KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
ISI....................................................................................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................................33
PENUTUP.....................................................................................................................................33
1. Kesimpulan.........................................................................................................................33
2. Saran...................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah kejang pada anak-anak berusia antara 6 bulan dan 5 tahun yang
disebabkan oleh kenaikan suhu yang tiba-tiba terkait dengan penyakit demam akut. kejang
demam merupakan jenis gangguan syaraf paling umum terjadi pada usia ini karena pada usia
ini otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan.
Kejang demam pada anak dibawah usia 5 tahun ini merupakan masalah umum yang
biasanya menyebabkan kecamasan dan ketakutan dikalangan orangtua dikarernakan kejang
demam dapat berdampak pada kerusakan otak, mempunyai riwayat keluarga dengan kejang
demam, keterlambatan perkembangan, memunculkan gejala epilepsi dan bahkan dapat
berakibat kematian.
ISI
1. Pengertian Kejang
Definisi kejang adalah depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak, yang mengakibatkan
perubahan yang bersifat paroksismal fungsi neuron (perilaku, fungsi motorik dan otonom)
dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang
disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SPP.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 380C, yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi usia 3 bulan – 5 tahun. K
Kejang demam tidak selalu anak harus mengalami peningkatan suhu seperti di atas,
kadang dengan suhu yang tidak terlalu tinggi anak sudah kejang. Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita , kejang demam terjadi ketika
anak mengalami peningkatan suhu tubuh hingga melewati ambang batas (>390C). Kejang
demam pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang
berkepanjangan dan berulang – ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak
hingga anak mengalami kecacatan mental.
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 me- nit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Etiologi Kejang
Penentuan faktor penyebab kejang sangat menentukan untuk tatalaksana selanjutnya,
karena kejang dapat diakibatkan berbagai macam etiologi. Adapun etiologi yang tersering
pada anak yaitu:
- Kejang demam
- Infeksi: meningitis, ensefalitis
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
metabolik bawaan
- Trauma kepala
- Keracunan: alkohol,teofilin
- Penghentian obat anti epilepsi
- Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, pendarahan intrakranial, idiopatik.
4. Patofisiologi Kejang Demam
Patofisiologi demam kejang pada anak masih idiopatik, namun hal ini sering
dikaitkan dengan adanya infeksi diluar kranial seperti tonsillitis yang bersifat toksit.
Toksik yang dihasilkan menyebar ke seluruh tubuh secara hematogen ataupun limfogen.
Kejang demam sering kali berkaitan dengan kondisi demam tinggi (>38°C) pada anak (6
Bulan-5 Tahun) yang diakibatkan oleh infeksi. Ketika terjadi peningkatan suhu tubuh,
maka metabolisme basal juga mengalami peningkatan dan kebutuhan akan O2 pun juga
mengalami peningkatan.
Hal ini mengakibatkan perubahan keseimbangan pada membran sel neuron kemudian
berakibat pada difusi Na+ dan K+ yang dapat menimbulkan gangguan mekanisme listrik
di otak sehingga terjadi kejang. Pada saat demam, menggigil merupakan suatu respon
tubuh dalam usahanya untuk mencapai homeostatis tubuh. Ketika demam, tubuh
membutuhkan energi lebih banyak, sehingga untuk memghasilkan energi dan panas pada
tubuh maka otak merespon otot untuk bergerak sehinggal timbul menggigil. Demam yang
tinggi pada anak dapat mengakibatkan kejadian kejang demam. Naiknya suhu di
hipotalamus, akan mengeluarkan mediator kimia berupa epinefrin dan prostaglandin yang
akan merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh
ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium
melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga
terjadilah kejang.
Adapun manifestasi Klinik pada anak yang mengalami kejang demam antara lain adalah :
- Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepada terkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat
- Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas
- Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.
(Djamaluddin,2010)
- Lidah. (Djamaluddin,2010)
Manifestasi klinik k ejang tonik klonik terbagi menjadi dua fase yaitu fase tonik
dan fase klonik
a. Fase tonik.
Dalam fase ini, kesadaran penderita hilang seluruh otot menjadi kaku. Jika sedang
berdiri atau duduk, seseorang mungkin akan jatuh. Fase ini berlangsung selama 10-20
detik
b. Fase klonik
Dalam fase ini, seluruh oto tubuh penderuta berkontraksi dan bergerak secara ritmis.
Kejang biasanya terjadi kurang dari dua menit.
1. Linglung
2. Mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya
3. Tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama terkena serangan kejang
4. Sakit kepala
5. Salah satu sisi tubuh melemah selama beberapa menit atau jam
6. Kelelahan
7. Tidak bisa mengendalikan buang air.
b. Elektroensefalograf
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan
gelombang. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E).
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.
c. Pungsi lumbal
Dengan cara mengambil sampel cairan dari sumsum tulang untuk diperiksa di
laboratorium. Melalui tes ini, dokter bisa mendeteksi ada tidaknya infeksi dalam
sistem saraf pusat. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah
0,6%-6,7%.
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
d. Pemeriksaan Radiologi
Untuk melihat ada tidaknya kelainan pada otak yang mungkin menyebabkan
kejang. Misalnya, tumor, kista , atau kelainan pembuluh darah.Foto X-ray kepala dan
pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Meningitis (infeksi selaput otak)
2. Ensefalitis (infeksi otak) atau abses otak
3. Papiledema
DO:
Tubuh teraba hangat
Kejang tonik klonik selama 1 menit
Suhu 40oC
DO:
Kejang tonik klonik selama 1 menit,
yang bisa saja setiap saat bisa terjadi
DO:
DO:
Kejang tonik selama 1 menit
5. DS: Ansietas
Orang tua pasien sangat khawatir karena
sebelumnya anaknya belum pernah
mengalami kejang
DO:
Orang tua tampak khawatir dan gelisah
6. DS: Hambatan Rasa Nyaman
DO:
1. Monitor pengelolaan
obat
2. Intruksikan pasien
mengenai pengobatan
dan efek samping
3. Memantau kepatuhan
pasien dalam
mengonsumsi
pengobatan anti
epileptik
4. Menginstruksikan
pada pasien untuk
memanggil jika
dirasa tanda akan
terjadinya kejang dan
menginstruksikan
keluarga atau SO
mengenai
pertolongan pertama
pada kejang
Batasan Karakteristik:
1. Gelisah
2. Sangat khawatir
3. Distress
4. Wajah tegang
5. Gangguan
konsentrasi
Faktor yang Berhubungan:
Stressor
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kejang demam adalah jenis kejang yang paling sering terjadi pada pasien
anak. Sebagian besar anak memiliki prognosis yang sangat baik dan hanya
sedikit yang mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Penatalaksanaan
terdiri dari pengendalian gejala dan pengobatan penyabab demam. Orang tua dan
pengasuh sering merasa tertekan dan ketakuatan setelah kejang demam terjadi
pada anak mereka sehingga perlu diberi informasi yang tepat tentang prognosis
yang bisa dilakukan untuk pengelolaan kejang demam pada anak serta dipandu
oleh professional kesehatan.
2. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat membantu pembaca dalam
mengetahui Konsep keperawatan bayi baru lahir dan asuhan keperawatan bayi
baru lahir dengan risiko tinggi. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan makalah saya selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
interventions classification (NIC) (6 ed.). Singapore: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-1 Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
classification (NOC) (5 ed.). Singapore: Elsevier.
Pusponegoro, H. D., Widodo, D. P., & Ismael, S. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta: UKK Neurologi.