Anda di halaman 1dari 37

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. F.K.D

Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Alamat : Amak Khasim 3-O/14 RT03 RW06, Sidorukun, Gresik

Masuk RS : 21/12/2019

1.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama

Perdarahan

Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien hamil ke-III, usia kehamilan 8bulan, mengeluh perdarahan

pervaginam sejak dini hari jam 03.00 (21/12/19) disertai kenceng-kenceng

sejak kemarin malam (20/12/19). Darah yang keluar banyak dan bergumpal,

sebelumnya pernah perdarahan seperti ini saat usia kehamilan 7bulan

(±2minggu yang lalu) sampai MRS di RS Semen Gresik selama 3-4 hari,

dikatakan oleh dokter plasenta berada dibawah menutupi jalan lahir janin,

pasien juga mengatakan telah mendapatkan pematangan paru janin di RS

Semen Gresik. Pada tgl 18/12/19 pasien mengalami perdarahan kembali dan

dibawa ke UGD RS Semen Gresik akan tetapi hanya mendapatkan injeksi

untuk menghentikan perdarahan dan rawat jalan. Sehingga pada saat hari ini

pasien mengalami perdarahan kembali langsung dibawa ke IGD RS Ibnu Sina


1
untuk penanganan lebih lanjut. Darah (+), lendir (-), Nyeri (-), sesak (+),

pusing (+), mual (-), muntah (-).

 HPHT : 04 – 05 - 2019

TP USG: 11 - 02 - 2020

 ANC : RS Semen Gresik

USG : RS Semen Gresik

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat hipertensi disangkal

 Riwayat Diabetes melitus disangkal

 Riwayat asma disangkal

Riwayat Operasi

 Tidak ada

Riwayat Alergi

 Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal

Riwayat Pernikahan

 Satu kali menikah

 Riwayat Haid

Menarche : 14th

HPHT : 04 – 05 - 2019

2
Riwayat Kehamilan & Persalinan yang lalu

Hami suam Cara Tempat Asi Masa Kontrasepsi Riwayat anak


L/ BB TB Usia
l ke- i ke- persalinan Persalina Eksklusi nifas yang
P
n f dipakai
I 1 Spontan Dibidan + + - ♂ 3200 - 4th

gram
II 1 Spontan Dibidan + + Suntik 1bln ♂ 3400 - 2th

gram
III 1 Hamil

Ini

1.3 PEMERIKSAAN FISIK UMUM


KU : Lemah
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 97/53 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 35,7 ˚C
BB : 56 kg
TB : 150 cm

Status generalis
Kepala :
:Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-)
Leher :
pembesaran KGB (-) pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thoraks :
 I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
 P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
3
 P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas
paru-hepar SIC VI linea midclaviculadextra, batas jantung
dalam batas normal.
 A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing
Bunyijantung I/II murni Reguler
Jantung :S I dan II regular (+), murmur (-), gallop (-)

Payudara : simetris, puting susu menonjol (+)

Abdomen:
 I : Tampak cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
 A : Peristaltik (+) kesan normal
 P : timpani
 P : Nyeri tekan pada perut bagian bawah(-)
 Vagina: Darah (+), lendir (-), flour albus (-) penyakit kelamin (-),
varices (-)

Ekstremitas :akral hangat (-/-), CRT < 2 detik (+/+), oedema (-/-)

1.4 STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan luar
 I : Tampak cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
 P:
TFU = 26cm, His (+)
Leopold I : teraba bulat keras (presentasi kepala)
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : bagian terendah teraba lunak (presentasi bokong)
Leopold IV : bagian terendah belum masuk PAP
 A : DJJ (+) : 154x/menit positif teratur
 Pemeriksaan VT : VT tidak dilakukan

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

4
 USG : RS Semen Gresik (18/12/19), T/H, letak sungsang, 32/33mgg, TBJ :
1900gram, plasenta di SBR menutup OUI total.
 HEMATOLOGI
Laboratorium (21 Desember 2019)
Nama Metode Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin Flowcytometri 7,3 11,4 g % - 15,1 g %
Leukosit Flowcytometri 11.300 4500 - 11000
LED WesternGreen - 0 - 20
Hitung Jenis Slide 0/0/0/62/31/7 1 – 2/0-1/3-5/40-50/20-
40/48
PCV/Hematokrit Flowcytometri 26 37 - 47 %
Trombosit Flowcytometri 266.000 150000 - 450000
MCV Flowcytometri 81 80 - 94
MCH Flowcytometri 25 26 - 32
MCHC Flowcytometri 31 32 - 36
Golongan Darah Aglutinasi “ O” -
GULA DARAH
Gula Darah Acak GOD – PAP 128 < 200 g%
FAAL
HEMOSTASIS
PT Koagulasi 11.0 INR 0.80 11-15 detik INR 1,0-1,4
APTT Koagulasi 21.0 25-35 detik
FUNGSI GINJAL
BUN Enzimatik Kinetik 13.6 8-18 g%
Serum Creatinin Jaffe 0.78 P.Dewasa 0.45-0.75 g%
ELEKTROLIT
(CT)/CARETIUM
Natrium (Na) ISE 138 135-147 mmol/L
Kalium (K) ISE 3.4 3.5-5.0 mmol/L
Chloride (Cl) ISE 109 95-105 mmol/L
IMUNOLOGI

5
HBs Ag (stick) Chromatographic Negatif Negatif
Anti HIV Tes Chromatographic Non - reaktif
SD HIV Chromatographic Non reaktif Non reaktif
Fokus HIV - -
VIKIA - -
Kesimpulan - Non reaktif belum -
tentu hasilnya
negative.
Mungkin klien
sedang masa
jendela dari
infeksi HIV.

ASSESSMENT
Ibu : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia

1.5 RENCANA
Rencana Tindakan : -inf. RL 2fl

: - transfusi WB 2bag

: - inj bricasma 2 ampul 12tpm

1.6 FOLLOW UP
Hari dan tanggal SOAP Intruksi PPA
Minggu S : Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
22-12-2019 mulai sedikit dan kenceng- terapeutik pada
08:30 kenceng jarang. Gerakan janin pasien dan
pada kehamilan yang sekarang keluarga pasien,
jauh lebih aktif dibandingkan 2. Jelaskan kepada
kedua kehamilan sebelumnya. pasien tindakan
O :KU : Lemah, TD : 94/51, S/N: yang akan

6
36,0˚C/80x/menit, Djj (+): dilakukan
147x/menit, TFU : 26cm, HIS (+) 3. Obs TTV & DJJ
jarang. 4. Jelaskan tentang
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + hasil
APB (PPT) + PPI + Syok pemeriksaan,
Hipovolemik + Letsu + Anemia 5. KIE ke pasien
Masalah : - Nutrisi
Lemah - Istirahat yang
Perdarahan cukup
Anemis - Personal
Resiko partus premature hygine.
P: setelah dilakukan askeb 1x24 6. Kolaborasi
jam diharapkan masalah teratasi dengan tim
dengan kriteria: medis terapi dr.
- TTV & DJJ dalam batas Santi:
normal - Inf drip
- Hb normal Bricasma
- Tidak ada tanda-tanda 2amp 12tpm
inpartu. - Tranfusi WB
- Kehamilan dapat 2bag
dipertahankan. - Loading RL
2fl
Senin S : Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
23-12-2019 mulai sedikit dan sudah tidak terapeutik pada
09:15 kenceng-kenceng. pasien dan
O :KU : Lemah, TD : 100/68, keluarga pasien,
S/N: 36,5˚C/81x/menit, Djj (+): 2. Jelaskan kepada
152x/menit, TFU : 26cm, HIS (-), pasien tindakan
Hb :8,9 g% (post transfusi 4bag). yang akan
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + dilakukan
APB (PPT) + PPI + Syok 3. Obs TTV & DJJ
Hipovolemik + Letsu + Anemia 4. Jelaskan tentang
Masalah : hasil
Lemah pemeriksaan,

7
Perdarahan 5. KIE ke pasien
Anemis - Nutrisi
Resiko partus premature - Istirahat yang
P: setelah dilakukan askeb 1x24 cukup
jam diharapkan masalah teratasi - Personal
dengan kriteria: hygine.
- TTV & DJJ dalam batas 6. Kolaborasi
normal dengan tim
- Hb normal medis terapi dr.
- Tidak ada tanda-tanda Santi:
inpartu. - Inf drip
Kehamilan dapat dipertahankan. Bricasma
2amp 12tpm
- Tranfusi WB
2bag
- Inf. HES
1kolf
Selasa S : Pasien mengatakan perdarahan - Intervensi
24-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak dilanjutkan
11:00 kenceng-kenceng.
O :KU : Lemah, TD : 103/65,
S/N: 36,5˚C/78x/menit, Djj (+):
148x/menit, TFU : 26cm, HIS (-).
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
Lemah
Anemis
Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan masalah teratasi
dengan kriteria:
- TTV & DJJ dalam batas

8
normal
- Hb normal
- Perdarahan tidak terulang.
Kehamilan dapat dipertahankan.
Rabu S: Pasien mengatakan perdarahan - Intervensi
25-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak dilanjutkan
10:00 kenceng-kenceng.
O :KU : Cukup, TD : 112/81, S/N:
36,5˚C/88x/menit, Djj (+):
154x/menit, TFU : 26cm, HIS (-).
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan :
- TTV & DJJ dalam batas
normal
- Hb normal
- Perdarahan tidak terulang.
Kehamilan dapat dipertahankan.
Kamis S: Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
26-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak terapeutik pada
08:00 kenceng-kenceng. pasien dan
O :KU : Cukup, TD : 113/79, S/N: keluarga pasien,
36,5˚C/78x/menit, Djj (+): 2. Jelaskan kepada
149x/menit, TFU : 26cm, HIS (-), pasien tindakan
Hb 10,4 g% (post transfusi 6bag). yang akan
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + dilakukan (SC
APB (PPT) + PPI + Syok besok 27/12/19)
Hipovolemik + Letsu + Anemia 3. Obs TTV & DJJ
Masalah : 4. Jelaskan tentang
Resiko partus premature hasil

9
P: setelah dilakukan askeb 1x24 pemeriksaan,
jam diharapkan : 5. KIE ke pasien
- TTV & DJJ dalam batas - Nutrisi
normal - Istirahat yang
- Hb normal cukup
- Perdarahan tidak terulang. - Personal
Kehamilan dapat dipertahankan. hygine.
6. Kolaborasi
dengan tim
medis terapi dr.
Santi:
- Inf drip
Bricasma
2amp 12tpm
- Inf. RL
14tpm
Jumat S: Pasien mengatakan perdarahan - Rencana SC +
27-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak IUD tgl hari ini
08:00 kenceng-kenceng. -Pasien puasa
O :KU : Cukup, TD : 116/80, S/N:
36,5˚C/90x/menit, Djj (+):
151x/menit, TFU : 26cm, HIS (-),
Hb 10,4 g%.
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
-Cemas
-Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan :
- TTV & DJJ dalam batas
normal
- Perdarahan tidak terulang.

10
Sabtu S: P2103 post SC + IUD -
28-12-2019 - Cek lab
07:30 - RL : D5 = 2: 2
- Inj cefotaxime 3x1g
- Inj asam traksenamat 3x1 g
- Inj ketorolac 3x1 g
Sabtu S : pasien mengeluh nyeri luka op - Jelaskan hasil
28-12-2019 O: TD: 114/75 S/N : 36,2˚C/88 pemeiksaan
08:30 Skala nyeri = 5 - Beri KIE :
Hb post partum 13,1 mg/dl Puasa
A: P2103 + Post SC + IUD Mobilisasi
Masalah : - Observasi TTV
- Nyari luka op dan pendarahan
- Resiko tinggi pendarahan - Kolaborasi
P: setelah dilakukan askeb selama dengan tim
1x24jam diharapkan masalah medis terapi :
teeratasi dengan kriteria: - Inj
- TTV dbn cefotaxime
- Pendarahan dbn 3x1g
- Skala nyeri berkurang - Inj asam
traksenamate
3x500 mg
- Inj kerorolac
3x1 g

Minggu S : pasien mengatakan nyeri luka -Intervensi


29-12-2019 op mulai berkurang. dilanjutkan
09:30 O: TD: 112/78 S/N : 36,2˚C/76
Skala nyeri = 3
Status obsetri :
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi (+)

11
A: P2103 + Post SC + IUD
Masalah :
- Nyari luka op
- Resiko tinggi pendarahan
P: setelah dilakukan askeb selama
1x24jam diharapkan masalah
teeratasi dengan kriteria:
- TTV dbn
- Pendarahan dbn
- Skala nyeri berkurang

Senin S: pasien mengeluh nyeri luka OP - Edukasi pasien


30-12-2019 berkurang pulang :
07:45 O: KU: cukup  Minum obat
TD: 110/75, S/N: 36˚C/89x/menit teratur
RR: 20x/m  Mobilisasi
Lact :-/- Lochea : (+) Rubra : (+) , duduk/jalan2
BAK: Spontan  Konsul sesuai
Nyeri : skala 2 jadwal bila ada
A: P2103 + Post SC + IUD keluhan
Masalah :  Nutrisi gizi
- nyeri teratasi seimbang

- Resiko tinggi pendarahan


tidak terjadi
P:
- Diet bebas
- Mobilisasi
- Asam mefenamat 3x1 g
- Fe 1x1 g
- Cefadroxil 2x1 g
- Acc KRS.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu

atau lebih dan sering disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga. Perdarahan

antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan 28 minggu, yang

mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks, servisitis, varises vagina dan serviks dan

13
lesi ganas pada vagina atau serviks. Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi

pada akhir kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik ibu

maupun anak. 1

Perdarahan pada kehamilan lanjut/perdarahan antepartum adalah perdarahan pada

trimester akhir dalam kehamilan sampai bayi lahir. Perdarahan antepartum pada umumnya

disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali

pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (casa previa) dan separasi plasenta sebelum

bayi lahir.1

2.2 Jenis-jenis perdarahan antepartum

1. Solusio Plasenta

a. Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal

plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium

sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.2

Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio

plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin

lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu

atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya

perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.

Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta ehingga jika

amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri

(perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan

tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).1

b. Klasifikasi

14
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan

plasenta:

a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

c. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor yang menjadi predisposisi :

1) Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

a) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

c) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

2) Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat

bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada

wanita multipara dan 18 pada primipara.

3) Faktor usia ibu

Dalam penelitian dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio

plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena

makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

15
4) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio

plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung

leiomioma.

5) Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan

pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya

vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta

6) Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta

sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat

diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan

beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya

melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap

tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.

7) Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio

plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan

berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak

memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

8) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena

cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan

lain-lain.

d. Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua

basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh

16
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik

terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak

jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala

dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang

pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya

dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan

berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh

kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan

perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah

besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh

plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan

masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat

menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara

otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu

kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada

kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat

bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus

Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas

(kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi

dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat . Akibat

kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin

yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat pembekuan

intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan

fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan

17
hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus,

tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya

e. Diagnosis

1) Anamnesis

a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut

b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-

konyong(non-recurrent)  terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah

yang berwarna kehitaman

c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti

d) Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.

e) Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2) Inspeksi

a) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

b) Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

c) Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3) Palpasi

a) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in  bois  (wooden

uterus)  baik waktu his maupun di luar his.

c) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

d) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4) Auskultasi

18
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,

kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas

lebih dari 1/3 bagian.

5) Pemeriksaan dalam

a) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

b) Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang

c) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini

akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus

placenta

6) Pemeriksaan umum

Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita

penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi

cepat dan kecil

7) Pemeriksaan laboratorium

a) Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan

leukosit.

b) Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-

match test.  Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan

pembekuan darah hipofibrinogenemia

8) Pemeriksaan plasenta

Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas

(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di

belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.

9) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

19
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah

terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta

f. Komplikasi

1) Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak

dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan

telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena

kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III

persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta

berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

2) Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan

yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang

umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal

akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri

akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh

karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin

yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal

ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan

infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan

mengatasi kelainan pembekuan darah.

3) Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh

hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup

20
bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen

plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.

4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan

di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan

ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah

menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus

ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu

menghentikan perdarahan.

g. Terapi

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau

ringannya gejala klinis, yaitu:

1) Solusio plasenta ringan

Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan

(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan

tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan .Bila ada

perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas,

pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka

kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila

janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat

persalinan.

2) Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan

di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu

seksio sesaria.Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti

21
perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus

segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi

tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan

dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam

sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari

hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana.

Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang

bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah

mengalami gangguan.

2. Plasenta Previa

a. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan;

vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal

ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum.

Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang

rahim didaerah fundus uteri.3

Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.2

Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada tiap perdarahan antepartum

kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan. Plasenta previa lebih sering terjadi

pada multigravida daripada primigravida dan juga pada usia lanjut.

b. Klasifikasi Plasenta Previa

Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:

1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.

2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.

22
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.3

Selain itu ada juga Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis

placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa

mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa

dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.

Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam

yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut :

c. Etiologi

Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grande

multipara. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan

leiomioma uteri.

Plasenta previa mungkin terjadi bila keadaan endometrium kurang baik,

misalnya seperti yang terdapat pada:

1) multipara/multigravida, terutama bila jarak antarkehamilan pendek

2) myoma uteri

3) kuretase berulang

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh

lebih luas untuk mencukupi kebutuhan janin sehingga mendekati atau menutupi

ostium uteri internum. Plasenta previa mungkin juga disebabkan oleh implantasi telur

yang rendah.

23
d. Faktor Risiko Plasenta-Previa

1) Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.

2) Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru

berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.

3) Kehamilan kembar.

4) Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit

permukaan bagi penempelan plasenta.

5) Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa

jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut

menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10%

setelah 4 kali atau lebih.

6) Adanya endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan

seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.

7) Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.

8) Adanya trauma selama kehamilan.

9) Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.

e. Gejala

1) Gejala yang utama adalah perdarahan tanpa nyeri. Biasanya perdarahan baru

timbul setelah bulan ke-7. Hal ini disebabkan oleh:

a) perdarahan sebelum bulan ke-7 memberi gambaran yang sama dengan

abortus

b) perdarahan pada plasenta previa disebabkan oleh pergerakan antara plasenta

dengan dinding uterus

24
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding uterus karena isi uterus lebih

cepat tumbuhnya dari uterus itu sendiri. Akibatnya adalah istmus uteri tertarik

menjadi dinding kavum uteri (segmen bawah rahim/SBR). Pada plasenta previa,

hal ini tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding uterus.

Saat perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan

pada istmus uteri. Jadi dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan

perdarahan. Tapi pada persalinan his pembukaan sudah tentu menimbulkan

perdarahan karena plasenta akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta

previa bersifat terlepas dari dasarnya.Perdarahan pada plasenta previa bersifat

berulang-ulang. Setelah yang lebih besar terbuka.

2) Bagian terendah janin tinggi. Plasenta terletak pada kutub bawah uterus sehingga

bagian terendah janin tidak dapat masuk pintu atas panggul.

3) Sering terdapat kelainan letak

4) ada pemeriksaan inspekulo darah berasal dari ostium uteri eksternum.

Bila seorang wanita hamil mengalami perdarahan pada triwulan terakhir

kehamilan, maka plasenta previa atau solusio plasenta harus diduga. Kewajiban

dokter atau bidan untuk mengirim pasien ke rumah sakit tanpa lebih dahulu

melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua tindakan ini

hanya menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi. Lagipula perdarahan

pertama pada plasenta previa jarang menimbulkan kematian.

Di rumah sakit dilakukan pemeriksaan inspekulo terlebih dahulu untuk

mengenyampingkan kemungkinan varises yang pecah dan kelainan serviks. Pada

plasenta previa darah keluar dari ostium uteri eksternum. Sebelum tersedia darah

dan kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena dapat

memperhebat perdarahan. Sementara boleh dilakukan pemerikasaan fornises

25
dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan

mudah, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Sebaliknya jika antara jari-jari

kita dan kepala teraba bantalan (yaitu plasenta), maka kemungkinan plasenta

previa besar. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala

karena pada presentasi bokong bagian depannya lunak sehingga sukar

membedakannya dengan jaringan lunak.

Diagnosa pasti dibuat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan bila

sudah ada pembukaan. Pemeriksan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak

menimbulkan perdarahan akibat perabaan.

f. Komplikasi

1) Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena

perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.

2) Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi

berat.4

g. Gambaran Kinik

Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau

bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan

berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,

apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20

minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan

serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat

ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.

Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya

plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak

26
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan

perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III

dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini

perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan

terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah

persalinan mulai.5

h. Pemeriksaan diagnostik

1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung

tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai

dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.

2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul

mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah

perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum,

adanya plasenta previa harus dicurigai.

4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak

langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.

Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,

tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan

rasa nyeri.5

5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi

plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut

plasenta letak rendah.

27
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu

melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan

yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan

melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis.1

i. Penatalaksanaan

1) Terapi ekopektif

a) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.

Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau

secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekopektif:

a. Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda inpartu.

c. Keadaan umum ibu cukp baik.

d. Janin masih hidup.

b) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.

c) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

d) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.

a. MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.

b. Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

e) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil

amniosentesis.

f) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar

ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga

28
perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat janin.

2) Terapi aktif

a) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan

banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang

maturnitas janin.

b) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan

persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:

a. Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.

b. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.

c. Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:

anensefali).

d. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas

panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:

3) Seksio sesarea

a. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan

ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk

hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.

b. Tujuan seksio sesarea adalah :

a) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera

berkontraksi dan menghentikan perdarahan.

b) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika

janin dilahirkan pervaginam.

29
c. Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan,

infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

Tabel perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta

No Ciri-ciri plasenta previa Ciri-ciri solusio plasenta

.
1. Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan berulang Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah segar Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang Adanya anemia dan renjatan yang tidak
sesuai dengan keluarnya darah sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His biasanya tidak ada His ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat Rasa tegang saat palpasi
palpasi
9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba jaringan plasenta pada Teraba ketuban yang tegang pada periksa
periksa dalam vagina dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk Penurunan kepala dapat masuk pintu atas
pintu atas panggul panggul
12. Presentasi mungkin abnormal. Tidak berhubungan dengan presentasi

3. Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik)

1. Insertio Velamentosa

30
Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi

velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat

dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan

insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta.

Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya

berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh

darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.

Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat

terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah

perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak

maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.

2. Vasa previa

a. Definisi

Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin

melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh

darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat

atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.

b. Etiologi

Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang

berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal

dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata

(lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi

robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin.

31
c. Patofisiologi

Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin

melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana

pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa. Patofisologi

pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya karena hampir

semua berhubungan.

d. Maninfestasi klinik.

1) Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu

2) Darah berwarna merah segar

3) Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)

4) Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal

dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. 

e. Diagnosa

1) Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg

antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah

pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.

2) Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa

kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga

campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu,

eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.

3) Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan

plasenta

4) Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat

bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin

f. Pemeriksaan penunjang

32
1) USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.

2) Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu.

3) Laboratorium : darah perifer lengkap.

g. Penatalaksanaan vasa previa :

Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin,

tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan

pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin

hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin

sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

3. Plasenta Sirkumvalata

a. Definisi

Plasenta Sirkumvalata yaitu Plasenta yang pada permukaan fetalis dekat

pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta,

sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke

samping di bawah desidua. Selama perkembangan amnion dan korion melipat

kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih

berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang

pada permukaan foetal.

Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih.

Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah

luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai

akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan

ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui

sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan. Bila cincin putih ini

33
letaknya dekat sekali dengan pinggir plasenta , disebut juga Plasenta marginata

.Kedua-duanya disebut dengan plasenta ekstrakorial. Pada plasenta marginata

mungkin terjadi adeksi selaput sehingga plasenta lahir telanjang..

Tertinggalnya selaput ini sapat menyebabkan perdarahan dan infeksi.

b. Penyebab

Diduga chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan

vili menyerbu ke dalam desidua diluar permukaan frondosuin.

1) Insiden : 2 – 18 %

2) Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering

menyebabkan abortus dan solutio plasenta

c. Diagnosis

Plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi dapat

diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea.

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke RSUD Ibnu sina Gresik dengan perdarahan

pervaginam Pasien hamil ke-III, usia kehamilan 8bulan, mengeluh keluar

darah bergumpal banyak sejak jam 03.00 (21/12/19) disertai kenceng-kenceng

dari jam 11.00 (20/12/19), nyeri (-), lendir (-), pusing (+), sesak (+), mual (-),

muntah (-).

34
 HPHT : 04 – 05 - 2019

TP USG: 11 - 02 - 2020

 ANC : RS Semen Gresik

USG : RS Semen Gresik

1. Dari hasil anamnesa, pasien mengaku ada perdarahan dari vagina

2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU : Lemah, TD : 97/53, S/N:

35,7˚C/100x/menit, Djj (+): 154x/menit, TFU : 26cm, HIS (+), VT : tidak

dilakukan

3. USG : RS Semen Gresik (18/12/19), T/H, letak sungsang, 32/33mgg, TBJ :

1900gram, plasenta di SBR menutup OUI total.

4. .Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan pemeriksaan darah lengkap

Hb 7,3 g%, Leukosit 11.300, PCV 26, Trombosit 266.000, MCV 81, MCH 25,

MCHC 31.

Berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

yang telah dilakukan pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai Antepartum Bleeding

(APB) e.c Plasenta Previa Total. Diagnosis APB e.c plasenta previa total didasarkan

pada anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan USG. Pasien mendapatkan

perawatan diruang bougenvil untuk menghentikan perdarahan dan dilakukan transfusi

agar mencapai Hb normal. Setelah pasien mencapai perbaikan KU dengan baik , pada

hari jumat (27/12/19) dilakukan SC + IUD.

Berdasarkan faktor risiko yang sudah disebutkan diatas, pasien ini memiliki

paritas yang tinggi terhadap terjadinya antepartum bleeding e.c plasenta previa total,

yaitu kehamilan ketiga dengan usia >35 tahun disertai dengan gejala yang didapatkan

35
dari anamnesa perdarahan baru timbul setelah bulan ke-7 tanpa disertai nyeri dan

berulang. Dan didapatkan pemeriksaan penunjang USG untuk menegakkan diagnosis

plasenta di SBR (Segmen Bawah Rahim) menutupi OUI (Osteum Uteri Internum)

total.

DAFTAR PUSTAKA

1. JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. YBPSP.

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP.

3. FKUP. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Eleman.

4. Arief Mansjoer, dkk. 2002. Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,

Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Halaman : 416 –418.

5. Wiknjosastro H.2005. Ilmu Kandungan. 3rded. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

36
37

Anda mungkin juga menyukai