Anda di halaman 1dari 4

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh
yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,
semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang
terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus.  Virus
kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring
dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang
tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.

KOMPLIKASI
1. Tuberkulosis

(TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.


Penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi paling sering menyerang paru.Pada
orang sehat, kuman TB dapat saja berada di dalam tubuh namun tidak menyebabkan
penyakit. Namun, berbeda pada penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki
sistem kekebalan tubuh rendah.

Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB, mereka berisiko sepuluh kali untuk
terkena penyakit TB, terutama pada penderita HIV/AIDS yang memiliki sel kekebalan
tubuh CD4 di bawah 200.

Terlebih lagi, terlepas dari jumlah sel CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti
sudah pada tahap HIV/AIDS. Di dunia, TB merupakan penyebab utama kematian
penderita HIV.

2. MAC (Mycobacterium Avium Complex)

MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman MAC sering
berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman MAC pada
tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, MAC tidak akan
memberikan masalah.
MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika HIV/AIDS sudah
mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi dapat menjadi serius seperti infeksi darah
atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.

3. Pneumocystis Pneumonia

 (PCP) adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan akumulasi cairan di
paru-paru. Penyebab PCP adalah infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar
melalui udara. Jamur ini sangat umum dan biasanya orang akan berhasil melawan
infeksi ini pada usia 3 atau 4 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat
mengendalikan infeksi ini.

Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit serius.
Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan jumlah CD4
di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.

4. (Cytomegalovirus)

adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang memberikan
penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10 orang memiliki virus ini pada
tubuh mereka saat berusia 40 tahun.

Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika
jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata, hidung, atau
mulut setelah kontak dengan air liur, sperma, cairan vagina, darah, urine, dan air susu
ibu penderita. Penderita dapat mengalami infeksi mata serius yang disebut retinitis dan
berujung pada kebutaan.

5. Infeksi oportunistik adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh
yang lemah, seperti pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi ini tidak menimbulkan
masalah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Biasanya infeksi
oportunistik baru menyerang penderita HIV ketika sudah menjadi HIV/AIDS atau sel
CD4 di bawah 200.

Hampir semua penyakit infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik,


seperti candidiasis, Cryptococcus neoformans, Herpes simplex, Toxoplasmosis, dan
lainnya. Pada wanita, lebih sering terjadi infeksi bakteri pneumonia dan herpes dan
dapat menimbulkan kanker pada sistem reproduksi

6. Lipodistrofi

Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam membuat,
menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga setengah penderita HIV
mengalami lipodistrofi.Angka kejadian makin meningkat akibat penggunaan obat HIV,
yaitu ART (antiretroviral therapy). Lipodistrofi pada penderita HIV lebih mungkin
terjadi pada penderita HIV yang parah dan sudah lama. Pada pria, lebih sering terjadi
kehilangan lemak (lipoartrofi) terutama pada tangan dan kaki, wajah, dan bokong. Pada
wanita, lebih sering terjadi penumpukan lemak (lipohipertofi) khususnya pada perut,
dada, serta belakang leher dan bahu. Penderita juga dapat mengalami pertumbuhan
lemak (tumor jinak) seperti lipoma.

7. Kanker

Penderita HIV/AIDS juga rentan menjadi kanker, terutama kanker Non-Hodgkin’s


lymphoma (NHL) dan Kaposi’s sarkoma (KS). NHL adalah kanker sel darah putih
limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar getah bening.

Sehingga sel kanker mudah menyebar ke organ lain seperti hati, tulang, otak, perut, dan
lainnya. Pasien HIV yang memiliki jumlah CD4 tinggi dan belum menjadi AIDS juga
dapat menderita kanker NHL.

KS adalah kanker dengan pembuluh darah kecil baru tumbuh di bawah kulit dan dalam
membran mulut, hidung, mata dan anus. Kanker ini dapat menyebar hingga ke paru-
paru, hati, perut, usus, dan kelenjar getah bening. Pria memiliki risiko delapan kali lebih
besar untuk terkena kanker KS.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau
perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
A. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
2) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
3) Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>
5) T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada
sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus
(HIV ) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
8) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
B. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
C. Tes Lainnya
a) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai