Faktor Pendorong Perubahan
Faktor Pendorong Perubahan
Semua organisasi menghadapi lingkungan yang dinamis dan berubah. Lingkungan eksternal
organisasi cenderung merupakan kekuatan yang mendorong untuk terjadinya perubahan. Di
sisi lain, bagi organisasi secara internal merasakan adanya kebutuhan akan perubahan. Oleh
karena itu, setiap organisasi menghadapi pilihan antara berubah atau mati tertekan oleh
kekuatan perubahan.
Di antara para pakar ada yang menyebut faktor pendorong perubahan ini sebagai kebutuhan
akan perubahan (Hussey, 2006; Kreitner dan Kinicki, 2001). Sementara itu, Robbins dan
Greenber dan Baron menyebutkan sebagai kekuatan untuk perubahan, Terminologi tersebut
mengandung makna bahwa kebutuhan akan perubahan lebih bersifat faktor internal
organisasi, sedangkan kekuatan untuk perubahan dapat bersumber dari faktor eksternal dan
internal.
Menurut Hussey ( 2006 ) terdapat enam faktor yang menjadi pendorong bagi kebutuhan akan
perubaan, yaitu sebagai berikut :
Sebagai akibat perubahan teknologi yang terus meningkat, kecepatan pernyusutan teknologi
menjadi semakin meningkat pula. Organisasi tidak dapat mengabaikan perkembangan yang
menguntungkan pesaingnya. Perkembangan baru mengakitbatkan perubahan keterampilan,
pekerjaan, struktur, dan sering kali juga budaya. Dengan demikian, sumber daya manusia
harus selalu mengikuti perkembangan teknologi, agar tidak tertinggal. Di dalam dunia yang
selalu berkembang, sumber daya manusia tidak boleh gagap teknologi.
Dalam dunia yang semakin terbuka, terjadi persaingan yang semakin tajam dengan cakupan
lintas negara. Banyak organisasi dipaksa mencapai standar kualitas dan biaya yang telah
dicapai oleh perintis industri. Apabila tidak dapat mengikuti standar tersebut, maka akan
kalah dalam bersaing. Lebih banyak industri bekerja di tingkat dunia sehingga tidak lagi
berpikir terisolasi dalam satu negara. Kekalahan dalam persaingan akan memaksa perusahaan
menutup usahanya atau melakukan merger atau dibeli oleh perusahaan lain.
c. Pelanggan semakin Banyak Tuntukan
Pelanggan tidak lagi mau menerima pelayanan yang jelek atau kualitas rendah. Untuk
menjadi organisasi yang kompetitif, perusahaan harus lebih cepat dalam merespons
kebutuhan pelangganm dan hal ini dapat berubah sepanjang waktu. Kita tidak dapat lagi
mengabaikan cara kebutuhan dan harapan pelanggan berubah. Manajer yang bijak akan selalu
berusaha bedara satu langkah di depan. Dengan demikian, organisasi secar periodik harus
mengubah cara berinteraksi dengan pelanggan, yang berarti berbeda dalam struktur, sistem,
budaya dan pelayanan. Perusahaan yang tidak mampu memberikan kepuasan kepada
pelanggan akan ditinggalkan. Pelanggan akan beralih kepada pesaing kita.
Komposisi kelompok penduduk tua dan muda berubah dengan akibat kekurangan
keterampilan. Perubahan sikap kelompok tua terharap kesempatan kerja, masalah motivasi
pada organisasi datar yang menyediakan sedikit peluang promosi, kecenderungan ini
menyimpan banyak hal yang dapat memengaruhi perubahan yang akan terjadi dalam
beberapa dekade ke depan. Perkembangan demografis akan sangat berpengaruh terhadap pola
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dunia usaha harus mampu menangkap
kencenderungan tersebut.
Kecenderungan yang terjadi dalam dunia bisnis adalah terjadinya privatisasi yang semakin
luas. Dengan privatisasi bisnis, monopoli yang dimiliki sekelompok masyarakat tertentu
menjadi hilang. Privatisasi merupakan kecenderungan baru dunia bisnis uang akan semakin
berkembang. Walaupun kepemilikikan tidak berubah, sistem baru dibangun untuk
menciptakan kompetisi dan tumbuhnya kekuatan pasar yang lebih besar lagi.
Pengaruh pasar uang pada tuntutan terhadap kinerja korporat menciptakan tekanan untuk
dilakukan perbaikan secara terus-menerus pada pertumbuhan kapital dan pendapatan
korporat. Perusahaan akan berada di bawah tekanan apabila kinerjanya di bawah harapan,
meskipun usahanya masih menguntungkan. Dalam situasi seperti ini, tekanan tidak hanya
datang dari keluhan pemegang saham, tetapi karena prestasinya rendam, dapat menjadi target
untuk diambil alih perusahaan lainnya.
2. Kekuatan Perubahan Greenberg dan Baron
Greenberg dan Baron (1997) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang merupakan
kekuatan di belakang kebutuhan akan perubahan. Mereka memisahkan antara perubahan
terencana dan perubahan tidak terencana. Perubahan terencana adalah aktivitas yang
dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan desainnya untuk memenuhi beberapa tujuan
organisasi. Sementara itu, perubahan tidak terencana merupakan pergeseran dalam aktivitas
organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar kontrol organisasi.
a. Perubahan Terencana
Kekuatan dalam perubahan terencana yang dihadapi organisasi oleh Greenberg dan Baron
(1997) disebutkan sebagai berikut :
Perubahan teknologi baru berlangsung secara cepat dan memengaruhi cara bekerja
orang- orang dalam organisasi. Teknologi baru diharapkan membuat organisasi
semakin kompetitif.
b. Perubahan Tidak Terencana
Sementara itu, perubahan tidak terencana menurut Greenberg dan Baron terjadi karena
adanya hal-hal berikut :
Tujuan organisasi yang menjadi ukuran kinerja tidak selalu dapat dicapai. Terjadi
kesenjangan antara yang diharapkan dan yang dapat dicapai. Kesenjangan yang terjadi
perlu direspons dengan berbagai tindakan perubahan
Persaingan global menuntut bisnis semakin efisien dan mampu menghasilkan produk
dan jasa lebih murah. Setiap perusahaan berusaha untuk mendapatkan market share
yang semakin besar.
Perubahan kondisi ekonomi dapat menyebabkan usaha bisnis merugi dan menciptakan
peluang terjadinya pengangguran. Perusahaan harus mampu menyusun strategi untuk
bertahan dan bahkan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri.
Robbins (2001) mengungkapkan adanya enam faktor yang merupakan kekuatan untuk
perubahan, yaitu sebagai berikut :
Hampir setiap organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bersifat
multikultural. Kebijaksanaan dan praktik sumber daya manusia harus berubah agar
dapat menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang semakin beragam. Organisasi
harus dapat mengakomodasi kepentingan pekerja sebagai akibat keberagaman tersebut.
Sementara itu, pekerja baru tidak mempunyai keterampilan cukup sehingga apabila
dilakukan rekrutmen, perusahaan harus mengeluarkan banyak dana untuk pelatihan
diperbagai bidang.
b. Technology
Gejolak dalam harga minyak maupun devaluasi yang dilakukan oleh suatu negara akan
berpengaruh luas pada beberapa negara lainnya. Pertarungan nilai tukar US Dolar
terhadap Yen Jepang akan berdampak pada perekonomian dunia.
d. Competition (Persaingan)
Sifat persaingan telah berubah menjadi bersifat global. Organisasi harus dapat
mempertahankan diri baik dari pesaing tradisional yang mengembangkan produk dan
jasa baru dan kecil, maupun perusahaan yang menampilkan kewirausahaan dengan
tawaran yang sangat inovatif.
Dalam suasana persaingan seperti itu akan terjadi merger dan konsolidasi dari beberapa
perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam persaingan, serta berkembangnya e-
commerce. Perusahaan yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
akan hancur digilas oleh persaingan.
Salah satu contoh social trends adalah terjadinya kecenderungan kelompok muda untuk
menunda perkawinanm dan banyaknya perkawinan yang berakhir dengan perceraian.
Di Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya pekerja wanita dengan segala
konsekuensinya.
Tindakan politik yang dilakukan oleh negara besar tidak lain merupakan usaha untuk
melindungi kepentingan negaranya sendiri, terutama kepentingan ekonomi.
Anderson (2006) mengemukakan bahwa terdapat tujuh faktor penggerak yang dapat
memengaruhi berlangsungnya perubahan. Empat penggerak pada umumnya sudah dikenal
oleh para pemimpin dan tiga penggerak lainnya relatih masih baru bagi mereka
Faktor penggerak bergerak dari faktor yang sifatnya eksternal dan impersonal seperti faktor
lingkungan, pasar dan organisasi, menuju pada faktor yang sifatnya internal dan personal
seperti pada faktor budaya dan orang.
Faktor penggerak tersebut yang mereka namakan sebagai The drivers change model,
menggambarkan bahwa perubahan dalam ranah eksternal, seperti pergeseran dalam
lingkungan atau pasar memerlukan respons atau perubahan dalam ranah yang lebih spesifikm
seperti strategi bisnis dan desain organisasi, yang pada gilirannya memerlukan perubahan
ranah manusia dalam budayam perilaku orang dan cara berpikir.
Pemimpin pada umumnya lebih akrab dengan ranah eksternal seperti lingkungan, pasar,
bisnis, dan organisasi, sedangkan ranah internal, budaya, perilaku, dan pola pikir yang sama
pentingnya merupakan masalah baru bagi kebanyakan pemimpin.
Apabila pemimpin tidak menaruh perhatian pada ranah internal dan mengandalkan pada
kekuatan perubahan yang biasa dipergunakan oleh ranah eksternal, usaha perubahan mereka
akan mengalami kegagalan.
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan dinamika konteks yang lebih luas di mana organisasi dan
orang. Faktor lingkungan ini termasuk; sosial, bisnis dan ekonomi, politik,
pemerintahan, teknologis, demografis, legal, dan lingkungan alam.
c. Desakan bisnis
Desakan bisnis menggambarkan apa yang harus dilakukan perusahaan secara strategis
untuk berhasil dengan memberikan kebutuhan pelanggan akan perubahan. Hal ini
memerlukan pemikiran ulang secara sistematis dan mengubah misi perusahaan, strategi,
tujuan, model bisnis, produk, jasa, harga dan merek.
d. Desakan organisasional
Desakan organisasional memperjelas apa yang harus berubah dalam struktur organisasi,
sistem, proses, teknologi, sumber daya, dasar keterampilan atau staffing untuk
melaksanakan dan mencapai sukses memenuhi desakan bisnis.
e. Desakan kultural
Desakan kultural menunjukan bagaimana norma bekerja dan kerja sama dalam
perusahaan harus berubah untuk mendukung dan mendorong desain baru organisasi,
operasi, dan strategi. Misalnya, budaya teamwork mungkin diperlukan untuk
mendukung proses reengineering bisnis untuk mendorong strategi perputaran waktu
yang lebih cepat dan meningkatkan kemampuan reaksi pelanggan.
Pola pikir meliputi pandangan, asumsi, keyakinan, atau mental model yang
menyebabkan orang berperilaku dan bertindak seperti dilakukan. Menjadi peduli bahwa
masing-masing mempunyai pola pikir, dan secara langsung mempengaruhi perilaku,
keputusan, tindakan, dan hasil dalam membangun kemampuan mentransformasi orang
dan organisasi.
Menurut pandangan mereka, pada dasarnya perubahan perlu dilakukan karena adanya
tekanan lingkungan dan organisasi. Tekanan lingkungan lebih merupakan faktor eksternal,
sedangkan organisasional lebih merupakan faktor internal pendorong perubahan.
Ian Palmer, Richard Dunford, dan Gib Akin (2009) mengemukakan adanya enam macam
tekanan lingkungan sebagai berikut.
1. Fashion Pressures
Tekanan seperti ini memaksa manajer menerima gagasan baru tanpa banyak penilaian
terhadap kritik akan perlunya perubahan dan tanpa mempunyai informasi jelas tentang
pengaruh perubahan pada kinerja.
2. Mandated Pressures
3. Geopolitical Pressures
Tekanan ini dapat berbentuk krisis mendadak atau penyelarasan geografis dalam jangka
panjang. Peristiwa 11 September 2001 yang menimpa World Trade Center di New
York Amerika Serikat mempunyai dampak mendadak dalam bisnis terutama
penerbangan dan yang sangat terkait dengannya. Integrasi pasar terjadi karena
runtuhnya tembok Berlin yang menyatukan jerman, atau pembentukan Pakta Uni
Eropa.
Menurunnya pasar untuk produk dan jasa menempatkan organisasi di bawah tekanan.
Hal ini pernah dialami Apple Computer di mana pangsa pasarnya merosot tajam. Apple
biasa bekerja dengan prinsip berjalan sendiri, sesuai dengan keyakinannya.
Pada akhirnya mereka berpikir ulang tentang bagaimana melakukan bisnis. Apple
menyadari bahwa mereka hidup dalam ekosistem dan memerlukan bantuan mitra lain.
Sebaliknya, Apple juga perlu membantu mitra lain. Sebagai hasilnya, dalam 10 tahun,
Apple berkembang menjadi 10 perusahaan teratas Fortune yang dikagumi.
5. Hypercometition Pressures
Dengan hypercompetition berarti tidak ada market leader dapat merasa puas dengan
kemenangan yang diperoleh. Organisasi dihadapi oleh perubahan global dalam
preferensi konsumen, hambatan industri, nilai-nilai sosial, dan demografis. Organisasi
dipaksa menyerahkan barang dan jasa lebih cepat, lebih menyesuaikan kepentingan
konsumen dan lebih fleksibel.
Gateway pada 1998 kalah bersaing dengan Dell, sebagai saingan langsungnya.
Perubahan organisasional besar dilakukan Gateway dengan merekrut 10 manajer
puncak dan mengubah cara menjalankan bisnis, termasuk nama, produk, aliansi, dan
strategi bisnis.
Reputasi didefinisikan sebagai reprensentasi kolektif dari tindakan dan hasil perusahaan
pada waktu yang lalu yang menjelaskan kemampuan perusahaan memberikan hasil
yang berharga kepada berbagai stakeholder, merupakan aset intangible penting
korporasi, dikorelasi positif dengan kinerja organisasional.
b. Tekanan Organisasional
Dalam situasi yang ekstrem, perubahan organisasional dirancang untuk memutar balik aliran
kas negatif dan menghindari kebangkrutan secara kematian organisasi. Terdapat lima
kekuatan potensial untuk perubahan internal organisasi. (Ian Palmer, Richard Dunford, dan
Gib Akin, 2009)
1. Growth Pressures
Organisasi yang lebih baru mungkin gagal untuk tumbuh karena manajernya tidak
berpengalaman dan melalui kekuranglenturan organisasi atau sumber daya untuk
menyerap keputusan bisnis buruk. Bagi perusahaan baru lain, tantangan pertumbuhan
adalah bagaimana memelihara perasaan kewirausahaan organisasi ketika tumbuh.
Pada waktu yang sama, perubahan memerlukan konsolidasi di antara bisnis yang
berbeda, termasuk sentralisasi. Perubahan lain termasuk standardisasi di seluruh
bisnis, riwayat merek lebih baik dan meningkatkan daya beli di seluruh jaringan.
3. Identity Pressures
Dalam suatu korporasi yang memiliki unit bisnis yang sama, mereka saling
berkompetisi dan pekerja kurang memiliki indentitas budaya korporasi dan nama
brand-nya. Service excellence adalah kandungan utama untuk mencapai kepuasan
konsumen dan ini berhubungan dengan pekerja.
Masuknya orang baru, CEO atau manajer, dapat dipakai sebagai tanda bahwa cara
lama perlu berubah. Rosabeth Moss Kanter berpendapat bahwa orang baru mendpata
sejumlah keuntungan dengan cara; 1. Mereka dapat menciptakan energi perubahan di
dalam organisasi; 2. Mereka tidak terhambat oleh ketaatan pada praktir organisasi
yang lalu; 3. Mereka dapat fokus pada masalah yang mungkin sudah diketahui tetapi
tidak dapat diungkapkan pada waktu yang lalu; dan 4. Mereka mungkin dapat
menangani masalah pelanggan dengan kredibilitas karena tidak ada hubungan dengan
masalah sebelumnya.
Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa pandangan para pakar tentang faktor
pendorong suatu perubahan sangat beragam, namun tidak saling bertentangan, tetapi
saling melengkapi. Hal tersebut menunjukan sangat luas dari kuatnya faktor yang
mendorong perlunya perubahan. Namun, yang jelas berbagai faktor pendorong
perubahan dapat datang dari sumber internal maupun eksternal, sedangkan sifatnya
dapat terencana maupun tidak terencana.
Dengan demikian, dapat dirangkum adanya beberapa faktor yang mendorong perlunya
melakukan perubahan, di antaranya; 1. Kuatnya tekanan politik; 2. Perkembangan
ekonomi; 3. Kebijakan pemerintah dan sistem administrasi; 4. Kecenderungan sosial;
5. Kecenderungan demografis; 6. Perkembangan teknologi yang semakin efisien; 7.
Kecenderungan organisasi dalam struktur dan skala; 8. Perkembangan pasar yang
semakin kompetitif; 9. Masalah sumber daya manusia pekerja dan manajer; 10.
Meningkatnya tuntutan pelanggan; 11. Tekanan lingkungan.
Dorongan akan perubahan tersebut harus direspons dengan tepat dan cerdik oleh
setiap organisasi. Pemimpin suatu organisasi memiliki peran kunci untuk menentukan
arah, kebijakan dan strategi yang harus ditempuh. Namun, untuk melakukan
perubahan memerlukan dukungan dan kerja sama dari seluruh sumber daya manusia
yang dimiliki.
Keadaan tersebut memberikan indikasi perlunya sumber daya manusia yang mampu
memahami arti pentingnya suatu perubahan, dan mampu untuk melakukan perubahan.
Sementara itu, Kreitner dan Kinicki (2001) memerhatikan bahwa kebutuhan akan perubahan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu external forces dan internal forces. Kekuatan eksternal
berasal dari luar luar organisasi, sedangkan kekuatan internal bersumber dari dalam
organisasi.
a. Kekuatan Eksternal
Unsur demografis antara lain adalah umur, pendidikan, tingkat keterampilan, gender, migrasi,
dan lain-lain. Di masa sekarang terdapat kecenderungan bahwa tenaga kerja semakin
beragam, dan terdapatnya bisni penting yang dapat mengelola keberagaman secara efektif.
Oleh karena itu, organisasi perlu mengelola keberagaman secara efektif jika menginginkan
untuk mendapatkan kontribusi dan komitmen maksimum dari pekerjanya.
Baik organisasi manufaktur maupun jasa semakin meningkat dalam menggunakan teknologi
sebagai alat untuk memperbaiki produktivitas dan market competitiveness. Sekarang ini
terjadi peningkatan manufacturing automation dan office automation. Robot dan komputer
banyak dipergunakan dalam manufaktur. Mereka yang tertinggal dalam teknologi akan
mengalami kesulitan dalam persaingan.
Para pakar percaya bahwa e-business akan terus menciptakan perubahan secara evolusi di
dalam organisasi di seluruh dunia. Organisasi didorong untuk bergabung dengan e-volution.
Oleh karena itu, organisasi harus belajar bagaimana menciptakan kerja sama yang saling
menguntungkan dengan organisasi lain (Win-win relationship) jika ingin survive dalam
dunia luas yang penuh dengan restrukturisasi, aliansi, dan partnership.
Tekanan sosial dan politik dapat tumbuh dari adanya perang, adanya nilai-nilai yang harus
dipertahankan, maupun tipologi kepemimpinan. Terkadang pengusaha kuat dapat
menyalurkan tekanannya melalui lembaga legislatif. Runtuhnya komunisme Rusia dan
tembok Berlin dapat memacu tumbuhnya kesempatan bisnis.
Meskipun sulit bagi organisasi memperkirakan perubahan dalam kekuatan politik, banyak
organisasi menyewa pelobi dan konsultan untuk membantu mendekteksi dan merespons
perubahan sosial dan politik.
b. Kekuatan Internal
Kekuatan internal datang dari dalam organisasi. Kekuatan ini mungkin sifatnya lebih lunak,
seperti rendahnya kepuasan kerja, atau dalam bentuk tanda seperti rendahnya produktivitas
dan konflik. Kekuatan internal untuk perubahan datang dari hal-hal berikut ini :
Masalah ini bisa timbul karena presepsi pekerja tentang bagaimana mereka diperlakukan di
tempat kerja dan kecocokan antara kebutuhan dan keinginan individual dan organisasi.
Ketidakpuasan pekerja terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan ketidakpuasan kerja.
Organisasi harus merespons masalah ini dengan menggunakan berbagai pendekatan dalam
desain perkerjaan, konflik peran, dan ambiguitas. Organisasi harus mampu merhargai dan
memberikan pengakuan kepada pekerja yang berprestasi. Sementara itu, prospek bersifat
positif dapat diperoleh dari partisipasi dan saran dari pekerja.
2. Managerial behavior/decisions (perilaku/keputusan Manajerial)
Konflik antara manajer dan bawahannya merupakan tanda bahwa perubahan diperlukan. Baik
manajer maupun pekerja mungkin perlu interpersonal training, atau sekadar dua orang
tersebut perlu dipisahkan.
Kekuatan untuk perubahan dapat datang dari adanya konflik, kepemimpinan yang jelek,
sistem penghargaan yang tidak adil, dan perlunya reorganisasi struktural.