USULAN PENELITIAN
OLEH
SETYO WIDODO
NIM : P2A016004
USULAN PENELITIAN
OLEH
SETYO WIDODO
NIM : P2A016004
USULAN PENELITIAN
OLEH
SETYO WIDODO
NIM : P2A016004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Prof. Dr. Muhammad Fauzan, SH.,M.Hum Prof. Dr. Imam Santosa, M.Si
NIP. 19650520 199003 1003 NIP. 19611001 198803 1 001
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan...............................................................................................
.................................................................................................................................
iii
Daftar Tabel ............................................................................................................ v
Daftar Gambar ........................................................................................................
.................................................................................................................................
vi
Daftar Lampiran .....................................................................................................
.................................................................................................................................
vii
I. Pendahuluan .................................................................................................... 1
II. Telaah Pustaka ................................................................................................. 6
III. Metode Penelitian ............................................................................................
..........................................................................................................................
15
IV. Daftar Referensi ..............................................................................................
..........................................................................................................................
27
V. Lampiran .........................................................................................................
..........................................................................................................................
30
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Kriteria udara bersih dan udara tercemar......................................... 7
3.1. Distribusi sampel.............................................................................. 17
3.2. Definisi operasional.......................................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Teori..................................................................... 14
3.1. Peta Lokasi Penelitian.......................................................... 19
3.2. Diagram Alir Penelitian........................................................ 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Penjelasan............................................................... 30
2. Lembar Persetujuan ............................................................. 33
3. Kuesioner Penelitian............................................................. 34
4. Lembar Checklist................................................................. 36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pesat di Indonesia. Salah satu daerah yang mempunyai industri batu bata yang
cukup banyak yakni Kabupaten Banjarnegara. Menurut data dari Badan Pusat
pembuat batu bata dengan jumlah pekerja sebanyak 2.704 orang. Keberadaan
industri ini tentu saja memberikan dampak positif dan negatif. Dampak
positif dari industri batu bata yakni dapat memberikan lapangan pekerjaan,
adanya masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan dari pengolahan batu bata
dengan temperatur yang tinggi inilah yang dapat menurunkan kualitas udara
banyak buangan dari pembakaran batu bata yang berupa kayu bakar dan
sekam padi. Pencemaran udara yang berasal dari pembakaran batu bata
(CO), dan partikel debu yang cukup tinggi. Proses pembakaran batu bata
dengan sekam padi berlangsung sekitar 3-7 hari dan pekerja selalu menunggu
dapat meningkatkan risiko para pekerja pembuat batu bata untuk mengalami
Salah satu penularan ISPA yaitu melalui udara yang tercemar dan
melalui udara yaitu ISPA di Indonesia sebesar 25% (Kemenkes RI, 2013),
Selain risiko pencemaran udara, faktor risiko lain dari penyakit ISPA
udara), faktor pejamu (usia, status gizi dan kebiasaan merokok) serta
Pelindung Diri (APD) berupa masker pada saat pembakaran sehingga abu
sekam padi yang berasal dari proses pembakaran terhirup oleh pekerja batu
bata yang terus menerus dan dapat menimbulkan sesak napas, pedih dimata,
kemungkinan faktor risiko akibat pengolahan batu bata menarik untuk diteliti
partikel debu, suhu, kelembaban, angka kuman, kadar Belerang Oksida (SO2),
Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO 2), Karbon Dioksida (CO2),
Hidro Karbon (HC), perilaku pekerja batu bata dan faktor penentu kejadian
ISPA pada pekerja pembuat batu bata. Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul usulan
penelitian “Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
solusi dalam usaha promotif dan preventif terhadap kejadian ISPA yang
B. Perumusan Masalah
lingkungan dan perilaku pekerja perlu diteliti lebih lanjut untuk mencegah
terjadinya masalah ISPA pada pekerja pembuat batu bata. Berdasarkan faktor
risiko apa sajakah yang mempengaruhi kejadian ISPA Pada Pekerja Pembuat
C. Tujuan Penelitian
partikel debu, suhu, kelembaban, asap (SO2, CO, NO2, CO2, HC) dan
D. Manfaat Penelitian
4. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan menambah
lain.
salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung
rongga telinga tengah dan pleura (Kemenkes RI, 2011). Adapun gejala ISPA
meliputi demam, batuk, dan juga sering nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak
napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007). Beberapa sumber lain
tersumbat, sesak, napas berbunyi seperti mengorok dan berlangsung selama ≥14
hari atau 2 minggu (Dewi, Y.P, 2015 dan Basri, K.S dan Erniatin S, 2015). Cara
penularan penyakit ISPA melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya dan
Diagnosis penyakit ISPA didasarkan pada satu atau lebih tanda gangguan
pernapasan dan pemeriksaan fisik oleh tenaga medis. Diagnosis ISPA dilakukan
dengan menghitung napas selama 1 menit (nilai normal adalah lebih dari 16
pemeriksaan tenggorokan dan tonsil, pemantauan faring untuk melihat ada atau
tidak adanya flika merah, granul, dan skret (Yusnabeti, et.al, 2010). Pengukuran
dengan menggunakan alat flow meter juga dilakukan sebagai data pendukung
meliputi pencemaran udara (asap rokok, polusi udara akibat hasil industri dan
asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang
tingi). Faktor individu seperti umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan juga
penggunaan bahan bakar kayu atau arang dan asap, selain itu ditentukan oleh suhu
kelembaban, dan debu atau polutan (Hastriananda, A, 2013). Hal tersebut juga
dijelaskan oleh Wardhana, W.A, (2004) bahwa salah satu dampak penting akibat
Nitrogen Oksida (NO2), Belerang Oksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Hidro
Karbon (HC) dan Partikel debu (Particulate) yang dihasilkan dari proses
partikel debu kasar jika diameternya 10 mikron, partikel debu, uap, dan asap jika
diameternya antara 1-10 mikron dan aerosol jika diameternya < 1 mikron
(Mukono, H.J, 2008). Konsentrasi debu yang tidak memenuhi syarat berisiko
(Yusnabeti et.al, 2010, Sholikhah, A.M dan Sudarmaji, 2015, Basri, K.S dan
karena baku mutu debu di lingkungan industri adalah 10 g/m 3 . Konsentrasi debu
yang tinggi berhubungan dengan ISPA karena partikel debu terdiri dari partikel
komplek berukuran 0,1 m-10 m, mencakup semua ukuran virus (0,1 m-1 m)
dan bakteri (0,5 m-5 m). Patogen tersebut dapat berpindah karena melayang
bebas di udara.
Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung
diudara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia dapat
ISPA dapat ditularkan melalui udara (Yunita, 2015). Udara bukan merupakan
habitat jasad renik, sel-sel jasad renik terdapat dalam udara sebagai kontaminan
atau spora jamur yang tersebar di udara, kuman pathogen tersebar di udara melalui
butiran-butiran debu atau melalui residu tetesan air ludah yang kering.
Sp, Clostridium Sp, M. Tuberculosa. Polutan kasat mata seperti bakteri dan
kapang dapat menjadi sumber infeksi bagi pekerja yang beraktivitas di ruangan
kurang dari 700 koloni/m3 udara serta bebas kuman patogen (Kepmenkes RI,
2002)
Selain debu dan mikroorganisme di udara, hasil penelitian lain bahwa faktor
risiko kualitas udara juga berkaitan dengan gangguan ISPA. Beberapa penelitian
tentang kualitas udara (Yusnabeti, et.al, 2010, Putra, B.H dan Afriani, R, 2017,
dan Lantong, J.F, et.al, 2017) bahwa suhu udara di tempat kerja juga berhubungan
dengan kejadian ISPA. Hal ini karena suhu udara yang rendah dapat menangkap
polutan yang ada di atmosfir sehingga tidak menyebar karena peningkatan suhu
dapat mempercepat reaksi kimia perubahan polutan udara. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Yusnabeti, et.al (2010) di Depok dihasilkan bahwa suhu udara
tempat kerja rata-rata sebesar 31,8C, hal ini termasuk tinggi karena suhu udara
bertahan lebih lama di udara dan terhirup oleh pekerja lebih besar sehingga
2015, Yusnabeti, et.al, 2010). Hasil penelitian oleh Yusnabeti, et.al, (2010)
kelembaban ditempat kerja 70,4% yang berarti tidak memenuhi syarat karena
partikel debu yang menyebabkan konsentrasi debu tidak menyebar secara merata
apalalagi kondisi tempat kerja yang setengah terbuka menimbulkan gerakan angin
yang cukup tinggi. Baku mutu kecepatan angin berkisar 0,15 m/s - 0,25 m/s
Dewi, Y.P, 2015 dan Lantong, J.F et.al, 2017). Penelitian oleh Putra, B.H, dan
masker akan mengalami gejala ISPA lebih tinggi dibandingkan responden yang
melindungi pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi di
tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan. Masker untuk
Pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan dan faktor risiko dari kegiatan
salah satu ukuran dan indikator dari perilaku kesehatan. Pekerja yang pengetahuan
rendah memiliki risiko mengalami gejala ISPA 4.333 kali jika dibandingkan
pengetahuan tinggi tentang penyakit ISPA akan tetapi tidak mengetahui apa
dampak kesehatan secara spesifik jika debu terakumulasi secara terus menerus
pekerja melakukan perilaku, sikap dan tindakan pencegahan terhadap dampak dari
proses atau kegiatan industri batu bata (Putra, B.H, dan Afriani, R, 2017).
merokok dari para pekerja dapat meningkatkan jumlah polutan udara yang masuk
kedalam tubuh terutama pada perokok aktif maupun perokok pasif sehingga dapat
menimbulkan berbagai gangguan sistem pernapasan seperti infeksi pernapasan.
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA
pada pekerja. Pekerja yang tidak merokok ada juga yang terkena ISPA, hal ini
karena asap rokok yang dihasilkan oleh perokok aktif dapat menyebabkan toksik
pada orang disekitarnya. Kebiasaan merokok oleh para pekerja dilakukan sebelum
mereka bekerja dan saat bekerja. Pekerja sulit menghilangkan kebiasaan merokok
dampak dari asap pembakaran dan debu batu bata tidak mereka rasakan.
bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2009). Hasil
penelitian Putra, B.H, dan Afriani, R, (2017) di Bukit Tinggi bahwa pekerja
dengan masa kerja lama (≥5 tahun) akan mengalami gejala ISPA dibandingkan
dengan pekerja dengan masa kerja baru (≤5 tahun). Masa kerja lebih dari lima
tahun memiliki risiko terkena ISPA lebih tinggi karena pekerja akan terpapar oleh
cemaran kimia asap dan debu sejak pertama kali masuk kerja. Semakin lama
pekerja bekerja maka semakin banyak jumlah partikel debu yang mengendap di
yang terpapar debu secara kontinyu pada umur 15-25 tahun akan terjadi
penurunan kemampuan kerja. Usia 25-35 tahun timbul batuk produktif dan
penurunan VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik). Umur 45-55 tahun terjadi
sesak dan hipoksemia, usia 55-65 tahun terjadi cor pulmonal sampai kegagalan
yang memiliki bahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya
sama sekali, memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja agar
agar dapat diketahui apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai
ambang batas yang diperkenankan. Penggunaan masker adalah upaya agar pekerja
C. Kerangka Teori
Aktivitas pembuatan
batu bata
Kejadian ISPA
Upaya Pencegahan
Kejadian ISPA
1. Obyek Penelitian
Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas udara dan
2. Bahan Penelitian
plastik.
3. Peralatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Juli
2018 di lokasi pembuatan batu bata yang terletak di tiga Desa yaitu
Kabupaten Banjarnegara.
B. Rancangan Penelitian
individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat. Faktor risiko dan
dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama, diobservasi hanya satu
kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status
Populasi dari penelitian ini adalah pekerja pembuat batu bata sebanyak
berikut :
n = N (3-1)
1+ N.e 2
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal
N : Populasi
2
e : Error margin/batas toleransi kesalahan (5% atau 0,05)
atau nilai presisi 95%
n : Jumlah pekerja batu bata di desa yang akan dihitung X sampel populasi
Jumlah pekerja batu bata dari populasi total
distribusi sampel.
consent (pada lampiran 1). Kriteria eksklusi adalah pekerja pembuat batu bata
yang menderita penyakit tuberkulosis paru dan menderita penyakit asma tidak
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung pada saat
penelitian yaitu parameter kualitas udara yang diukur di setiap lokasi area
batu bata dilakukan pemeriksaan oleh tenaga medis dengan cara pemeriksaan
terhadap gejala ISPA seperti batuk, pilek, napas sesak maupun pemeriksaan
jumlah industri batu bata dan peta lokasi penelitian. Data kesehatan diperoleh
PETA LOKASI
PENELITIAN
1 Desa Panggisari
1
2 Desa Blimbing
3 Desa Purwasaba
2
Lokasi pengukuran
kualitas udara
3
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
(Sumber : Badan Statistik Kabupaten Banjarnegara, 2017).
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kejadian ISPA yang dideteksi pada
pekerja pembuat batu bata. Variabel bebas yang diteliti yaitu partikel debu,
Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi gejala ISPA pada
masa kerja. Parameter faktor risiko kualitas udara pada lokasi pembuat batu
bata yang meliputi partikel debu, suhu, kelembaban, asap (kadar SO 2, kadar
CO, kadar NO2, kadar CO2, kadar HC) dan angka kuman.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel Penelitian
F. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
menderita. Salah satu atau lebih gejala ISPA seperti pernapasan cepat,
partikel debu.
b. Suhu Udara
c. Kelembaban
suhu basah. Kelembaban didapat dari selisih suhu kering dan suhu
basah.
maksimum.
Semarang.
f. Angka Kuman
alat pelindung diri berupa masker dan masa kerja (kuesioner dan cheklist
G. Analisis Data
masing-masing.
pembuat batu bata terhadap kejadian ISPA. Hubungan faktor risiko dan
square.
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana
A. Hasil Penelitian
1. Kualitas udara (SO2, CO, NO2, CO2, HC) dan angka kuman
Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2018
DAFTAR REFERENSI
Anies, 2005. Penyakit akibat kerja “Berbagai penyakit akibat lingkungan kerja
dan upaya penanggulangannya. Elex Media Komputindo: Jakarta
Dewi Y.P, 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Fungsi Paru Pada
Pekerja Pembuat Batu Bata di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan
Pedurungan Semarang. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasaar, Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013.
Lantong, J.F, Asfian, P, dan Erawan, P.E.M. 2017. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian ISPA Pada Pekerja Penggilingan Padi Di Desa
Wononggere Kecamatan Polinggona Kabupaten Kolaka, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo. ISSN:250-731X,
Vol.2/NO.6/Mei 2017
Mukono H.J, 2008. Pencemaran Udara Dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan
Saluran Pernapasan. Surabaya : Airlangga University Press, 2008. ISBN
979-8990-07-2
Putra, B.H dan Afriani, R. 2017. Kajian Hubungan Masa Kerja, Pengetahuan,
Kebiasaan Merokok, Dan Penggunaan Masker Dengan Gejala Penyakit
ISPA Pada Pekerja Pabrik Batu Bata Manggis Gantiang Bukit Tinggi. Prodi
Kesehatan Masyarakat, STIKes Fort De Kock, Bukit Tinggi. 2 (2), pp. 48-54
Purnomo, A, dan Anwar T, 2015. Pajanan Debu Kayu (PM10) Terhadap Gejala
Penyakit Saluran Pernapasan Pada Pekerja Meubel Sektor Informal. Juru
Kesehatan Lingkungan, Poltekes Kemenkes Pontianak.
Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, CV, ISBN 978-
979-8433-10-8
WHO, 2012. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cederung menjadi
epidemi dan pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia, Jenewa
Yunita, 2015. Pemeriksaan Angka Kuman Udara Pada Ruang Perinatologi
Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
Yusnabeti, Wulandari R.A dan Luciana R, 2010. PM10 dan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Pekerja Industri Mebel, Balai Besar Laboratorium,
Depkes RI, Jakarta
Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Pekerja
Saya mengajak Anda untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini
a. Kesukarelaan
paksaan. Anda dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini dan dapat
berpartisipasi. Tidak ada sanksi apa pun ketika Anda menolak maupun
mengundurkan diri.
b. Prosedur Penelitian
bata. Mengisi kuesioner melalui wawancara antara saya sebagai peneliti dan
dilakukan secara jujur apa yang terkait dengan pertanyaan yang diajukan
Tidak ada risiko dan efek samping terhadap tubuh anda dari penelitian.
e. Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan
penanganan penyakit ISPA dan masyarakat akan lebih mengetahui faktor apa
saja yang mempengaruhi kejadian ISPA pada pekerja Pembuat batu bata.
f. Kerahasiaan
Kompensasi atau ganti rugi dalam penelitian ini tersedia dalam bentuk
bingkisan.
h. Informasi Tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Siwi Pramatama M.W, S.Si, M.Kes, Ph.D
sebagai dosen pembimbing 1 dan Dr. Agatha Sih Piranti, M.Sc sebagai
pembimbing II.
Setyo Widodo
Umur : .....................................................
Dengan ini menyetujui isi dari lembar penjelasan untuk subjek penelitian
dan bersedia menjadi subjek atau responden penelitian. Saya bersedia mengikuti
seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh Setyo Widodo sampai dengan
selesai.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
Banjarnegara,
Hormat saya,
Responden
...................
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA PEMBUAT
BATU BATA DI KECAMATAN MANDIRAJA
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2018
IDENTITAS RESPONDEN
A. BIODATA
No. Responden : ..............................................................
Nama Responden : ..............................................................
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur : ...............................................................
Alamat Responden : ..............................................................
Alamat industri batu bata : ..............................................................
Masa Kerja : 1. ≤5 Tahun 2. ≥5 Tahun
Tingkat Pendidikan : 1. Tidak/belum pernah sekolah.
2. Tidak/belum pernah tamat SD
3. Pendidikan Dasar (SD/MI, SMP/Mts atau
sederajat)
4. Pendidikan Menengah (SMA/MA, MAK
atau sederajat)
5. Perguruan Tinggi
Kejadian ISPA : 1. ISPA (57%) 2. Tidak ISPA
Penggunaan APD (Masker) : 1. Memakai APD 2. Tidak memakai APD
Kebiasaan merokok : 1. Merokok 2. Tidak merokok
CHECKLIST
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA PEMBUAT
BATU BATA DI KECAMATAN MANDIRAJA
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2018
Standar Memenuhi
Hasil
No Parameter yang diukur nilai baku syarat
Pengukuran
mutu Ya Tidak
1 Pengukuran konsentrasi debu
2 Pengukuran suhu
3 Pengukuran kelembaban
4 Pengukuran kecepatan angin
dan arah angin
5 Pengukuran Belerang Oksida
(SO2)
6 Pengukuran Karbon
Monoksida (CO)
7 Pengukuran Nitrogen Oksida
(NO2)
8 Pengukuran Karbon Dioksida
(CO2)
9 Pengukuran Hidro Karbon
(HC)
10 Pengukuran angka kuman
udara
Keterangan :
: ya/ada
- : tidak/tidak ada