangguan
yang berkontribusi pada
kejang
kejadian jatuh
3. Pasien
Identifikasi Risiko:
mendapatkan obat
yang dibutuhkan Pencegahan Kejang

1. Monitor pengelolaan
obat
2. Intruksikan pasien
mengenai pengobatan
dan efek samping
3. Memantau kepatuhan
pasien dalam
mengonsumsi
pengobatan anti
epileptik
4. Menginstruksikan
pada pasien untuk
memanggil jika
dirasa tanda akan
terjadinya kejang dan
menginstruksikan
keluarga atau SO
mengenai
pertolongan pertama
pada kejang

3. Defisien Pengetahuan 3. Tanda dan gejala 1. Pertimbangkan metode


penyakit yang biasa digunakan
Definisi: 4. Tanda dan gejala klien dalam pemecahan
Ketiadaan atau defisien komplikasi masalah
informasi kognitif yang 5. Perjalanan 2. Bantu klien
berkaitan dengan topik penyakit biasanya mengidentifikasi
tertentu, atau kemahiran 6. Manfaat kemungkinan
manajemen perkembangan situasi
Batasan Karakteristik: penyakit krisis yang akan terjadi
1. Kurang pengetahuan 7. Strategi untuk dan efek dari krisis yang
2. Ketidakakuratan mencegah bisa berdampak pada
mengikuti perintah komplikasi klien dan keluarga
3. Perilaku tidak tepat 8. Strategi untuk
mengelola
Faktor yang berhubungan: kenyamanan
1. Kurang sumber
pengetahuan
2. Keterangan yang
salah dari orang lai
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi jaringan: Monitor Neurologi
Perfusi Jaringan Cerebral serebral
1. Monitor tingakat
Kriteria hasil: kesadaran
Definisi: 2. Monitor tanda tanda
Rentan mengalami 1. Tidak ada demam vital: suhu, tekanan
penurunan sirkulasi 2. Tidak ada sakit darah, denyut nadi, dan
jaringan otak yang kepala respirasi
3. Tidak ada 3. Tingkatkan frekuensi
mengganggu kesehatan
penurunan tingkat pemantauan neurologis,
kesadaran yang sesuai
Faktor Risiko: 4. Beritahu dokter
4. Reflex saraf tidak
Penyalahgunaan zat terganggu mengenai perubahan
kondisi pasien
5. Mulailah melakukan
tindakan pencegahan
sesuai peraturan jika
perlu

5. Ansietas Kriteria hasil yang 1. Pahami situasi krisis


diharapkan: yang terjadi dari
Definisi: prespektif klien
Indikator: 2. Berada di sisi klien untuk
Perasaan tidak nyaman atau
1. Gangguan meningkatkan rasa aman
kekhawatiran yang samar
kongnisi dan mengurangi
disertai respons otonom 2. Kesulitan ketakutan
(sumber sering kali tidak mengikuti 3. Dukung penggunaan
spesifik atau tidak diketahui perintah yang mekanisme koping yang
oleh individu); perasaan kompleks sesuai
takut yang disebabkan oleh 3. Gangguan pola 4. Atur penggunaan obat-
antisipasi terhadap bahaya. tidur/bangun obatan untuk mengurangi
Hal ini merupakan isyarat 4. Perubahan tingkat kecemasan secara tepat
kewaspadaan yang kesadaran
memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan
memampukan individu
untuk bertindak
menghadapi ancaman

Batasan Karakteristik:
1. Gelisah
2. Sangat khawatir
3. Distress
4. Wajah tegang
5. Gangguan
konsentrasi
Faktor yang Berhubungan:
Stressor

6. Hambatan Rasa Nyaman Setelah diberikan Terapi relaksasi


tindakan keperawatan
Definsi: klien menunujukkan  Gambarkan
Merasa kurang nyaman, derajat rasa nyaman yang rasionalisasi dan
lega, dan sempurna dalam meningkat dengan
manfaat relaksasi serta
dimensi fisik, kriteria hasil:
psikospiritual, lingkungan, jenis relaksasi yag
Status kenyamanan:
budaya, dan/atau sosial tersedia
fisik
 Ciptakan lingkungan
Batasan Karakteristik:  Suhu tubuh dalam
1. Ansietas batas normal yang tenang dan tanpa
2. Merasa kurang distraksi dengan lampu
senang dengan  Kontrol terhadap
gejala dan suhu lingkungan
situasi
3. Merasa tidak yang nyaman
 Kesejahteraan fisik
nyaman  Dorong klien untuk
tidak terganggu
4. Gelisah mengambil posisi yang
5. Berkeluh kesah  Relaksasi otot tidak nyaman
Faktor yang Berhubungan: terganggu  Tunjukkan dan
Kurang kontrol situasi praktikkan teknik
relaksasi pada klien
 Dorong control sendiri
ketika relaksasi
dilakukan
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
[penggunaan] obat-
obatan atau sejalan
dengan terapi lainnya
dengan tepat.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kejang demam adalah jenis kejang yang paling sering terjadi pada pasien
anak. Sebagian besar anak memiliki prognosis yang sangat baik dan hanya
sedikit yang mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Penatalaksanaan
terdiri dari pengendalian gejala dan pengobatan penyabab demam. Orang tua dan
pengasuh sering merasa tertekan dan ketakuatan setelah kejang demam terjadi
pada anak mereka sehingga perlu diberi informasi yang tepat tentang prognosis
yang bisa dilakukan untuk pengelolaan kejang demam pada anak serta dipandu
oleh professional kesehatan.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat membantu pembaca dalam
mengetahui Konsep keperawatan bayi baru lahir dan asuhan keperawatan bayi
baru lahir dengan risiko tinggi. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan makalah saya selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
interventions classification (NIC) (6 ed.). Singapore: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-1 Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
classification (NOC) (5 ed.). Singapore: Elsevier.

Pusponegoro, H. D., Widodo, D. P., & Ismael, S. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta: UKK Neurologi.

Anda mungkin juga menyukai