Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI TEMPAT KERJA

A. HAZARD
Hazard atau bahaya adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian terhadap segala sesuatu
termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau
cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat
yang melekat dan menjadi bagian dari sutau zat, system, kondisi, atau peralatan.
Kesalahan pemahaman arti bahaya sering menimbulkan analisa yang kurang tepat
dalam melaksanakan program K3 karena sumber bahaya yang sebenarnya justru
tidak diperhatikan.
Bahaya dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan atau insiden baik yang
menyangkut manusia, property dan lingkungan. Risiko menggambarkan besarnya
kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya
keparahan yang dapat diakibatkanya

B. RISIKO
Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal. Risiko adalah
kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Semakin besar
potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin besar dampak yang
ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi. Dalam
aspek K3, risiko biasanya bersifat negative seperti cedera, kerusakan atau
gangguan operasi. Risiko yang bersifat negative harus dihindarkan atau ditekan
seminimal mungkin. Menurut OHSAS 18001, pengertian risiko K3 adalah
kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian bahaya atau paparan dengan
keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian
atau paparan tersebut. Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk
mengelola risiko yang ada dalam setiap kegiatan. Menurut standar AS/NZS 4360
tentang Standar Manajemen Risiko
C. MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komperhensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3
berkaitan dengan bahaya dan risiko yang harus dikelola di tempat kerja, dimana
diprediksi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sebaliknya, keberadaan
risiko dalam kegiatan perusahaan mendorong perlunya adanya upaya keselamatan
untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan demikian, risiko adalah
bagian tidak terpisahkan dengan manajemen K3 yang diibaratkan mata uang
dengan dua sisi. Dalam implementasi K3 manajemen risiko dimulai dengan
perencanaan yang baik yang meliputi, Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Dan
Penetapan Pengendalian Risiko disingkat dengan IBPRPB (Hazards identification,
Risk assessment, dan Determining Control_HIRADC). HIRADC inilah yang
menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan.

Gambar . Tatalaksana Manajemen Resiko

1. PERSIAPAN
Persiapan dilakukan dengan penetapan konteks parameter (baik parameter
internal maupun eksternal) yang akan diambil dalam kegiatan manajemen
risiko. Penetapan konteks proses menajemen risiko K3RS meliputi:
1) Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen
risiko yang terdiri dari karyawan, kontraktor dan pihak ketiga.
2) Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan
Kesehatan Kerja
3) Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun
emergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di
tempat kerja.
4) Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi manajemen
risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. IDENTIIFKASI RISIKO
Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama manajemen
risiko kesehatan di tempat kerja pada tahap ini dilakukan identifikasi
potensi bahaya kesehatan yang terpajan pada pekerja, pasien, pengantar
dan pengunjung yang meliputi :
1) Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.
2) Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside, bahan
pembersih lantai, desinfectan, clorine.
3) Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa,
kucing dan sebagainya.
4) Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling, mengangkat
beban.
5) Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan
bawahan, hubungan antar pekerja yang tidak harmonis.
6) Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong,
tersayat, tertusuk.
7) Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus
pendek kebakaran akibat listrik.
8) Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah
gas dan limbah cair.
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan
terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang
digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping
proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada
kasus terkait dengan bahan kimia, maka perlu dipelajari Material
Safety Data Sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang
digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif
yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan
bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika
ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat
mungkin berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga
menjadi kurang berbahaya. Sumber bahaya yang ada di RS harus
diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang
merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja
dan kecelakaan akibat kerja.

3. ANALISIS RISIKO
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan bahaya potensial menjadi nyata,
yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta
upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat
pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja,
higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat
meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Analisis risiko bertujuan untuk
mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada pekerja. Dalam
hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin
timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan
kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai
konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko
mengintegrasikan semua informasi tentang bahaya yang teridentifikasi
(efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran
intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan pekerja,
termasuk pengalaman kejadian kecelakaan atau penyakit akibat kerja
yang pernah terjadi. Analisis awal ditujukan untuk memberikan gambaran
seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada.
Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat
menimbulkan kerugian.
- Analisis risiko kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses
menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran yang
digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian Standard/New
Zealand Standard (AS/NZS 4360:2004. Skala pengukurannya sebagai
berikut:

Risk Grandig Matrix Analysis


Penilaian matriks resiko adalah suatu metode analisis kualitatif untuk
menentukan derajat resiko suatu insiden berdasarkan Dampak dan
Probabilitasnya.

a. Penilaian dampak klinis/ konsekuensi/severity


Tingkat Deskripsi Dampak
Resiko

1 Tidak Signifikan Tidak ada cedera

2 Minor a. Cedera ringan mis. Luka lecet


b. Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3 Moderat a. Cedera sedang mis. Luka robek
b. Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan
dengan penyakit.
c. Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Mayor a. Cedera luas / berat mis. Cacat, lumpuh
b. kehilangan fungsi motorik / sensorik / psikologis
atau intelektual ( irreversibel ), tidak berhubungan
dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit.

b. Penilaian probabilitas/ frekuensi


TINGKAT DESKRIPSI
RESIKO

1 Sangat jarang / Rare ( >5 thn/kali )

2 Jarang / Unlikely ( > 2-5 thn/kali)

3 Mungkin / Posible ( 1-2 thn/kali )

4 Sering / Likely ( Beberapa kali )

5 Sangat sering / almost certain ( tiap minggu / bulan )

Keterangan :
1. Penentuan SKOR RISIKO = Dampak x Probability
2. Menghitung SKOR RISIKO :
- Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
- Tetapkan dampak pada baris arah kanan
- Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan d
ampak
3. Menentukan PRIORITAS RISIKO :
- Berdasarkan Skor Risiko
- Jika pada asessmen risiko ditemukan dua insiden dengan hasil risiko yan
g nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya, dapat menggunakan
warna bands risiko:
a) Bands Biru : Rendah / Low Bands
b) Bands Hijau : Sedang / Moderate Bands
c) Kuning : Tinggi / High
d) Merah : Sangat tinggi / Extreme

c. Penentuan bands risiko


Matrix Grading Risiko
Probabilitas Tidak Minor Moderat Mayor Katastropik
Signifikan
1 2 3 4 5

Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim


terjadi
(Tiap
mgg/bln )
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( Bbrp kali /
thn )
4
Mungkin Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi
( 1-<2 kali /
thn )
3
Jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi
( >2-<5kali /
thn )
2
Sangat Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
jarang terjadi
( >5 th/ kali )
1
Keterangan :
warna Bands adalah hasil pertemuan antara nilai dan dampak yang diurut ke
bawah dan nilai probabilitas yang dirurut ke samping kanan

d. Penentuan tindakan sesuai dengan tingkat dan bands risiko


LEVEL / BANDS TINDAKAN

Ekstrim Resiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 30 hari

( sangat tinggi ) membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur,

High Resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 30 hari, kaji dengan
detil & perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top
( tinggi ) manajemen,
Moderate Resiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
minggu , manajer terkait sebaiknya menilai dampak terhadap
(sedang ) biaya dan kelola resiko

Low Resiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1


minggu diselesaikan dengan prosedur
( rendah )

- Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric


probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan
proyek

4. EVALUASI RISIKO
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung
pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Pada
tahapan ini, tingkat risiko yang telah diukur pada tahapan sebelumnya
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, metode
pengendalian yang telah diterapkan dalam menghilangkan/meminimalkan
risiko dinilai kembali, apakah telah bekerja secara efektif seperti yang
diharapkan. Dalam tahapan ini juga diperlukan untuk membuat keputusan
apakah perlu untuk menerapkan metode pengendalian tambahan untuk
mencapai standard atau tingkat risiko yang dapat diterima. Sebuah
program evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen sebagai
berikut:
1) Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene
industri
2) Wawancara nonformal dengan pekerja
3) Pemeriksaan kesehatan
4) Pengukuran pada area lingkungan kerja
5) Pengukuran sampel personal

5. PENGENDALIAN RISIKO
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu:
1) Menghilangkan bahaya (eliminasi)
2) Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi)
3) Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
4) Pengendalian secara administrasi
5) Alat Pelindung Diri (APD).

6. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI


Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada setiap
langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Sangat penting
untuk mengembangkan rencana komunikasi, baik kepada kontributor
internal maupun eksternal sejak tahapan awal proses pengelolaan risiko.
Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya dialog dua arah diantara
pihak yang berperan didalam proses pengelolaan risiko dengan fokus
terhadap perkembangan kegiatan. Komunikasi internal dan eksternal yang
efektif penting untuk meyakinkan pihak pengelolaan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Persepsi risiko dapat bervariasi karena adanya
perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu-isu, dan fokus perhatian
kontributor dalam hal hubungan risiko dan isu yang dibicarakan.
Kontributor membuat keputusan tentang risiko yang dapat diterima
berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko. Karena kontributor
sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan maka sangat penting
bagaimana persepsi mereka tentang risiko sama halnya dengan persepsi
keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan
pengelolaan risiko.

7. PEMANTAUAN DAN TELAAH ULANG


Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-
perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah
ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh
proses manajemen risiko dengan optimal.
Daftar pustaka
1. Indonesia IB. Manajemen Risiko 1. Gramedia Pustaka Utama; 2015
Sep 2.
2. Sawitri MR, Mulyono M. ANALISIS RISIKO PADA PEKERJAAN
DOKTER GIGI DI KABUPATEN DAN KOTA PROBOLINGGO.
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 2019 Mar
26;8(1):29-37.
3. Pelatihan SMK3 Konstruksi. Modul IV: Manajemen Resiko. 2016
4. Agung Wahyudi B. Modul K3: Manajemen Resiko. 2016

Anda mungkin juga menyukai